RAHMAT
WIDYA SARI
A.MUH.RIFKI
MINCERIANTI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BONE
KONSEP DASAR DESAIN PEMBELAJARAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Desain Pembelajaran
Kata desain
berasal dari bahasa Inggris yaitu design, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dapat diartikan kerangka, bentuk, rancangan, motif, pola, model, menata,
memaksudkan dan konstruksi. Dalam bahasa Arab, desain diartikan dengan tashmim
yaitu teknik mengatur sesuatu (pembelajaran) dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan kurikulum yang menjadi dasar pembelajaran.[1]
Pengertian
desain menurut para ahli di antaranya:
1.
Gagne, Briggs, & Wager
Mereka
mengembangkan konsep desain pembelajaran dengan menyatakan bahwa desain
pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di mana proses tersebut
memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Menurut mereka proses belajar
terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar : internal dan eksternal. Kondisi
internal : kemampuan dan kesiapan diri pebelajar. Sedangkan kondisi eksternal :
pengaturan lingkungan yang didesain. Penyiapan kondisi eksternal inilah yang
menurut mereka sebagai desain pembelajaran yang disusun secara sistematis, dan
menerapkan konsep pendekatan system agar berhasil meningkatkan mutu kinerja
seseorang. Dan mereka percaya bahwa proses belajar yang terjadi secara internal
dapat ditumbuhkan jika faktor eksternal dapat didesain dengan efektif.
2. Reiser
Menurutnya, desain pembelajaran
berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program
pendidikan dan pelatihan dengan konsisten dan teruji. Desain pembelajaran juga
sebagai proses yang rumit tapi kreatif, aktif dan berulang-ulang. Defenisi ini
bermakna sistem, pelatihan yaitu pendidikan di organisasi, serta proses yang
teruji dan dapat dikaji ulang penerapannya.
Pengertian
mengenai desain pembelajaran di atas memberikan makna bahwa desain merupakan
suatu kegiatan yang menuntut profesionalisme dan kompetensi, sebab tidak
mungkin seseorang dapat mendesain pembelajaran dengan baik dan benar jika tidak
memiliki pendidikan dan pengalaman yang sesuai. Dengan begitu, mendesain
membutuhkan ilmu, pengalaman, dan pengamatan yang cukup terhadap gejala dan
karakteristik masalah.
Dikaitkan dengan pembelajaran bahasa
Arab, desain ini dapat diartikan merancang, menata, atau membuat kerangka
pembelajaran bahasa Arab agar dapat berjalan sesuai dengan
a. Hakikat
pembelajaran bahasa, yaitu proses menjadikan siswa aktif dan kreatif dalam
belajar bahasa Arab dengan waktu yang relatif singkat namun dengan hasil
belajar yang tuntas dan bermakna.
b. Memiliki
kompetensi keterampilan berbahasa Arab dan berpengetahuan bahasa Arab.
Disebabkan
hal di atas, sangat dituntut para guru memahami dan memiliki kompetensi
profesional di bidang keguruan yaitu menyiapkan rancangan pembelajaran bahasa
Arab secara efektif dan efesien agar proses belajar siswa dapat memahami,
memiliki dan menguasai sejumlah kompetensi, baik kompetensi intelektual,
personal maupun sosial serta pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
peraturan perundangan dan harapan tujuan pemdidikan nasional dan masyarakat.
Untuk
merealisasikan dan menjawab tuntutan di atas, para guru harus melakukan hal
a. Mendesain
perangkat pembelajaran yang terdiri dari : membuat kalender akademik dengan
menghitung minggu-minggu efektif, dan tidak efektif, menyusun deskripsi materi
ajar, menyusun program tahunan (prota) dan program semesteran (prosem),
menyusun silabus, dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan standar kelulusan dan dan standar kompetensi.
b. Mendesain
materi ajar, dengan cara merancang kegiatan proses pembelajaran bahasa Arab
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
c. Melakukan
analisis pembelajaran untuk melihat persoalan-persoalan yang dihadapi guru
dalam proses pembelajaran serta memberikan solusi yang tepat dari persoalan
yang dihadapi dan sebagai upaya perbaikan dari pembelajaran yang sedang
berjalan.
Mendesain
pembelajaran dan materi ajar merupakan hal yang berbeda. Akan tetapi hal
tersebut dapat dilakukan sekaligus, karena pembelajaran yang sudah didesain
dengan baik dan benar tetapi materi ajarnya tidak didesain sesuai dengan
pembelajarannya, ,maka tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. [2]
B.
Sifat Desain
Pembelajaran
Sifat-sifat desain pembelajaran merupakan hal
yang mendasar dalam desain itu sendiri, karena dari sifat-sifat tersebut dapat
diketahui apa kelebihan dan kekurangan suatu desain pembelajaran. Sifat-sifat
desain pembelajaran antara lain :
1.
Berorientasi pada Siswa
Smaldino (2005)
berpendapat bahwa para desainer pembelajaran harus mempertimbangkan siswa,
karena mereka mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaan karaktersitik siswa tersebut antara
lain :
a.
Karakteristik Umum
Sifat internal siswa mempengaruhi penyampaian
materi seperti kemampuan membaca, jenjang pendidikan, usia, dan latar belakang
sosial.
b.
Kemampuan Awal atau Prasyarat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum
siswa akan mempelajari kemampua baru. Jika kurang, kemampuan awal ini
sebenarnya yang menjadi mata rantai penguasaan isi atau materi dan menjadi
penghambat bagi proses belajar.
c.
Gaya Belajar
Merupakan berbagai aspek psikologis yang berdampak
terhadap penguasaan kemampuan atau kompetensi. Cara mempersepsikan sesuatu hal,
motivasi, kepercayaan diri, tipe belajar (verbal,visual, kombinasi, dan
sebagainya).
2.
Alur Berpikir Sistem atau Sistemik
Konsep sistem
dan pendekatan sistem diterapkan secara optimal dalam desain pembelajaran
sebagai kerangka berpikir. Sistem sebagai rangkaian komponen dengan
masing-masing fungsi yang berbeda, bekerjasama dan berkoordinasi dalam
melaksanakan suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan ini menunjukkan bahwa
kegiatan belajar mengajar jika diuraikan terjadi seperti sebagai suatu sistem.
Keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya dapat disebabkan oleh salah
satu komponen saja. Jadi jika ada perbaikan maka seluruh komponen perlu
ditinjau kembali.
3.
Empiris dan Berulang
Setiap model
desain pembelajaran bersifat empiris. Model apapun yang diajukan oleh pakar
telah melalui hasil kajian teori serta serangkaian uji coba yang mereka lakukan
sendiri sebelum dipublikasikan. Pada pelaksanaannya, pengguna dapat menerapkan
dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai dengan masukan yang bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.[3]
C.
Komponen Desain
Pembelajaran
Esensi desain
pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu : peserta didik, tujuan, metode,
evaluasi (Kemp, Morrison dan Ross, 1994).
1.
Peserta didik
Dalam
menentukan desain pembelajaran dan mata pelajaran yang akan disampaikan perlu
diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer adalah menciptakan
situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan
peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya.
Peserta didik
sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai factor baik fisik
maupun mental, misalnya kelelahan, mengantuk, bosan, dan jenuh. Hal ini akan
mengurangi kosentrasi peserta didik dan sudah tentu akan terjadi reduksi dalam
penyerapan materi yang juga mempengaruhi daya tangkap untuk memahami materi.
Hal-hal lain
yang dapat mempengaruhi mutu belajar peserta didik adalah tampilan materi ajar
dan gaya penyampaian guru dalam menyampaikan materi.
a.
Tujuan
Setiap rumusan
tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetesi atau kinerja yang
harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai
sesuatu yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi sub kompetensi yang
dapat mudah dicapai. Dilain pihak desain pembelajaran memadukan kebutuhan
peserta didik dengan kompetensi yang harus dikuasai dengan persyaratan tertentu
dalam kondisi yang sudah ditetapkan.
b.
Metode
Metode terkait
dengan strategi pembelajaran
yang sebaiknya dirancang agar proses
belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu
untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat
penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya.
Di lain pihak kepiawaian seorang desainer pembelajaran juga terlihat dalam cara
menentukan metode. Pada konsep ini meode adalah komponen strategi pembelajaran
yang sederhana.
c.
Evaluasi
Konsep ini
menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting. Indikator
keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil
belajar. Seringkali penilaian dilakukan dengan cara menjawab soal-soal
objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format non soal, yaitu dengan
instrument pengamatan, wawancara, kuesioner dan sebagainya.
Komponen utama dari desain pembelajaran
adalah:
1.
Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang
perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2.
Tujuan
Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai
oleh pembelajar.
3.
Analisis
Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan
dipelajari
4.
Strategi
Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro
dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5.
Bahan Ajar,
adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6.
Penilaian
Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah
dikuasai atau belum.
D.
Dasar Hukum
Sistem Desain Pembelajaran
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah Pasal 1 ayat 1 bahwa “standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.[4]
Salah satu tugas guru adalah merancang
aktivitas pembelajaran, aktivitas secara garis besar berisi pemikiran tentang
startegi pembelajaran sebagai acuan untuk direalisasikan di depan kelas. Desain
Pembelajaran yang dibuat guru-guru merupakan salah satu perwujudan dari
rancangan aktivitas pembelajaran. Selayaknya dalam membuat desain pembelajaran
terdiri dari komponen tujuan dengan taksonomi perilakunya, kegiatan utama
pembelajaran, proses pembelajaran, pendekatan, metode, teknik dan alat,
evaluasi serta keputusan kapan rancangan tersebut dilaksanakan.
Pedoman penyusunan Desain Pembelajaran masih
mengikuti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 103
Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan
ini dibuat dalam rangka implementasi kurikulum sebagaimana telah diatur dalam
pasal 770 ayat (2) huru c dan pasal 77P ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.[5]
Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013
tentang standar proses, rencana
pelaksanaan pemebelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka
untuk satu pertemuan atau lebih.[6]
Adapun dasar hakum yang berkaitan dengan
perkembangan rencana pelaksanaan desain pembalajaran yaitu Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri pendidikan nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standarisi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan dan sebagainya.
E.
Teori Pembelajaran
dalam Desain Pembelajaran
Penelitian
terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat
meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi
dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk
meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang
berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media
menggunakan audio visual atau komputer media dapat membantu siswa itu
memperoleh pelajaran bermanfaat. Guru sebagai pengembang media pembelajaran
harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat
memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih
untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk
manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar
bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual. Terdapat
beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi/komputer dalam
pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme.
1.
Teori Behaviorisme
Sebuah teori yang di cetuskan gage & Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka. Dari hal ini, timbullah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Sebagai tokoh
behaviorisme radikal, Skinner mengatakan bahwa belajar dapat dipahami,
dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang dapat
diamati, yakni perilaku peserta didik beserta antesedan dan konsekuensi dengan
perilaku yang dilakukan. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.[7]
Perkembangan teori dan praktek
menghasilka terbentuknya tingkah laku
/ perilaku Yang tampak sebagai hasil belajar.
Belajar :
Input = stimulus = apa saja yang di berikan guru pada pelajar.
Output = respon = reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang
di berikan oleh guru tersebut.
Behaviorisme
memandang pikiran sebagai
‘kotak hitam” dalam merespon rangsangan yang dapat diobservasi secara
kuantitatif, sepenuhnya
mengabaikan proses berpikir yang
terjadi dalam otak. Kelompok ini memandang tingkah laku yang dapat diobservasi
dan Diukur sebagai indikator belajar.
Implementasi
prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Siswa harus
diberitahu secara eksplisit outcome belajar sehingga mereka dapat mensetting
harapan-harapan mereka dan menentukan apakah dirinya telah mencapai outcome dari
pembelajaran online atau tidak.
b.
Pembelajar
harus diuji apakah mereka telah mencapai outcome pembelajaran
atau tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat Pencapaian pembelajar dan untuk
memberi umpan balik yang tepat.
c.
Materi belajar
harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan belajar. Urutan dapat dimulai
dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari
pengetahuan sampai penerapan.
d.
Pembelajar
harus diberi umpan balik sehingga mereka dapat mengetahui
bagaimana melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.
2.
Teori
Kognitivisme
Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman setiap
orang setelah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Kognitivisme membagi tipe-tipe pembelajar,yaitu:
a.
Pembelajar tipe
pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan
mereka berhubungan dengan teman-temannya,dan bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu;
b.
Pembelajar tipe
observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti sebelum melakukan
tindakan;
c.
Pembelajar tipe
konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu dan simbol-simbol
daripada dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan teori dan melakukan
analisis sistematis.
d.
Pembelajar tipe
eksperimentasi aktif lebih
suka belajar dengan melakukan paktek proyek dan melalui kelompok diskusi.
Mereka menyukai metode belajar aktif dan berinteraksi dengan teman untuk
memperoleh umpan balik daninformasi.
Implementasi
prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a.
Materi
pembelajaran harus memasukan aktivitas gaya belajar yang berbeda, sehingga
siswa dapat memilih aktivitas yang tepat berdasarkan kecenderungan gaya belajarnya.
b.
Sebagai
tambahan aktivitas, dukungan secukupnya harus diberikan
kepada siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswa dengan
perbedaan gaya belajar memiliki perbedaan pilihan terhadap
dukungan, sebagai contoh, assimilator lebih suka kehadiran
instruktur yang tinggi. Sementara akomodator lebih suka kehadiran
instruktur yang rendah.
c.
Informasi harus
disajikan dalam cara yang berbeda untuk mengakomodasi perbedaan individu dalam proses dan memfasilitasi
transfer ke long-term memory.
d.
Pembelajar
harus dimotivasi untuk belajar, tanpa mempedulikan sebagaimana efektif materi, jika pembelajar tidak dimotivasi
mereka tidak akan belajar. Pada saat belajar, pembelajar harus diberi
kesempatan untuk merefleksi apa yang mereka pelajari. Bekerja sama dengan pembelajar
lain, dan mengecek kemajuan mereka.
e.
Psikologi
kognitif menyarankan bahwa pembelajar menerima dan memproses
informasi untuk ditransfer ke long term memori untuk disimpan.
3.
Teori
Konstruktivisme
Penekanan pokok
pada konstruktivis adalah situasi belajar, yang memandang
belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajar yang memungkinkan
pembelajar mengkontekstualisasi informasi harus digunakan dalam mendesain
sebuah media pembelajaran. Jika informasi harus diterapkan dalam banyak konteks, maka strategi
belajar yang mengangkat belajar multi-kontekstual harus digunakan untuk
meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapat menerapkan informasi tersebut secara
luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari pembelajaran satu cara ke
konstruksi dan penemuan
pengetahuan.
Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Teori ini menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi
pengetahuan saat pengalaman baru di beri makna oleh pengalaman terdahulu.
Implementasi pada online learning:
a.
Belajar harus
menjadi suatu proses aktif. Menjaga pembelajar tetap aktif
melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat
tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna personal.
b.
Pembelajar
mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima apa
yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan
difasilitasi oleh pembelajaran interaktif yang bagus, karena
siswa harus mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengan
pembelajar lain dan dengan instruktur, dan karena agenda belajar
dikontrol oleh pembelajar sendiri.
c.
Bekerja dengan
pembelajar lain memberi pembelajar pengalaman kehidupan nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan
mereka menggunakan keterampilan metakognitif mereka.
d.
Pembelajar
harus diberi control proses belajar.
e.
Pembelajar
harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat
belajar online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi.
f.
Belajar harus
dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harus memasukan
contoh-contoh yang berhubungan dengan pembelajar sehingga mereka dapat menerima informasi yangdiberikan.
g.
Belajar harus
interaktif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi
dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal. Pembelajar menerima materi pelajaran
melalui teknologi, memproses informasi, dan kemudian
mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi informasi tersebut.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur
yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisasian, perancangan,
pengembangan, pengaplikasian dan penilain pembelajaran.
Sifat-sifat desain pembelajaran terdiri atas 4
bagian yaitu; 1) Berorientasi pada siswa, 2) Alur Berpikir Sistem atau
Sistemik, 3) Empiris dan Berulang. Adapun esensi
desain pembelajaran mencakup empat komponen, yaitu: peserta didik, tujuan,
metode, evaluasi.
Terdapat
beberapa teori pembelajaran dalam desain
pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme.
B.
Saran
Untuk mencapai proses pembelajaran yang
efektif dan efesien serta dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah
dicanangkan oleh pemerintah, maka perlu pelaksanaan desain pembelajaran dilakukan
secara tepat oleh pihak-pihak yang terkait baik guru atau dosen, pengelola dan
sebagainya.
DAFTAR RUJUKAN
Hanafi, Abdul Halim, Amrina. Desain
Pembelajaran Bahasa Arab . Diadit Media Press : Jakarta. 2013
Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip
Disain Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group : Jakarta. 2007
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II;
Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004
Shobirin, Ma’as. Konsep dan Implementasi Kurikulum
2013 di Sekolah Dasar. Cet. I; Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2016
Visimedia. Undang-Undang
Nomr 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang Nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Cet. II; Jakarta: Visimedia, 2007
Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran
Disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Cet.
II; Jakarta: KENCANA, 2013
Indonesia, Guru. “Permendikbud Terbaru tentang Pedoman”, http://www.guru-id.com/.html=1. 29 September 2017
Meranda, Berry. “Teori-Teori Pembelajaran dalam Desain
Pembelajaran”, http://berrymeranda.blogspot.co.id/.html?m=1. 27 september 2017
[1] Abdul Halim Hanafi
dan Amrina, Desain Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta : Diadit Media
Press, 2013 ), hlm 54
[2] Dewi Salma
Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2007), hlm 16
[3]Bahrur Rosyidi, “Desain Pembelajaran”, dalam https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/research/, 27 September 2017.
[4]Visimedia, Undang-Undang Nomr 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional & Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Cet.
II; Jakarta: Visimedia, 2007), h. 20.
[5]Guru Indonesia, “Permendikbud tentang Pedoman”, dalam http://www.guru-id.com/.html?m=1, 29 September
2017.
[6]Ma’as Shobirin, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Cet.
I; Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2016), h. 183.
[7]Yaumi Muhammad, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran h. 28-29.
[8]Berry Meranda “Teori-Teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran”, dalam http://berrymeranda.blogspot.co.id/2011/09/teori-teori-pembelajaran-dalam-desain.html?m=1, 27 September 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar