TUGAS MANAJEMEN HUMAS
MODEL PELIBATAN MASYARAKAT MELALUI
KOMITE SEKOLAH DAN ORGANISASI LAINNYA
OLEH:
KELOMPOK 2
ASHAR ZAINI
MINCERIANTI
NURFADILAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5
SEMESTER 5
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BONE
A. Komite
Sekolah
Menurut
Djam’an Satori (2001), sebagai konsekuensi untuk mengakomodasi aspirasi,
harapan dan kebutuhan stakeholder sekolah,
maka perlu dikembangkan adanya wadah untuk menampung dan menyalurkannya. Wadah
tersebut berfungsi sebagai foum di mana representasi para stakeholder sekolah terwakili secara proporsional. Dalam berbagai dokumen yang ada dan
konsensus yang telah muncul dalam berbagai forum, wadah ini diberi nama Komite
Sekolah. Badan sejenis ini di Autralia disebut “School Council”.
Dalam
pengertian lain, Djam’an Satori
menyebutkan bahwa komite sekolah merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai
forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-hal yang menyangkut
kepentingan kelembagaan sekolah. Hal-hal tersebut meliputi:
1. Penyusunan
perencanaan strategi sekolah, yaitustrateg pengembangan ekolah dalam perspektif
3-4 tahun mendatang. Dalam dokumen ini juga dibahas visi dan misi sekolah,
analisis posisi untuk mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang
hadapi, kajian isu-isu strategi sekolah, perumusan program-program, perumusan
strategi pelaksanaan program, cara pengendalian dan evaluasinya.
2. Penyusunan
perencanaan tahunan sekolah, yang merupakan elaborasi dari perencanaan strategi
sekolah. Dalam perencanaan tahunan ini yang
dibahas adalah program-program operasional yang merupakan implementasi
program prioritas yang dirumuskan dalam perencanaan strategi sekolah yang
disertai perencanaan anggarannya.
3. Mengadakan
pertemuan untuk menampung dan membahas berbagai kebutuhan, masalah, aspirasi serta
ide-ide yang disampaikan oleh anggota komite sekolah. Hal-hal tersebut
merupakan refleksi kepedulian para stakeholder
sekolah terhadap berbagai aspek kehidupan sekolah yang ditujukan pada
upaya-upaya perbaikan, kemajuan dan pengembangan sekolah.
4. Memikirkan
upaya-upaya untuk memajukan sekolah, terutama yang menyangkut kelengkapan
fasilitas sekolah, fasilitas pendidikan, pengadaan biaya pendidikan bagi
pengembangan keunggulan kompetitif dan komperatif sekolah sesuai denga aspirasi
stakeholder sekolah. Perhatian
terhadap masalah ini dimaksudkan agar sekolah setidak-tidaknya memenuhi standar
pelayanan minimum.
5. Mendorong
sekolah untuk melakukan internal monitoring (School self-assesment) dan melaporkan hasilnya untuk dibahas dalam
forum komite sekolah.
6. Membahas
hasil-hasil terstandar yang dilakukan oleh lembaga/institusi eksternal dalam
upaya menjaga jaminan mutu (quality
assurance) serta memelihara kondisi pembelajaran sesuai dengan tuntutan
standar minimun kompetensi siswa (basic
minimum competency) seperti yang diatur dalam PP No. 25 tahun 2000.
7. Membahas
laporan tahunan sekolah sehingga memperoleh penerimaan komite sekolah. Laporan
tahunan sekolah tersebut selanjutnya disampaikan kepada Kantor Dinas Pendidikan
Nasional Kabupaten/Kota.
8. Review
sekolah merupakan kegiatan penting untuk mengetahui keunggulan suatu sekolah
disertai analisis kondisi-kondisi pendukungnya, atau sebaliknya untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan sekolah disertai analiss faktor-faktor
penyebabnya. Review sekolah merupakan media untuk saling mengisi pengalaman dan
sekaligus saling belajar antarsekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya
masing-masing.
9. Memantau
kinerja sekolah, yang meliputi manajemen sekolah, kepemimpinan kepala sekolah,
mutu belajar-mengajar termasuk kinerja mengajar guru, hasil belajar siswa,
disiplin dan tata tertib sekolah, prestasi sekolah, baik dalam aspek intra
maupun ektrakurikuler.[1]
Kelahiran
Kepemendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
merupakan penjabaran dari UU Nomor 25
Tahun 1999 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004.
Kepemendiknas Nomor 044/U/2002 inilah yang menjadi acuan dalam proses
pembentukan Komite Sekolah.
Delapan
butir acuan pembentukan Dewan pendidikan dan Komite sekolah tersebut meliputi
ketentuan sebagai berikut:
1. Pengertian,
nama, dan ruang lingkup
2. Kedudukan
dan sifat
3. Tujuan
4. Peran
dan fungsi
5. Organisasi
6. Pembentukan
7. Tata
hubungan antarorganisasi
B. Membentuk
Paguyuban Orang Tua Siswa
Pembentukan
paguyuban orang tua siswa (sebut saja dengan POS) dilakukan di banyak sekolah
yang telah secara luas menerapkan konsep MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), PSM
(Peran Serta Masyarakat), dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Penerapan konsep ini disosialisasikan oleh proyek MBE (Managing Basic Education), yang
memperoleh anggaran dari USAIDS (bantuan Amerika Serikat).
Pembentukan
POS, atau apapun namannya, ini secara khusus berkaitan dengan penerapan konsep
PSM dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Keberadaan POS ternyata justru
mendukung Komite Sekolah, karena POS ini merupakan paguyuban orang tua siswa
dari masing-masing kelas, yang notabene menjadi representasi dari orang tua
siswa yang akan duduk sebagai pengurus atau anggota Komite Sekolah. Salah satu
elemen Komite Sekolah adalah orang tua siswa, yang dalam hal ini menjadi elemen
utama dari Komite Sekolah, yang akan ikut mengambil bagian dalam proses
pemilihan Komite Sekolah. Tentu saja, masih ada elemen lain dalam Komite
Sekolah antara lain tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, LSM pendidikan, dan
elemen masyarakat dunia usaha dan industri (DUDI).
Proses
pembentukan POS setiap tahun pelajaran baru, semua orang tua siswa selalu
mengkuti acara pertemuan yang diadakan oleh sekolah. Proses pembentukan POS
dapat dilakukan bersamaan dengan acara ini, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Pertama,
setelah acara pertemuan selesai, semua orang tua siswa dari masing-masing kelas
dapat mengadakan pertemuan sendiri secara cepat. Minimal mereka saling kenal
terlebh dahulu. Dengan demikian secara alami biasanya akan muncul beberapa
orang tua siswa sebagai tokoh dan promotornya. Bisa saja terjadi, dalam
perencanaan pertemuan awal ini telah dapat dibentuk pengurusnya. Tetapi, pada
umumnya tahap ini masih merupakan tahap penjajakan untuk melakukan
langkah-langkah lebih lanjut.
Kedua,
pertemuan selanjutnya biasanya akan diadakan di rumh orang tua siswa, untuk
membahas langkah lebih lanjut. Jika dalam pertemuan pertama telah dibentuk
kepengurusannya, maka dalam pertemuan ini akan dibahas program jangka pendek
dan jangka panjang untuk membantu sekolah. Mungkin saja, kepengurusan POS ini
akan dlengkapi. Atau dalam pertemuan ini dibahas juga tentang kaitannya dengan
representasi mereka dalam Komite Sekolah, bahkan akan memberikan masukan
tentang kriteria pengurus dan anggota Komite Sekolah.
Ketiga,
agenda pertemuan POS dapat ditentukan sebulan sekali. Agenda pertemuan ini biasanya akan terkait dengan
pembicaraan mengenai tugas piket untuk hadir ke sekolah, atau membicarakan
iuran anggota POS, atau membahas langkah apa yang harus dilakukan untuk
membantu orangtua siswa yang masuk dalam kategori tidak mampu. Uniknya, salah
satu agenda kegiatan POS ini adalah dapat membantu guru untuk membuat media dan
alat peraga pendidikan.
Keempat,
mengadakan agenda pertemuan untuk membuat laproan pertanggungjawaban POS yang
akan disampaikan kepada sekolah dan masyarakat.
Kegiatan
POS sebagai berikut:
1. Mengatur
piket orang tua siswa yang harus hadir setiap hari di sekolah, untuk mendukung
guru kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
2. Membantu
untuk memenuhi kebutuhan guru kelas, antara lain berupa media dan alat peraga,
yang terkait dengan proses pengajaran dan pembelajaran.
3. Menyampaikan
gagasan akan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler peserta didik.
4. Ikut
membantu orang tua siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh salah
seorang siswa di kelas yang bersangkutan.
5. Menjadi
representasi orang tua siswa yang akan duduk dalam kepengurusan dan keanggotaan
Komite Sekolah.[3]
C. Pesta
Awal Tahun Pelajaran
(The First Day Festival)
Festival
Hari Pertama Sekolah memang belum bisa diadakan di Indonesia. Acara seperti ini
memang mungkin masih dipandang hanya membuang-buang waktu saja, atau bahkan
masih dianggap aneh oleh sekolah. Dalam hal ini terkait dengan prinsip ‘manusia
bisa karena biasa’. Kebiasaan yang dilakukan di sekolah pada setiap awal tahun
pelajaran adalah pertemuan orang tua siswa. Tujuan kedua kegiatan ini
sebenarnya sama, yaitu untuk menjalin hubungn dengan kerja sama antara sekolah
dengan keluarga. Kegiatan Festival Hari Pertama Sekolah mungkin lebih luas
sedikit, karena masyarakat luas ikut dilibatkan dalam kegiatan ini. Misalnya,
tokoh masyarakat, dunia usaha dan dunia industri dilibatkan dalam kegiatan ini.
Melalui
acara ini semua siswa di sekolah akan memulai pelajaran dengan senang. Melalui
acara ini, semua orang tua siswa, baik yang lama maupun yang baru, memulai
saling berkenalan satu dengan yang lain, dapat dimulai berbincang-bincang
tentang program dan kegiatan yang mungkin akan diusulkan kepada sekolah.[4]
D. Membangun
Media Komunikasi antara Sekolah dengan Orang Tua dan Masyarakat.
Untuk
mengubah wajah dan kiprah sekolah menjadi sekolah efektif dan produktif, kepala
sekolah tidak akan dapat berjalan sendirian. Sekolah, keluarga, dan masyarakat
merupakan tripusat pendidikan (Ki Hajar Dewantara). Dalam melaksanakan tugasnya
sekolah tidak boleh tidak harus menggandeng keluarga dan masyarakat. Untuk
dapat menjalin hubungan secara timbal balik dan kerja sama antara sekolah
dengan keluarga dan masyarakat, maka sekolah harus memiliki media komunikasi.
Sam
Redding, dalam tulisannya bertajuk “Parents
and Learning”, dalam bookletn
yang diterbitkan oleh International
Academy of Education, International Beaureau of Education,UNESCO,
dijelaskan beberapa bentuk media komunikasi antara sekolah dengan keluarga dan
masyarakat sebagai berikut:
1. Pertemuan
Orang Tua, Guru dan Siswa
Melalui
media pertemuan seperti ini, orang tua siswa dan guru dapat saling menyampaikan
keluh kesah,masalah, dan gagasan, serta masukan untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran di sekolah. Kegiatan semacam ini sangat diperlukan untuk terus
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepercayaan antara masing-masing pihak. Dari
acara pertemuan tersebut, orang tua siswa dapat mengetahui secara lebih jelas
apa saja yang dilakukan oleh anak-anaknya, tugas-tugas apa yang harus
dilaksanakan, dan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi oleh anak-anaknya.
Bagi kepala sekolah dan guru juga akan dapat mengetahui secara lebh jelas,
misalnya kebiasaan belajar siswa di
rumah, apakah di rumah memang telah ada kebiasaan membaca (reading habit).
2. Rapor
atau Laporan Pendidikan
Hasil
belajar siswa dilaporkan kepada orang tua melalui buku yang disebut sebagai
Buku Rapor atau Buku Laporan Pendidikan. Sekolah perlu mengadakan acara
penerimaan buku rapor. Dalam acara ini, guru kelas atau wali kelas harus menjelaskan
pada orang tua siswa tentang hasil belajar para siswa, dan masalah-masalah lain
yang terkait dengan hasil belajar siswa tersebut. Guru juga harus menjelaskan
apa makna angka-angka dan catatan yang diulis dalam buku rapor tersebut, serta
apa yang harus dilakukan oleh orang tua.
3. Newsletter
Untuk
meningkatkan hubungan timbal balik antara sekolah dan keluarga, sekolah dapat
meminta orang tua siswa untuk menyumbangkan tulisan yang akan dimuat dalam newsletter, misalnya tulisan tentang pengalaman orang tua siswa
dalam membantu anaknya dalam mengerjakan PR, pengalaman orang tua ketika
mengadakan rekreasi keluarga berkunjung ke museum atau tempat-tempat
bersejarah, atau tempat-tempat yang bernilai pendidikan.
Newsletter
juga dapat digunakan sebagai media untuk melaporkan kegiatan sekolah
kepada orang tua siswa. Sekolah Dasar Gibbs Street di Australia Barat bersama
dengan Komite Sekolah membuat semacam brosur dan booklet untuk melaporkan kegiatan sekolah selama setahun. Ini
merupakan salah satu bentuk akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat.
4. Papan
Pengumuman untuk Orang Tua dan Masyarakat
Papan
pengumuman merupakan media yang cukup efektif untuk menyampaikan berbagai data dan informas tentang sekolah.
Bahkan, papan pengumuman tersebut juga dapat digunakan untuk mengaca diri,
untuk melihat wajah sekolah kita. Apa saja kegiatan yang sedang terjadi di
sekolah. Apa saja yang harus diketahui oleh warga sekolah tentang berbagai
kegiatan di sekolah kita. Bahkan, setiap orang tua atau anggota masyarakat datang
ke sekolah, diharapkan mereka juga dapat mengetahui apa saja kegiatan yang
dilakukan oleh anak-anak yang bersekolah. Lebih dari itu, papan pengumuman
sekolah dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa sistem manajemen yang
diterapkan di sekolah adalah open
management atau manajemen terbuka. APBS di sekolah ini memang dipasang di
papan pengumuman sekolah, dan oleh karena itu semua warga sekolah, orang tua
siswa, dan warga masyarakat memperoleh informasi secara terbuka berapa anggaran
yang dikelola sekolah, dan berapa yang akan dibelanjakan untuk kegiatan.[5]
E. Meningkatkan
Peran Dunia Usaha dan Dunia Indutri (DUDI)
Dibandingan
dengan institusi birokrasi yang ada, lembaga bisnis yang amat kita kenal
sebagai DUDI memliki karakteristik sebagai institusi yang sangat berorientasi kepada
aspek kualitas, dan aspek keuntungan. Institusi dunia pendidikan dapat mengubah
budaya kerjanya tanpa membuka pengaruh dari DUDI yang telah berorientasi pada
budaya kerja yang efektif dan efisien, ketiga elemen tripusat pendidikan harus
dalam sinergi untuk meningatkan layanan yang bermutu, akan dihasilkan lulusan
yang bermutu, dan dengan lulusan yanng bermutu itulah yang kemudian direkrut
oleh DUDI untuk menjadi SDM yang bermutu yang akan mengabdikan diri untuk DUDI.[6]
[1]Mulyono, MA, Manajemen Administrasi Pendidikan & Organisasi Pendidikan, (Cet.
I: Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 258-260.
[2]Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Cet. I; Yogyakarta: Hikayat Publishing,
2008), h. 205.
[3]Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, h. 212-215.
[4]Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, h. 216-217.
[5]Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, h. 224-228.
[6]Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, h. 232-233.
Penerapan Teknologi Pendidikan https://miminsb.blogspot.com/2019/12/makalah-perkembangan-konsep-dan.html
BalasHapusLink ke Credly
Hapus