PENGEMBANGAN BUDAYA DAN IKLIM LEMBAGA PENDIDIKAN
Oleh Mincerianti Yusuf
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Budaya dan
Iklim Sekolah
Budaya adalah
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang
terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat
abstrak.
Budaya
sekolah/madrasah merupakan bagian dari budaya korporasi (corporate culture). Budaya karporat merupakan budaya yang di bangun
pada institusi atau lembaga yang di miliki karakteristik tertentu.
Iklim organisasi
memiliki banyak definisi. Definisi pertama di kemukakan oleh Forechand dan
Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim sekolah adalah serangkaian
deskripsi dari karakteristik organisasi yang bertahan dalam angka waktu lama.
Iklim sekolah
merupakan hasil dari media interaksi dalam organisasi sekolah. iklim sekolah
akan memberikan pengaruh pada perilaku guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugasnya di sekolah.[1]
Beberapa hal
yang menjadi ciri dari korporasi di kemukakan oleh kasali, sebagai berikut:
1.
Terdapat
pemisahan kekayaan (antara milik individu/keluarga/kelompok dengan milik organisasi sebagai badan hukum).
2.
Pemisahan
tanggung jawab, antara pemilik dan pelaksana.
3.
Mengutamakan
kepentingan pelanggan (customer
satisfaction).
4.
Bekerja
dengan sistem.
5.
Adanya
pencatatan transparansi.
6.
Adanya
pertanggung jawaban (accountability).
7.
Bergerak
dengan strategi dan rencana kerja
8.
Adanya
upaya regenerasi berkelanjutan.[2]
Budaya
sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara
nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dari
nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada di dalam
sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran
manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Sebagai mana yang di kemukakan diatas
bahwa budaya sekolah/madrasah selalu di bangun oleh pikiran-pikiran individu
yang ada di dalam sekolah/madrasah tersebut. Pertemuan pikiran-pikiran manusia
tersebut kemudian menghasilkan apa disebut dengan “pikiran organisasi”
(kasali). Dari pikiran-pikiran organisasi itulah kemudian muncul dalam bentuk
nilai-nilai yang diyakini bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut akan
menjadi bahan tama pembentuk budaya sekolah/madrasah. [3]
Iklim
dan budaya sekolah yang kondusif di tandai dengan terciptanya lingkungan
belajar yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif. Iklim dan budaya yang kondusif sangat penting agar peserta
didik merasa senang dan bersikap positif terhadap sekolahnya agar guru merasa
di hargai, serta agar orang tua dan masyarakat merasa di terima dan terlibat.
Hal ini dapat menjadi penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan
kerjasama yang harmonis yang didasari oleh sikap saling menghormati. Selain
itu, iklim dan budaya sekolah yang kondusif mendorong setiap warga sekolah
untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik yang mengarah pada prestasi
peserta didik yang tinggi. Semakin banyak individu-individu yang memiliki
kecerdasan yang utuh di sekolah/madrasah sebagaimana telah digambarkan maka
akan semakin baik pikiran organisasi di madrasah tersebut.[4]
Robbins (1991) menegaskan bahwa
budaya organisasi adalah sesuatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi itu, suatu sistem dari makna bersama. Artinya bahwa
budaya organisasi terwujud dalam filosofi, ideologi, nilai, asumsi, keyakinan
serta sikap dan norma bersama anggota organisasi tersebut dalam memandang
berbagai realitas, terutama berkaitan dengan permasalahan internal maupun
eksternal.[5]
Iklim
dan budaya sekolah termasuk karakteristik yang secara konsisten di temukan
berkorelasi positif dengan prestasi belajar siswa. Peneliti Cheng menunjukkan
bahwa sekolah dengan budaya organisasi (cita-cita, keyakinan,dan misi) yang
kokoh cenderung dipandang lebih efektif dalam hal produktivitas, kemampuan
adaptasi dan keluwesan. Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi ia ada
seperti udara dalam ruangan. Ia mengintari dan mempengaruhi segala hal yang
terjadi dalam suatu organisasi. Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prestasi,
dan kepuasan kerja. Iklim terbuka di tandai dengan perilaku suportif yang
tinggi dari pimpinan (kepala sekolah), dan perilaku kolegial dan keakraban yang
tinggi dari para bawahan di satu pihak, serta rendahnya perilaku direktif dan
restriktif dari pimpinan dan rendahnya perilaku keterpisahan dari bawahan
dipihak lain. Iklim tertutup ditandai dengan perilaku direktif dan restriktif
yang tinggi dari pimpinan (kepala sekolah), dan perilaku keterpisahan yang
tinggi para bawahan (guru) dari satu pihak, serta rendahnya perilaku dari pimpinan, dan rendahnya perilaku
kolegial, dan keakraban dari bawahan dipihak lain.
Menurut
J.J Hoenigman, wujud budaya di bedakan menjadi 3 yaitu:
1.
Gagasan
(wujud ide)
Wujud
ide budaya berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan
sebagainya.
2.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan berupa tindakan berpola dari manusia.
3.
Artefak
(karya)
Artefak
adalah hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan
didokumentasikan.
B. Faktor-Faktor
Penentu Iklim dan Budaya Sekolah.
Secara
umum faktor-faktor penentu yang perlu diperhatikan dalam iklim dan budaya sekolah sebagai berikut:
1.
Tujuan
dan sasaran pendidikan nasional dalam pembangunan bukan hanya untuk menciptakan
golongan elit dan kaum intelektual, melainkan membentuk manusia indonesia
secara utuh melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan bagi peranannya
pada masa mendatang.
2.
Peserta
didik merupakan subjek sekaligus objek pendidikan. Perubahan perilaku peserta
didik ditentukan oleh pengalaman belajarnya di samping faktor-faktor bawaan.
3.
Mendidik
merupakan pekerjaan profesional, petunjuk bahwa tidak setiap orang dapat
melaksanakan profesi mendidik (pendidik).
4.
Isi
pendidkan merupakan segala pengalaman yang harus dimiliki peserta didik sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai melalui proses pendidikan.
5.
Keberhasilan
pendidikan sangat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas dan sumber belajar.
Adapun
faktor-faktor lain, pembentuk kebudayaan adalah sebagai berikut:
1.
Pola
pikir manusia terus berevolusi dalam memersepsi alam dan kehidupan.
2.
Pola
hidup yang di tunjang oleh berbagai alat penunjang kehidupan.
3.
Pola
tingkah laku yang diikat oleh nilai-nilai.[6]
C. Fungsi Budaya
Sekolah.
Ndraha
mengemukakan, fungsi budaya sebagai
berikut:
1.
Identitas
dan citra suatu masyarakat
2.
Pengikat
suatu masyarakat
3.
Sumber
inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya
4.
Kekuatan
penggerak
5.
Kemampuan
untuk pembentuk nilai tambah
6.
Pola
perilaku
7.
Warisan
8.
Penggannti
formalisasi
9.
Mekanisme
adaptasi terhadap perubahan.[7]
Budaya juga
berfungsi sebagai mekanisme dan beradaptasi dengan berbagai perubahan yang
terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi. Proses adaptasi tersebut
dibutuhkan untuk menghindari terjadinya konflik antara budaya. Mekanisme adaptasi menjadi ciri
kedewasaan individu, kelompok, bahkan masyarakat negara tertentu. Dengan
adaptasi, kehidupan dapat berjalan secara harmonis, tentram aman dan damai.
Karena esensi adptas sesungguhnya adalah saling menghargai kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
Dapat pula
dikatakan bahwa budaya merupakan aset yang sangat berharga, yang dapat
digunakan sebagai model dasar dalam membangun dan mengembangkan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sejahtera, adil, dan bermartabat.
D.
Model Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Model
pengembangan budaya dan iklim sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia baik itu kepala sekolah, guru dan staf sekolah dan
utamanya siswa itu sendiri dapat
dijadikan dasar dalam upaya memperbaiki iklim sekolah. model tersebut merupakan
integrasi komponen-komponen seperti budaya sekolah, iklim organisasi, dan
pranata sistem sekolah. komponen pengembangan budaya dan iklim sekolah secara
umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori dengan beberapa aspek sebagai
berikut:
1.
Budaya
sekolah meliputi aspek-aspek:
a.
Nilai
b.
Norma
c.
Perilaku
2.
Lingkungan
fisik sekolah meliputi:
a.
Keindahan
b.
Keamanan
c.
Kenyamanan
d.
Ketentraman
e.
Kebersihan
3.
Lingkungan
sistem sekolah meliputi:
a.
Berbasis
mutu
b.
Kepemimpinan
kepala sekolah
c.
Disiplin
dan tata tertib
d.
Penghargaan
dan insentif
e.
Harapan
untuk berprestasi
f.
Akses
informasi
g.
Evaluasi
h.
Komunikasi
yang intensif dan terbuka[8]
E. Prinsip-Prinsip
Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Prinsip adalah
suatu pernyataan atau suatu kebenaran yang pokok, yang memberikan suatu petunjuk
kepada pemikiran atau tindakan. Lebih jauh dijelaskan pengertian prinsip yakni
pedoman-pedoman yang dapat membantu dalam penerapan manajemen yang harus
dipergunakan secara cermat dan bijaksana.
Budaya dan iklim
sekolah yang efektif akan memberikan efek positif bagi semua unsurdan personil
sekolah seperti kepala sekolah, guru, staf,siswa dan masyarakat.
Prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah
adalah sebagai berikut:
1.
Berfokus
Pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Pengembangan
budaya dan iklim sekolah harus senantiasa sejalana dengan visi, misi dan tujuan
sekolah. fungsi visi, misi dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan
budaya dan iklim sekolah. visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai
dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya dan iklim sekolah.
2.
Penciptaan
komunikasi formal dan informal
Komunikasi
merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan
pesan-pesan pentingnya budaya dan iklim sekolah. kominikasi informal sama
pentingnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur kominikasi
tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efesien.
3.
Inovatif
dan bersedia mengambil resiko
salah dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan
besedia mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya
resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko
menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan
dalam waktu cepat.
4.
Memiliki
strategi yang jelas
Pengembangan budaya dan iklim sekolah perlu ditopang
oleh strategi dan program. Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan
program menyangkut kegiatan operasional yang perlu di lakukan. Strategi dan
program merupaka dua hal yang selalu berkaitan.
5.
Berorientasi
kinerja
Pengembangan
budaya dan iklim sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin
dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian
kinerja dari suatu sekolah.
6.
Sistem
evaluasi yang jelas
Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya dan
iklim sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka
pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem
evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan
mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7.
Memiliki
komitmen yang kuat
Komitmen
dari pempinan dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program
pengembangan budaya dan iklim sekolah. banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen
yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana
dengan baik.
8.
Keputusan
berdasarkan konsensus
Ciri
budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang
berujung pada pengambilan keputusan secara konsensus. Meskipun hal itu
tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya konsensus dapat
meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9.
Sistem
imbalan yang jelas
Pengembangan budaya dan iklim sekolah hendaknya
disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya
adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan
perilaku positif yang sejalan dengan
pengembangan budaya dan iklim sekolah.
10.
Evaluasi
diri
Evaluasi
diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
di sekolah. evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah
pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan
metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya dan iklim sekolah.
F. Asas-Asas
Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Definisi budaya
dan iklim sekolah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan sebuah
pola asumsi dasar dalam mengembangkan budaya dan iklim sekolah efektif,
sehingga unsur dan prinsip-prinsipnya dianggap valid untuk dilaksanakan secara
terus menerus serta diterapkan bukan hanya dianggap sebagai strateg tetapi
lebih condong dipandang sebagai budaya. Oleh karena itu, peningkatan mutu dan
kualitas pendidikan di sekolah harus senantiasa dibarengi dengan pengembangan
budaya dan iklim sekolah yang kondusif dengan menerapkan nilai-nilai dasar
sebagai asas kehidupan sekolah.
Secara umum
asas-asas pengembangan budaya dan iklim sekolah dapat diuraikan sebagai
berikut:
1.
Kerjasama
tim (team work)
Pada
dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu
keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun
kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimiliki oleh personil sekolah.
2.
Kemampuan
Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. dalam lingkungan pembelajaran,
kemampuan profesional guru bukan hanya di tunjukkan dalam bidang akademik
tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3.
Keinginan
Keinginan
disini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung
jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai
diatas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan
juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai kepala
sekolah, guru,dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4.
Kegembiraan
Nilai
kegembiraan ini hharus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan
kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim
sekolah. jika perlu di buat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan
memberi nuansa yang indah, nyaman, asri
dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah
bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5.
Hormat
Rasa
hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargan kepada siapa saja baik
dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya.
Keluhan-keluhan yang terjadi karenna perasaan tidak dihargai atau tidak
diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap
respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa
saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai
rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik.
Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang
diperoleh dan sebagainya.
6.
Jujur
Nilai
kejujuran nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran
padran pada diri sendiri maupun kejujuran pada orang lain. Nilai kejujuran
tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi
mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran,
kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu, budaya jujur dalam setiap
situasi dimana pun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam
memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan
waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat
dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah yang baik.
7.
Disiplin
Disiplin
merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam
lingkungan sekolah. disiplin yang dimaksud dalam asas ini adalah sikap dan
perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup
teratur dan rapi serta mampu menetapkan sesuatu sesuai pada kondisi yang
seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus
dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada.
Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut,
tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau
iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang
tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak terkecuali
kepala sekolah, guru dan staf.
8.
Empati
Empati
adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki
oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan
dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapi
oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orng tersebut.
Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya dan iklim sekolah
yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.
9.
Pengetahuan
dan kesopanan
Pengetahuan
dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk
memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan
bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tampil
profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan
siswa, orang tua dan masyarakat.
Hal-hal
yang perlu dikembangkan dalam menciptakan budaya sekolah yang unggul, yaitu:
1.
Budaya
keagamaan (religi)
Menanamkan
perilaku tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing
sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlakul karimah).
2.
Budaya
kerjasama
Menanamkan
rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui kegiatan yang
dilakukan bersama.
3.
Budaya
kepemimpinan
Menanamkan
jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini kepada anak-anak.
Dalam proses
pengembangannya, budaya sekolah/madrasah dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut:
1.
Kebijakan
organisasi
2.
Gaya
organisasi
3.
Jati
diri organisasi
Tujuan
dan manfaat pengembangan budaya dan iklim sekolah
Hasil
pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku yang konsisten dan
untuk menyampainkan kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang
seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan
sekolah sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta disekolah baik itu fisik
maupun iklim kultur yang ada.
Komponen-komponen
budaya dn iklim sekolah, beberapa yang perlu ditata dalam pengembangan iklim
dan budaya sekolah adalah sebagai berikut;
1.
Perawatan
fasilitas fisik sekolah
2.
Jaminan
keamanan dilingkungan sekolah
3.
Penggunaan
poster afimasi
4.
Ganjaran
positif bagi karya terbaik siswa, dan lain-lain.[9]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Budaya adalah
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang
terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat
abstrak.
Budaya
sekolah/madrasah merupakan bagian dari budaya karporasi (corporate culture). Budaya karporat merupakan budaya yang di bangun
pada institusi atau lembaga yang di miliki karakteristik tertentu.
Iklim organisasi
memiliki banyak definisi. Definisi pertama di kemukakan oleh Forechand dan
Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim sekolah adalah serangkaian
deskripsi dari karakteristik organisasi yang bertahan dalam angka waktu lama.
Iklim sekolah
merupakan hasil dari media interaksi dalam organisasi sekolah. iklim sekolah
akan memberikan pengaruh pada perilaku guru dan tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah.
Secara umum
asas-asas pengembangan budaya dan iklim sekolah dapat diuraikan sebagai
berikut: Kerjasama tim (team work), Kemampuan, Keinginan, Kegembiraan, Hormat, Jujur,
Disiplin, Pengetahuan dan kesopanan.
Hasil
pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku yang konsisten dan
untuk menyampainkan kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang
seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan
sekolah sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta disekolah baik itu fisik
maupun iklim kultur yang ada.
Komponen-komponen
budaya dn iklim sekolah, beberapa yang perlu ditata dalam pengembangan iklim
dan budaya sekolah adalah sebagai berikut;Perawatan fasilitas fisik sekolah, Jaminan
keamanan dilingkungan sekolah, Penggunaan poster afimasi, Ganjaran positif bagi
karya terbaik siswa, dan lain-lain
B.
Saran
Dalam
penulisan makalah ini kami penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan
penyusunannya. Oleh karena itu kami penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR
RUJUKAN
Muhaimin. Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. Cet.
4; Jakarta: Fajar Interpratama Offeset, 2012.
Mulyasa. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cet. 3; Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013.
Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Cet. 1; Bandung: PT Refika Aditama, 2008.
Saefullah. Manajemen
Pendidikan Islam. Cet. 1; Bandung: Pustaka setia, 2012.
Departemen Pendidikan Nasional
Pengembangan Iklim dan Budaya Pembelajaran di Sekolah, 2007.
Sugeng Prabowo Listyo. Manajemen
Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah. Cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2008.
[1]
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi
dalam Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (cet. 4; Jakarta:
Fajar Interpratama Offeset,2012), h.47.
[2]
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, h.47.
[3]
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, h.48.
[4]
Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan
Kepala Sekolah (cet. 3; Jakarta: PT Bumi Aksara,2013), h.90
[5] Marno dan Triyo
Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam (cet. 1; Bandung: PT Refika Aditama,2008), h.140
[6]
Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam
(cet. 1; Bandung: Pustaka setia,2012), h.88
[7]
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, h.90.
[8]
Departemen Pendidikan Nasional
Pengembangan Iklim dan Budaya
Pembelajaran di Sekolah (tc.; t.t: t.p, 2007), h. 15.
[9] Prabowo Listyo
Sugeng, Manajemen Pengenmbangan Mutu
Sekolah/Madrasah (cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 36-38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar