Rabu, 04 Desember 2019

MAKALAH PENGEMBANGAN BUDAYA DAN IKLIM LEMBAGA PENDIDIKAN



PENGEMBANGAN BUDAYA DAN IKLIM LEMBAGA PENDIDIKAN 
Oleh Mincerianti Yusuf


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Budaya dan Iklim Sekolah
Budaya adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat abstrak.
Budaya sekolah/madrasah merupakan bagian dari budaya korporasi (corporate culture). Budaya karporat merupakan budaya yang di bangun pada institusi atau lembaga yang di miliki karakteristik tertentu.
Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Definisi pertama di kemukakan oleh Forechand dan Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim sekolah adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang bertahan dalam angka waktu lama.
Iklim sekolah merupakan hasil dari media interaksi dalam organisasi sekolah. iklim sekolah akan memberikan pengaruh pada perilaku guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.[1]
Beberapa hal yang menjadi ciri dari korporasi di kemukakan oleh kasali, sebagai berikut:
1.      Terdapat pemisahan kekayaan (antara milik individu/keluarga/kelompok  dengan milik organisasi sebagai badan hukum).
2.      Pemisahan tanggung jawab, antara pemilik dan pelaksana.
3.      Mengutamakan kepentingan pelanggan (customer satisfaction).
4.      Bekerja dengan sistem.
5.      Adanya pencatatan transparansi.
6.      Adanya pertanggung jawaban (accountability).
7.      Bergerak dengan strategi dan rencana kerja
8.      Adanya upaya regenerasi berkelanjutan.[2]
Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dari nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada di dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Sebagai mana yang di kemukakan diatas bahwa budaya sekolah/madrasah selalu di bangun oleh pikiran-pikiran individu yang ada di dalam sekolah/madrasah tersebut. Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut kemudian menghasilkan apa disebut dengan “pikiran organisasi” (kasali). Dari pikiran-pikiran organisasi itulah kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan tama pembentuk budaya sekolah/madrasah. [3]
Iklim dan budaya sekolah yang kondusif di tandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Iklim dan budaya yang kondusif sangat penting agar peserta didik merasa senang dan bersikap positif terhadap sekolahnya agar guru merasa di hargai, serta agar orang tua dan masyarakat merasa di terima dan terlibat. Hal ini dapat menjadi penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan kerjasama yang harmonis yang didasari oleh sikap saling menghormati. Selain itu, iklim dan budaya sekolah yang kondusif mendorong setiap warga sekolah untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi. Semakin banyak individu-individu yang memiliki kecerdasan yang utuh di sekolah/madrasah sebagaimana telah digambarkan maka akan semakin baik pikiran organisasi di madrasah tersebut.[4]
            Robbins (1991) menegaskan bahwa budaya organisasi adalah sesuatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu, suatu sistem dari makna bersama. Artinya bahwa budaya organisasi terwujud dalam filosofi, ideologi, nilai, asumsi, keyakinan serta sikap dan norma bersama anggota organisasi tersebut dalam memandang berbagai realitas, terutama berkaitan dengan permasalahan internal maupun eksternal.[5]
Iklim dan budaya sekolah termasuk karakteristik yang secara konsisten di temukan berkorelasi positif dengan prestasi belajar siswa. Peneliti Cheng menunjukkan bahwa sekolah dengan budaya organisasi (cita-cita, keyakinan,dan misi) yang kokoh cenderung dipandang lebih efektif dalam hal produktivitas, kemampuan adaptasi dan keluwesan. Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi ia ada seperti udara dalam ruangan. Ia mengintari dan mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja. Iklim terbuka di tandai dengan perilaku suportif yang tinggi dari pimpinan (kepala sekolah), dan perilaku kolegial dan keakraban yang tinggi dari para bawahan di satu pihak, serta rendahnya perilaku direktif dan restriktif dari pimpinan dan rendahnya perilaku keterpisahan dari bawahan dipihak lain. Iklim tertutup ditandai dengan perilaku direktif dan restriktif yang tinggi dari pimpinan (kepala sekolah), dan perilaku keterpisahan yang tinggi para bawahan (guru) dari satu pihak, serta rendahnya perilaku   dari pimpinan, dan rendahnya perilaku kolegial, dan keakraban dari bawahan dipihak lain.
Menurut J.J Hoenigman, wujud budaya di bedakan menjadi 3 yaitu:
1.      Gagasan (wujud ide)
Wujud ide budaya berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya.
2.      Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan berupa tindakan berpola dari manusia.
3.      Artefak (karya)
Artefak adalah hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan didokumentasikan.
B.    Faktor-Faktor Penentu Iklim dan Budaya Sekolah.
Secara umum faktor-faktor penentu yang perlu diperhatikan dalam iklim  dan budaya sekolah sebagai berikut:
1.      Tujuan dan sasaran pendidikan nasional dalam pembangunan bukan hanya untuk menciptakan golongan elit dan kaum intelektual, melainkan membentuk manusia indonesia secara utuh melalui  kegiatan bimbingan, pengajaran  dan latihan bagi peranannya pada masa mendatang.
2.      Peserta didik merupakan subjek sekaligus objek pendidikan. Perubahan perilaku peserta didik ditentukan oleh pengalaman belajarnya di samping faktor-faktor bawaan.
3.      Mendidik merupakan pekerjaan profesional, petunjuk bahwa tidak setiap orang dapat melaksanakan profesi mendidik (pendidik).
4.      Isi pendidkan merupakan segala pengalaman yang harus dimiliki peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai melalui proses pendidikan.
5.      Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas dan sumber belajar.
Adapun faktor-faktor lain, pembentuk kebudayaan adalah sebagai berikut:
1.      Pola pikir manusia terus berevolusi dalam memersepsi alam dan kehidupan.
2.      Pola hidup yang di tunjang oleh berbagai alat penunjang kehidupan.
3.      Pola tingkah laku yang diikat oleh nilai-nilai.[6]
C.       Fungsi Budaya Sekolah.
Ndraha mengemukakan, fungsi budaya  sebagai berikut:
1.      Identitas dan citra suatu masyarakat
2.      Pengikat suatu masyarakat
3.      Sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya
4.      Kekuatan penggerak
5.      Kemampuan untuk pembentuk nilai tambah
6.      Pola perilaku
7.      Warisan
8.      Penggannti formalisasi
9.      Mekanisme adaptasi terhadap perubahan.[7]
Budaya juga berfungsi sebagai mekanisme dan beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi. Proses adaptasi tersebut dibutuhkan untuk menghindari terjadinya konflik antara  budaya. Mekanisme adaptasi menjadi ciri kedewasaan individu, kelompok, bahkan masyarakat negara tertentu. Dengan adaptasi, kehidupan dapat berjalan secara harmonis, tentram aman dan damai. Karena esensi adptas sesungguhnya adalah saling menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dapat pula dikatakan bahwa budaya merupakan aset yang sangat berharga, yang dapat digunakan sebagai model dasar dalam membangun dan mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejahtera, adil, dan bermartabat.
D.    Model Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Model pengembangan budaya dan iklim sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik itu kepala sekolah, guru dan staf sekolah dan utamanya siswa itu sendiri  dapat dijadikan dasar dalam upaya memperbaiki iklim sekolah. model tersebut merupakan integrasi komponen-komponen seperti budaya sekolah, iklim organisasi, dan pranata sistem sekolah. komponen pengembangan budaya dan iklim sekolah secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori dengan beberapa aspek sebagai berikut:
1.      Budaya sekolah meliputi aspek-aspek:
a.       Nilai
b.      Norma
c.       Perilaku
2.      Lingkungan fisik sekolah  meliputi:
a.       Keindahan
b.      Keamanan
c.       Kenyamanan
d.      Ketentraman
e.       Kebersihan
3.      Lingkungan sistem sekolah meliputi:
a.       Berbasis mutu
b.      Kepemimpinan kepala sekolah
c.       Disiplin dan tata tertib
d.      Penghargaan dan insentif
e.       Harapan untuk berprestasi
f.       Akses informasi
g.      Evaluasi
h.      Komunikasi yang intensif dan terbuka[8]
E.     Prinsip-Prinsip Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Prinsip adalah suatu pernyataan atau suatu kebenaran yang pokok, yang memberikan suatu petunjuk kepada pemikiran atau tindakan. Lebih jauh dijelaskan pengertian prinsip yakni pedoman-pedoman yang dapat membantu dalam penerapan manajemen yang harus dipergunakan secara cermat dan bijaksana.
Budaya dan iklim sekolah yang efektif akan memberikan efek positif bagi semua unsurdan personil sekolah seperti kepala sekolah, guru, staf,siswa dan masyarakat. Prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah sebagai berikut:
1.      Berfokus Pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Pengembangan budaya dan iklim sekolah harus senantiasa sejalana dengan visi, misi dan tujuan sekolah. fungsi visi, misi dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya dan iklim sekolah. visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya dan iklim sekolah.
2.      Penciptaan komunikasi formal dan informal
Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya budaya dan iklim sekolah. kominikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur kominikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efesien.
3.      Inovatif dan bersedia mengambil resiko
salah  dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan besedia mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4.      Memiliki strategi yang jelas
Pengembangan budaya dan iklim sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu di lakukan. Strategi dan program merupaka dua hal yang selalu berkaitan.
5.      Berorientasi kinerja
Pengembangan budaya dan iklim sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6.      Sistem evaluasi yang jelas
Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya dan iklim sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7.      Memiliki komitmen yang kuat
Komitmen dari pempinan dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya dan iklim sekolah. banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.
8.      Keputusan berdasarkan konsensus
Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9.      Sistem imbalan yang jelas
Pengembangan budaya dan iklim sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu  dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif  yang sejalan dengan pengembangan budaya dan iklim sekolah.
10.  Evaluasi diri
Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya dan iklim sekolah.
F.     Asas-Asas Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Definisi budaya dan iklim sekolah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan sebuah pola asumsi dasar dalam mengembangkan budaya dan iklim sekolah efektif, sehingga unsur dan prinsip-prinsipnya dianggap valid untuk dilaksanakan secara terus menerus serta diterapkan bukan hanya dianggap sebagai strateg tetapi lebih condong dipandang sebagai budaya. Oleh karena itu, peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah harus senantiasa dibarengi dengan pengembangan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dengan menerapkan nilai-nilai dasar sebagai asas kehidupan sekolah.
Secara umum asas-asas pengembangan budaya dan iklim sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Kerjasama tim (team work)
Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimiliki oleh personil sekolah.
2.      Kemampuan
Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya di tunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3.      Keinginan
Keinginan disini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai diatas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah, guru,dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4.      Kegembiraan
Nilai kegembiraan ini hharus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah. jika perlu di buat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi  nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5.      Hormat
Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karenna perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagainya.
6.      Jujur
Nilai kejujuran nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran padran pada diri sendiri maupun kejujuran pada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu, budaya jujur dalam setiap situasi dimana pun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah yang baik.
7.      Disiplin
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. disiplin yang dimaksud dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menetapkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak terkecuali kepala sekolah, guru dan staf.
8.      Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapi oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orng tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya dan iklim sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.
9.      Pengetahuan dan kesopanan
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tampil profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam menciptakan budaya sekolah yang unggul, yaitu:
1.      Budaya keagamaan (religi)
Menanamkan perilaku tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlakul karimah).
2.      Budaya kerjasama
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui kegiatan yang dilakukan bersama.
3.      Budaya kepemimpinan
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini kepada anak-anak.
Dalam proses pengembangannya, budaya sekolah/madrasah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1.      Kebijakan organisasi
2.      Gaya organisasi
3.      Jati diri organisasi
Tujuan dan manfaat pengembangan budaya dan iklim sekolah
Hasil pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku yang konsisten dan untuk menyampainkan kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta disekolah baik itu fisik maupun iklim kultur yang ada.
Komponen-komponen budaya dn iklim sekolah, beberapa yang perlu ditata dalam pengembangan iklim dan budaya sekolah adalah sebagai berikut;
1.      Perawatan fasilitas fisik sekolah
2.      Jaminan keamanan dilingkungan sekolah
3.      Penggunaan poster afimasi
4.      Ganjaran positif bagi karya terbaik siswa, dan lain-lain.[9]
           










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Budaya adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat abstrak.
Budaya sekolah/madrasah merupakan bagian dari budaya karporasi (corporate culture). Budaya karporat merupakan budaya yang di bangun pada institusi atau lembaga yang di miliki karakteristik tertentu.
Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Definisi pertama di kemukakan oleh Forechand dan Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim sekolah adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang bertahan dalam angka waktu lama.
Iklim sekolah merupakan hasil dari media interaksi dalam organisasi sekolah. iklim sekolah akan memberikan pengaruh pada perilaku guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
Secara umum asas-asas pengembangan budaya dan iklim sekolah dapat diuraikan sebagai berikut: Kerjasama tim (team work), Kemampuan, Keinginan, Kegembiraan, Hormat, Jujur, Disiplin, Pengetahuan dan kesopanan.
Hasil pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku yang konsisten dan untuk menyampainkan kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta disekolah baik itu fisik maupun iklim kultur yang ada.
Komponen-komponen budaya dn iklim sekolah, beberapa yang perlu ditata dalam pengembangan iklim dan budaya sekolah adalah sebagai berikut;Perawatan fasilitas fisik sekolah, Jaminan keamanan dilingkungan sekolah, Penggunaan poster afimasi, Ganjaran positif bagi karya terbaik siswa, dan lain-lain

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini kami penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu kami penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
















DAFTAR RUJUKAN
Muhaimin.  Manajemen  Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah.  Cet. 4; Jakarta: Fajar Interpratama Offeset, 2012.
Mulyasa. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cet. 3; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Cet. 1; Bandung: PT Refika Aditama, 2008.
Saefullah.  Manajemen Pendidikan Islam. Cet. 1; Bandung: Pustaka setia, 2012.
Departemen Pendidikan Nasional Pengembangan Iklim dan Budaya Pembelajaran di Sekolah, 2007.
Sugeng Prabowo Listyo.  Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah. Cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2008.








[1] Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (cet. 4; Jakarta: Fajar Interpratama Offeset,2012), h.47.
[2] Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, h.47.
[3] Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, h.48.
[4] Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah (cet. 3; Jakarta: PT Bumi Aksara,2013), h.90
[5] Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (cet. 1; Bandung: PT Refika Aditama,2008), h.140
[6] Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (cet. 1; Bandung: Pustaka setia,2012), h.88
[7] Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, h.90.
[8] Departemen Pendidikan Nasional Pengembangan Iklim dan Budaya Pembelajaran di Sekolah (tc.; t.t: t.p, 2007), h. 15.
[9] Prabowo Listyo Sugeng, Manajemen Pengenmbangan Mutu Sekolah/Madrasah (cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 36-38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resah dan Dilema

  Hai, untuk kali ini biarlah jari-jari sibuk mengetikkan namamu kukelabui dengan sebutan "Dia". Entah aku akan memulai dari mana ...