Rabu, 04 Desember 2019

MAKALAH KONSEP DASAR DESAIN PEMBELAJARAN




RAHMAT
WIDYA SARI
A.MUH.RIFKI
MINCERIANTI

 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BONE

KONSEP DASAR DESAIN PEMBELAJARAN

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Desain Pembelajaran
Kata desain berasal dari bahasa Inggris yaitu design, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan kerangka, bentuk, rancangan, motif, pola, model, menata, memaksudkan dan konstruksi. Dalam bahasa Arab, desain diartikan dengan tashmim yaitu teknik mengatur sesuatu (pembelajaran) dengan cara yang sesuai dengan ketentuan kurikulum yang menjadi dasar pembelajaran.[1]
Pengertian desain menurut para ahli di antaranya:
1.      Gagne, Briggs, & Wager
Mereka mengembangkan konsep desain pembelajaran dengan menyatakan bahwa desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di mana proses tersebut memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Menurut mereka proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar : internal dan eksternal. Kondisi internal : kemampuan dan kesiapan diri pebelajar. Sedangkan kondisi eksternal : pengaturan lingkungan yang didesain. Penyiapan kondisi eksternal inilah yang menurut mereka sebagai desain pembelajaran yang disusun secara sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan system agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang. Dan mereka percaya bahwa proses belajar yang terjadi secara internal dapat ditumbuhkan jika faktor eksternal dapat didesain dengan efektif.
2.      Reiser
Menurutnya, desain pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program pendidikan dan pelatihan dengan konsisten dan teruji. Desain pembelajaran juga sebagai proses yang rumit tapi kreatif, aktif dan berulang-ulang. Defenisi ini bermakna sistem, pelatihan yaitu pendidikan di organisasi, serta proses yang teruji dan dapat dikaji ulang penerapannya.   
            Pengertian mengenai desain pembelajaran di atas memberikan makna bahwa desain merupakan suatu kegiatan yang menuntut profesionalisme dan kompetensi, sebab tidak mungkin seseorang dapat mendesain pembelajaran dengan baik dan benar jika tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang sesuai. Dengan begitu, mendesain membutuhkan ilmu, pengalaman, dan pengamatan yang cukup terhadap gejala dan karakteristik masalah.
Dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Arab, desain ini dapat diartikan merancang, menata, atau membuat kerangka pembelajaran bahasa Arab agar dapat berjalan sesuai dengan
a.      Hakikat pembelajaran bahasa, yaitu proses menjadikan siswa aktif dan kreatif dalam belajar bahasa Arab dengan waktu yang relatif singkat namun dengan hasil belajar yang tuntas dan bermakna.
b.     Memiliki kompetensi keterampilan berbahasa Arab dan berpengetahuan bahasa Arab.
Disebabkan hal di atas, sangat dituntut para guru memahami dan memiliki kompetensi profesional di bidang keguruan yaitu menyiapkan rancangan pembelajaran bahasa Arab secara efektif dan efesien agar proses belajar siswa dapat memahami, memiliki dan menguasai sejumlah kompetensi, baik kompetensi intelektual, personal maupun sosial serta pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan peraturan perundangan dan harapan tujuan pemdidikan nasional dan masyarakat.
Untuk merealisasikan dan menjawab tuntutan di atas, para guru harus melakukan  hal
a.      Mendesain perangkat pembelajaran yang terdiri dari : membuat kalender akademik dengan menghitung minggu-minggu efektif, dan tidak efektif, menyusun deskripsi materi ajar, menyusun program tahunan (prota) dan program semesteran (prosem), menyusun silabus, dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan standar kelulusan dan dan standar kompetensi.
b.     Mendesain materi ajar, dengan cara merancang kegiatan proses pembelajaran bahasa Arab untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
c.      Melakukan analisis pembelajaran untuk melihat persoalan-persoalan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran serta memberikan solusi yang tepat dari persoalan yang dihadapi dan sebagai upaya perbaikan dari pembelajaran yang sedang berjalan.
Mendesain pembelajaran dan materi ajar merupakan hal yang berbeda. Akan tetapi hal tersebut dapat dilakukan sekaligus, karena pembelajaran yang sudah didesain dengan baik dan benar tetapi materi ajarnya tidak didesain sesuai dengan pembelajarannya, ,maka tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. [2]




B.       Sifat Desain Pembelajaran
Sifat-sifat desain pembelajaran merupakan hal yang mendasar dalam desain itu sendiri, karena dari sifat-sifat tersebut dapat diketahui apa kelebihan dan kekurangan suatu desain pembelajaran. Sifat-sifat desain pembelajaran antara lain :
1.      Berorientasi pada Siswa
Smaldino (2005) berpendapat bahwa para desainer pembelajaran harus mempertimbangkan siswa, karena mereka mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaan karaktersitik siswa tersebut antara lain :
a.       Karakteristik Umum
Sifat internal siswa mempengaruhi penyampaian materi seperti kemampuan membaca, jenjang pendidikan, usia, dan latar belakang sosial.
b.      Kemampuan Awal atau Prasyarat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum siswa akan mempelajari kemampua baru. Jika kurang, kemampuan awal ini sebenarnya yang menjadi mata rantai penguasaan isi atau materi dan menjadi penghambat bagi proses belajar.
c.       Gaya Belajar
Merupakan berbagai aspek psikologis yang berdampak terhadap penguasaan kemampuan atau kompetensi. Cara mempersepsikan sesuatu hal, motivasi, kepercayaan diri, tipe belajar (verbal,visual, kombinasi, dan sebagainya).
2.      Alur Berpikir Sistem atau Sistemik
Konsep sistem dan pendekatan sistem diterapkan secara optimal dalam desain pembelajaran sebagai kerangka berpikir. Sistem sebagai rangkaian komponen dengan masing-masing fungsi yang berbeda, bekerjasama dan berkoordinasi dalam melaksanakan suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar jika diuraikan terjadi seperti sebagai suatu sistem. Keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya dapat disebabkan oleh salah satu komponen saja. Jadi jika ada perbaikan maka seluruh komponen perlu ditinjau kembali.
3.      Empiris dan Berulang
Setiap model desain pembelajaran bersifat empiris. Model apapun yang diajukan oleh pakar telah melalui hasil kajian teori serta serangkaian uji coba yang mereka lakukan sendiri sebelum dipublikasikan. Pada pelaksanaannya, pengguna dapat menerapkan dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai dengan masukan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.[3]
C.      Komponen Desain Pembelajaran
Esensi desain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu : peserta didik, tujuan, metode, evaluasi (Kemp, Morrison dan Ross, 1994).
1.      Peserta didik
Dalam menentukan desain pembelajaran dan mata pelajaran yang akan disampaikan perlu diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya.
Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai factor baik fisik maupun mental, misalnya kelelahan, mengantuk, bosan, dan jenuh. Hal ini akan mengurangi kosentrasi peserta didik dan sudah tentu akan terjadi reduksi dalam penyerapan materi yang juga mempengaruhi daya tangkap untuk memahami materi.
Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi mutu belajar peserta didik adalah tampilan materi ajar dan gaya penyampaian guru dalam menyampaikan materi.
a.       Tujuan
Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetesi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi sub kompetensi yang dapat mudah dicapai. Dilain pihak desain pembelajaran memadukan kebutuhan peserta didik dengan kompetensi yang harus dikuasai dengan persyaratan tertentu dalam kondisi yang sudah ditetapkan.


b.      Metode
Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Di lain pihak kepiawaian seorang desainer pembelajaran juga terlihat dalam cara menentukan metode. Pada konsep ini meode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.
c.       Evaluasi
Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting. Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar. Seringkali penilaian dilakukan dengan cara menjawab soal-soal objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format non soal, yaitu dengan instrument pengamatan, wawancara, kuesioner dan sebagainya.
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1.      Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2.      Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
3.      Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
4.      Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5.      Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6.      Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.
D.      Dasar Hukum Sistem Desain Pembelajaran
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1 ayat 1 bahwa “standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,  serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.[4]
Salah satu tugas guru adalah merancang aktivitas pembelajaran, aktivitas secara garis besar berisi pemikiran tentang startegi pembelajaran sebagai acuan untuk direalisasikan di depan kelas. Desain Pembelajaran yang dibuat guru-guru merupakan salah satu perwujudan dari rancangan aktivitas pembelajaran. Selayaknya dalam membuat desain pembelajaran terdiri dari komponen tujuan dengan taksonomi perilakunya, kegiatan utama pembelajaran, proses pembelajaran, pendekatan, metode, teknik dan alat, evaluasi serta keputusan kapan rancangan tersebut dilaksanakan.
Pedoman penyusunan Desain Pembelajaran masih mengikuti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan ini dibuat dalam rangka implementasi kurikulum sebagaimana telah diatur dalam pasal 770 ayat (2) huru c dan pasal 77P ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.[5]
Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar  proses, rencana pelaksanaan pemebelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.[6]
Adapun dasar hakum yang berkaitan dengan perkembangan rencana pelaksanaan desain pembalajaran yaitu Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor  19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri pendidikan nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standarisi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan dan sebagainya.
E.       Teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran
Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media menggunakan audio visual atau komputer media dapat membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat. Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual. Terdapat beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi/komputer dalam pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme.
1.      Teori Behaviorisme
Sebuah teori yang di cetuskan gage & Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbullah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Sebagai tokoh behaviorisme radikal, Skinner mengatakan bahwa belajar dapat dipahami, dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang dapat diamati, yakni perilaku peserta didik beserta antesedan dan konsekuensi dengan perilaku yang dilakukan. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.[7]
Perkembangan teori dan praktek  menghasilka terbentuknya tingkah laku  / perilaku Yang tampak sebagai hasil belajar.
Belajar  :     
Input = stimulus = apa saja yang di berikan guru pada pelajar.
Output = respon = reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang di berikan oleh guru tersebut. 
Behaviorisme memandang pikiran sebagai ‘kotak hitam” dalam merespon rangsangan yang dapat diobservasi secara kuantitatif, sepenuhnya mengabaikan proses berpikir yang terjadi dalam otak. Kelompok ini memandang tingkah laku yang dapat diobservasi dan Diukur sebagai indikator belajar.
Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.       Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome belajar sehingga mereka dapat mensetting harapan-harapan mereka dan menentukan apakah dirinya telah mencapai outcome dari pembelajaran online atau tidak.
b.      Pembelajar harus diuji apakah mereka telah mencapai outcome pembelajaran atau tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat Pencapaian pembelajar dan untuk memberi umpan balik yang tepat.      
c.       Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan belajar. Urutan dapat dimulai dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan.
d.      Pembelajar harus diberi umpan balik sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.
2.      Teori Kognitivisme
Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman setiap orang setelah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Kognitivisme membagi tipe-tipe pembelajar,yaitu:
a.       Pembelajar tipe pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan teman-temannya,dan bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu;
b.      Pembelajar tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti sebelum melakukan tindakan;
c.       Pembelajar tipe konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu dan simbol-simbol daripada dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan teori dan melakukan analisis sistematis.
d.      Pembelajar tipe eksperimentasi aktif lebih suka belajar dengan melakukan paktek proyek dan melalui kelompok diskusi. Mereka menyukai metode belajar aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik daninformasi.
Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.       Materi pembelajaran harus memasukan aktivitas gaya belajar yang berbeda, sehingga siswa dapat memilih aktivitas yang tepat berdasarkan kecenderungan gaya belajarnya.
b.      Sebagai tambahan aktivitas, dukungan secukupnya harus diberikan kepada siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswa dengan perbedaan gaya belajar memiliki perbedaan pilihan terhadap dukungan, sebagai contoh, assimilator lebih suka kehadiran instruktur yang tinggi. Sementara akomodator lebih suka kehadiran instruktur yang rendah.
c.       Informasi harus disajikan dalam cara yang berbeda untuk mengakomodasi perbedaan individu dalam proses dan memfasilitasi transfer ke long-term memory.
d.      Pembelajar harus dimotivasi untuk belajar, tanpa mempedulikan sebagaimana efektif materi, jika pembelajar tidak dimotivasi mereka tidak akan belajar. Pada saat belajar, pembelajar harus diberi kesempatan untuk merefleksi apa yang mereka pelajari. Bekerja sama dengan pembelajar lain, dan mengecek kemajuan mereka.
e.       Psikologi kognitif menyarankan bahwa pembelajar menerima dan memproses informasi untuk ditransfer ke long term memori untuk disimpan.
3.      Teori Konstruktivisme
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi belajar, yang memandang belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajar yang memungkinkan pembelajar mengkontekstualisasi informasi harus digunakan dalam mendesain sebuah media pembelajaran. Jika informasi harus diterapkan dalam banyak konteks, maka strategi belajar yang mengangkat belajar multi-kontekstual harus digunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapat menerapkan informasi tersebut secara luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari pembelajaran satu cara ke konstruksi dan penemuan pengetahuan.
Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Teori ini menyatakan  bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru di beri makna oleh pengalaman terdahulu.
Implementasi pada online learning:
a.       Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga pembelajar tetap aktif melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna personal.
b.      Pembelajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh pembelajaran interaktif yang bagus, karena siswa harus mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengan pembelajar lain dan dengan instruktur, dan karena agenda belajar dikontrol oleh pembelajar sendiri.
c.       Bekerja dengan pembelajar lain memberi pembelajar pengalaman kehidupan nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka menggunakan keterampilan metakognitif mereka.
d.      Pembelajar harus diberi control proses belajar.
e.       Pembelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat belajar online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi.
f.       Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harus memasukan contoh-contoh yang berhubungan dengan pembelajar sehingga mereka dapat menerima informasi yangdiberikan.
g.      Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal. Pembelajar menerima materi pelajaran melalui teknologi, memproses informasi, dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi informasi tersebut.[8]









BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisasian, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilain pembelajaran.
Sifat-sifat desain pembelajaran terdiri atas 4 bagian yaitu; 1) Berorientasi pada siswa, 2) Alur Berpikir Sistem atau Sistemik, 3) Empiris dan Berulang. Adapun esensi desain pembelajaran mencakup empat komponen, yaitu: peserta didik, tujuan, metode, evaluasi.
Terdapat beberapa teori pembelajaran dalam desain pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme.
B.       Saran
Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efesien serta dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah dicanangkan oleh pemerintah, maka perlu pelaksanaan desain pembelajaran dilakukan secara tepat oleh pihak-pihak yang terkait baik guru atau dosen, pengelola dan sebagainya.






DAFTAR RUJUKAN
Hanafi, Abdul Halim, Amrina. Desain Pembelajaran Bahasa Arab . Diadit Media Press :  Jakarta. 2013
Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Disain Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group : Jakarta. 2007
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II; Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004
Shobirin, Ma’as. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Cet. I; Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2016
Visimedia. Undang-Undang Nomr 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Cet. II; Jakarta: Visimedia, 2007
Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan Kurikulum 2013.  Cet. II; Jakarta: KENCANA, 2013  
Indonesia, Guru. “Permendikbud Terbaru tentang Pedoman”, http://www.guru-id.com/.html=1. 29 September 2017
Meranda, Berry. “Teori-Teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran”, http://berrymeranda.blogspot.co.id/.html?m=1. 27 september 2017
Rosyidi, Bahrur. “Desain Pembelajaran”, https://wordpress.com/research/. 27 september 2017.







[1] Abdul Halim Hanafi dan Amrina, Desain Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta : Diadit Media Press, 2013 ), hlm 54
[2] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran  ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm 16
[3]Bahrur Rosyidi, “Desain Pembelajaran”, dalam https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/research/, 27 September 2017.
[4]Visimedia, Undang-Undang Nomr 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Cet. II; Jakarta: Visimedia, 2007), h. 20.
[5]Guru Indonesia, “Permendikbud tentang Pedoman”, dalam http://www.guru-id.com/.html?m=1, 29 September 2017.
[6]Ma’as Shobirin, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Cet. I; Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2016), h. 183.
[7]Yaumi Muhammad, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran h. 28-29.
[8]Berry Meranda “Teori-Teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran”, dalam http://berrymeranda.blogspot.co.id/2011/09/teori-teori-pembelajaran-dalam-desain.html?m=1, 27 September 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resah dan Dilema

  Hai, untuk kali ini biarlah jari-jari sibuk mengetikkan namamu kukelabui dengan sebutan "Dia". Entah aku akan memulai dari mana ...