MINCERIANTI
NURFADILAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BONE
PROSES PERENCANAAN PENDIDIKAN
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup
Permasalahan Pendidikan
1. Kebutuhan akan perencanaan pendidikan
Kebutuhan akan
perencanaan muncul sebagai akibat semakin intensif dan kompleksnya permasalahan
yang muncul dalam masyarakat modern. Suatu permasalahan terjadi apabila suatu
aktivitas atau kejadian menyimpang dari
yang seharusnya terjadi. Permasalahan-permasalahan seperti jumlah penduduk,
kebutuhan akan tenaga kerja, ekologi, penurunan sumber daya, serta penggunaan
perkembangan ilmu pengetahuan yang sembarangan, menempatkan institusi
pendidikan untuk dapat menemukan solusinya. Jika institusi pendidikan diharapkan
mampu menyelesaikan maslaah-masalah tersebut, maka kemampuan merencanakan
menjadi suatu keharusan. Namun demikian, seringkali komunitas institusi
pendidikan tertentu memberikan pelayanannya tidak berkenan untuk mengenal
kebutuhan akan perencanaan pendidikan. Mereka menuntut solusi namun secara
simultan menolak metode yang dapat meyelesaikan solusi tersebut.
Untuk
menanggulangi permasalahan, baik sosial maupun fiskal serta untuk mengatasi
perencanaan pendidikan yang saat ini masih belum cukup memadai, maka berikut
ini usulan format aktivitas perencanaan dengan dipandang dari beberapa segi,
antara lain:
a.
Dari
segi umum, perencanaan pendidikan adalah suatu penelitian, pengembangan teori
dan teknik, penggambaran rencana pada tingkat lokal, regional maupun nasional
dan global.
b.
Dari
segi fisik, perencanaan pendidikan adalah perencanaan jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek gedung
sekolah, tata ruang gedung sekolah dan peralatannya, kriteria linhkungan
kegiatan pembelajaran dan lainnya.
c.
Dari
segi sosial, perencanaan pendidikan adalah tinjauan yang merefleksikan orang,
perencanaan kurikulum, strategi instruksional, tinja
d.
uan
kebutuhan tenaga kerja dan sosial, rancangan fisik yang dapat meningkatkan
interaksi individu dan sosial atau masyarakatnya.
e.
Dari
segi administrasi, perencanaan pendidikan adalah kontrol pengembangan,
pembuatan keputusan, manajemen operasi, kontrol inventaris, perencanaan
transportasi dan gedung sekolah. [1]
2. Pengertian Permasalahan Perencanaan pendidikan
Terdapat tiga
hal pokok yang harus diketahui dan diperhatikan, untuk memberikan pemahaman
tentang pengertian perencanaan pendidikan yang meliputi: karakteristik
perencanaan pendidikan, dimensi perencanaan pendidikan, dimensi perencanaan
pendidikan dan hambatan perencanaan pendidikan. [2]
3. Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Karakteristik
perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk menggambarkan sifat khusus dari
perencanaan pendidikan. perencanaan pendidikan adalah:
a.
Suatu
proses rasional, dikarakteristikkan sebagai pengembangan yang terorganisasi
dari kegiatan pembelajaran masyarakat.
b.
Menyangkut
tujuan sosial, cara dan tujuan, proses-proses dan kontrol.
c.
Merupakan
rancangan konseptual dimana kebijakan dan tindakan dibuat oleh kelompok.
d.
Konsep
dinamis yang menjamin suatu rencana dikonstruksikan dengan lentur sehingga
tidak mungkin terjadi penyimpangan
Perencanaan pendidikan harus memiliki tiga bidang
pengetahuan khusus, yang meliputi:
a.
Metode
ilmiah yang komprehensif dan kemampuan menggunakannya dengan fasilitas yang
ada.
b.
Pengetahuan
akan nilai-nilai perbandingan dan sistem nilai dengan maksud dapat
memfasilitasi keputusan rasional dari tujuan masyarakat.
c.
Pemahaman
akan berkelanjutan dan tidak berkelanjutan kecenderungan dan arah dari segala
urusan manusia sehingga dapat memahami kemungkinana-kemungkinan yang muncul.
Membuat rencana
adlaah cara institusi mencapai keputusan, sedangkan perencanaan adlaah suatu
proses terkendali di dalam suatu rantai yang panjang dari pembuatan keputusan
oleh manusia pada suatu waktu tertentu, kadang-kadang perwujudan ke dalam
rencana hanyalah merupakan suatu bagian dari proses. Oleh karena itu
perencanaan merupakan program terkendali dari seluruh jangkauan tindakan publik dan perseorangan menuju pengembangan
atau pengembangan ulang. Esensi yang dihasilkan adalah suatu rencana untuk
sifat, tingkat, dan proses perubahan, karena dasarnya telah meluas melibatkan
perencanaan fisik, dan sosial, dan ekonomi, maka dapat mengambil alih analisa
teknis dari bidang lain.
Pengertian
perencanaan melibatkan beberapa komponen proses seperti tujuan yang kana
dicapai, prosedur efisien untuk mencapainya, alokasi sumber daya yang tepat yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, seperti manipulasi lingkungan fisik.
Secara umum
pengertian perencanaan dapat hanya mengacu kepada persiapan ke dalam oleh
kelompok dan individu, yang biasa disebut dengan pembelajaran. Intisari dari
perencanaan dan pembelajaran adalah kepedulian terhadap lingkungan pendidikan
dari komunitas manusia. Oleh karena itu, seorang perencana harus mengetahui
nilai-nilai, tujuan, dan struktur sosial dari omunitas dengan tujuan untuk
melayaninya secara memadai. [3]
4. Dimensi Perencanaan Pendidikan
Untuk memehami
arti perencanaan pendidikan, seseorang perlu memahami dimensi penrencanaan
pendidikan, yaitu tingkat, ukuran dan besaran maslaah yang terkait dengan
perencanaan pendidikan, yakni:
a.
Significance, yaitu tingkat
kebermaknaan yang tergantung dari kepentingan sosial dari tujuan pendidikan
yang diusulkan.
b.
Feasibility, yaitu kelayakan
tekknis dan perkiraan biaya merupakan aspek yang harus dilihat secara ralistik.
c.
Relevance, yaitu konsep
relevan mutlak perlu perlu bagi implemtasi rencana pendidikan.
d.
Definitiviness,
yaitu penggunaan teknik simulasi untuk menjalankan rencana dengan menggunakan
data model buatan, tujuannya adalah untuk meminimumkan kejadian yang tidak
diharapkan yang akan mengalihkan sumber daya dari tujuan yang direncanakan.
e.
Parsimoniousness, yaitu
perencanaan haruslah digambarkan secara sederhana.
f.
Adaptability, yaitu
perencanaan pendidikan haruslah dinamis dan dapat berubah sesuai informasi
sebagai umpan balik sistem.
g.
Time, yaitu siklus
alamiah pokok bahasan pada perencanaan, kebutuhan untuk merubah situasi yang
tidak dapat dipikul, keterbatasan perencana pendidikan dalma meramalkan masa
depan merupakan beberapa faktor berkaitan dengan waktu. Waku yang berdampak
pada kemampuan mengevaluasi kebuthan pendidikan saat ini berkaitan dengan masa
depan.
h.
Monitoring, yaitu melibatkan
penegakkan kriteria pendidikan untuk menjamin berbagai komponen rencana bekerja
secara aktif.
i.
Subject matter, yaitu
pokok-pokok bahasan yang akan direncanakan yang terdiri atas:
1)
Sasaran
dan tujuan, mencakup apa yang diharapkan sebagai keluaran dari proses
pendidikan. merupakan pokok bahasan yang paling mendasar dalam perencanaan
pendidikan.
2)
Program
dan pelayanan, mencakup bagaimana mengorganisasikan pola kegiatan pembelajaran
dan mendukung pelayanan.
3)
Sumber
daya manusia, mencakup bagaimana membantu dan meningkatkan kinerja, interaksi,
spesialisasi, sikap, kompetensi dan pertumbuhan kepuasan sumber daya manusia.
4)
Sumber
daya fisik, mencakup bagaimana memnfaatkan fasilitas dan merencanakan pola
distribusinya.
5)
Penganggaran,
mencakup bagaimana membiayai pengeluaran dan merencakan pemasukan keuangan.
6)
Struktur
pemerintahan (governance), mencakup
bagaimana mengorganisasi dan mengelola kegiatan dan kontrol terhadap
program-pogram pendidikan dan aktivitasnya.
5. Kendala-kendala dalam Perencanaan Pendidikan
Kendala memegang
peranan penting dalam mendefinisikan arti perencanaan pendidikan, yang utamanya
meliputi: politik, ekonomi, dan waktu. Pada umumnya, kendala-kendala yang
muncul pada proses perencanaan pendidikan di tingkat yang lebih tinggi akan
berdampak lebih besar pada tingkat di bawahnya.
Perencanaan
pendidikan berkaitan erat dengan politik dan kebijakan yang dihasilkan dari
proses politisasi. Hubungan ini digambarkan dengan satu arah yang sangat
mendasar, sehingga proses perencanaan harus memainkan peranan yang penting
dalam memberikan alternatif kebijakan dan tekanan untuk keputusan dari tingkat
paling awal dan paling luas mulai dari perumusan kebijakan sampai kepada
tingkat yang lebih rinci dari penentuan kebijakan.
Perencanaan
pendidikan dapat mendahului kebijakan pendidikan dikarenakan perencanaan
melibatkan keputusan dan pilihan diantara alternatif rangkaian kegiatan
tindakan. Dalam memilih suatu rangkaian tindakan, perencanaan pendidikan
menjadi suatu kebijakan untuk unit administrasi yang lebih rendah.
Hubungan antara
perencanaan pendidikan dan kebijakan pendidikan ini dinyatakan dengan sangat
baik oleh struktur hierarki dari sebagian besar administrasi pendidikan, karena
pada masa lalu praktek administrasi telah menegakkan hubungan antara
perencanaan dan politk. Makna dari hubungan ini dalam perencanaan pendidikan
adalah menjadikan sebagai permasalahan publik. Pada saat kebijakan publik
terpisah dari pengamatan publik, maka perencanaan pendidikan akan menjadi
musibah besar.
Perencanaan
pendidikan melibatkan orang-orang dari berbagai disiplin ilmu dengan
permasalahan ekonomi pada segi waktu serta biaya yang merupakan kendala utama.
Inti dari permasalahan ekonomi menekankan pentingnya menghasilkan suatu rencana
yang dapat membawa hubungan yang serasi dengan keseluruhan anggaran yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kendala-kendala
yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan persetujuan politik dan peraturan hukum
juga ditempatkan [pada perencanaan pendidikan dan proses perencanaannya.
Kenyataannya bahwa dalam proses perencanaan harus fleksibel dan dilakukan
secara terus menerus. Definisi operasional perencanaan pendidikan, terutama
perencanaan komprehensif adalah suatu proses yang antara lain:
a.
Menghasilkan
informasi keputusan yang sah dalam bentuk alternatif rangkaian kegiatan.
b.
Melayani
sebagai suatu panduan untuk memonitor aktivitas pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan mendefinisikan sautu kriteria
kinerja untuk mengukur derajat kesuksesan dalam mencapai sasaran.
c.
Menyajikan
rantai koordinasi di antara sasaran jangka panjang dan program menengah, serta
rencana operasi terinci untuk mengimplementasikan program tahunan bersama-sama
dan kerangka kerja jangka panjang dan jangka menengah.
d.
Melengkapai
dasar untuk pemeriksaan kembali dan perbaikan tujuan pendidikan serta
program-program melalui proses perencanaan kembali.
e.
Menyajikan
alat untuk peninjauan ulang.
f.
Menegakkan
inventaris kebutuhan untuk menentukan proses logis dalam mengumpulkan,
mengevaluasi dan memproyeksi informasi.
g.
Mencocokkna
perencanaan secara komprehensif untuk pengembangan dan kesejahteraan secara
umum.
h.
Menggabungkan
peralatan yang tepat, seperti:
1)
Perencanaan,
pemrograman, dan sistem anggaran.
2)
Analisis
dan sintesis sistem.
3)
Penjadwalan
jaringan.
4)
Sistem
informasi manajemen.
5)
Pemodelan
dan simulasi.
6)
Analisis
lingkungan dan kebutuhan penilaian.
7)
Analisis
keuntungan dan efektivitas pembiayaan.
6. Makna
permasalahan perencanaan pendidikan
Berbeda dengan profesi lainnya, perencanaan
pendidikan tidak memiliki bidang pengetahuan teknis yang dikenali secara jelas.
Perencanaan pendidikan terlihat sebagai perwujudan dari kecenderungan ke arah
kegiatan manusia.
Tujuan
perencanaan pendidikan adalah untuk mencapai efisiensi pada proses penyelesaian
masalah dan memerlukan paling sedikit tiga tujuan, yakni:
a.
Menegaskan
kebenaran yang berarti menemukan kenyataan yandat diterima orang lain.
b.
Menetukan
serangkaian tindakan dimaksudkan untuk melihat gambaran di masa depan yang
merupakan esensi dari perencanaan.
c.
Membujuk
yang membutuhkan sehingga dapat memunculkan sikap personal, kegemaran, prasangka
dan emosi yang dpaat menentukan tindakan.
Tiga
dimensi peran yang dimiliki oleh perencana, yaitu:
a.
Jenis
tugas yang meliputi teknis atau administrasi dan yang berkenaan dengan rencana
implementasi, aktivitas, koordinasi perencanaan, dan berpolitik.
b.
Berkenaan
dengan pelanggan yang dilayani perencana.
c.
Sponsor,
individu atau kelompok/
Dalam
pendidikan terdapat dua orientasi yang spesifik, yaitu:
a.
Kegiatan
yang diarahkan kepada proses sosial, seperti psikologi pembelajaran,
perencanaan kurikulum, pelatihan guru, kelompok pengajaran atau interaksi
individu.
B.
Pengkajian Sejarah Perencanaan Pendidikan
Pengkajian
mengenai sejarah perencanaan pendidikan tidak dapat dipastikan hubungannya
dengan rencana pendidikan itu sendiri, karena baik perencanaan maupun
pendidikan dahulu, tidak pernah ada seperti bentuknya sekarang, tetapi
gerakan-gerakan dalam perencanaan pendidikan bersifat paralel dengan kemajuan
yang dibuat, sehingga meninggalkan warisan mengenai cara-cara pemecahan
permasalahan.
Warisan
ini menggambarkan keteraturan perkembangan dari perencanaan yang pernah ada dan
membantu memberikan petunjuk kepada
perencanaan pendidikan untuk menentukan masa depan. Sejarah dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu, sementara perencanaan
dapat menentukan masa depan.
Perencanaan
berorientasi pada masa depan dan meliputi analisis yang menyeluruh
(komprehensif) tentang masa kini, dan juga kekuatan-kekuatan sejarah yang telah
membentuk perkembangannya. Dalam perencanaan, tanpa adanya sejarah, maka tidak
akan didapatkan momentum untuk melakukan sesuatu menuju masa depan.
Hal
yang terpenting dalam perencanaan pada jaman dahulu adalah lokasi fisik kota
dengan melihat kota dari udara, pemandangan alam sekitar, iklim, sumber-sumber
penghasilan yang dekat letaknya dan cara-cara akses natural yang berpengaruh
pada arah-arah menuju ke kota tersebut.
Sejarah
perkembangan perkotaan atau pendidikan sebetulnya sudah dimulai dengan adanya
pembangunan gedung-gedung di Mesir Kuno
yang berlanjut hingga sekarang dengan berbagai pengendalian,
penyempurnaan dan penyegaran.
1. Awal mula perencanaan
Perencanaan
dimulai sejak dulu, sejak zaman primitif. Hal ini dapat dilihat pada budaya
Mesir Kuno dalam memperbaiki lingkungannya. Pada Masyarakat primitif,
perkembangan lingkungan fisik pada umumnya mengekspresikan kebutuhan untuk
mendapatkan perlindungan dari pihak luar. Sebagai contoh, manusia pada awalnya
menggunakan lingkungan fisik seperti gua untuk berteduh dan berlindung.
Kemudian mereka belajar menetap dengan membangun tempat tinggal dengan
mengambil keuntungan dari alam seperti rawa-rawa, gunung-gunung, dan
sungai-sungai. Ketika manusai merasa memiliki kemajuan, ia mulai mengetahui
bahwa ia memerlukan orang lain agar terhindar dari bahaya, terisolasi dan
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Proses ini, secara tidak langsung
mulai menyangkut perencanaan.
Perkembangan
perencanaan juga terlihat ketika masyarakat Anatolian di Jazirah Turki
membangun pertahanan. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh orang-orang
Palestina di Jericho.
2. Perencanaan
Kota Mesir
Aktivitas
peradaban Mesir menggambarkan konsep dewa-dewa Mesir. Penguasa mirip dewa dan
hubungan mereka pada lapisan masyarakat bawah masih tetap ada. Peninggalan
dinasti-dinasti Mesir hingga saat ini masih tetap ada contohnya, adalah tugu
besar dan candi-candi yang dibangun dengan kokoh. Selain itu, agama menjadi
suatu eksistensi yang amay dalam yang ditandai dengan monumen-monumen yang
mewah dan indah. Makam yang berasal dari tahun 3200 SM menjadi awal adanya
tugu-tugu berlapis batu dengan atap datar pada awal dinasti pertama. Tugu dan
batu ini kemudian berkembang menjadi Mastaba dan akhirnya menjadi Pyramid Kuno,
misalnya Sanqqara yang dibangun selama dinasti ketiga.
3. Perencanaan dan Pendidikan di Mesopotamia.
Peradaban
Mesopotamia di Irak hampir sama dengan peradaban Mesir Kuno. Perbedaan antara
kedua kebudayaan tersebut terletak pada lingkungan agama dan masyarakat. Selama
peradaban Mesopotamia kota-kota berkembang dengan pesat, namun demikian,
terdpaat bahaya besar seperti banjir, badai dan kebakaran yang mengancam
kehidupan penduduk di dalam kota. Selin itu, penduduk juga harus menghadapi
bahaya lain yaitu wabah penyakit dan invasi penduduk dari daerah lain negara
Crigtoh sekarang Amerika dan Inggris. Pada dasarnya orang-orang Mesopotamia
menyadari perlunya perencanaan, akan tetapi masih terbatas dalam penerapannya.
4. Perencanaan Kota Syiria
Budaya Syiria
tumbuh dan berkembang di luar lingkungan Assiria dinilai tidak strategis karena
haya dibatasi oleh daratan yang terbentang luas tanpa adanya pepohonan yang
cenderung menyebabkan Assiria menjadi daerah terbuka, tanpa pertahanan.
Karakteristik alam yang seperti itulah yang memaksa Assiria memelihara
kehidupan militer yang keras, sehingga menyebabkan Assiria berkembangan menjadi
bangsa yang kejam dan suka berperang. Menyadari karakteristik alam di sekelilingnya,
maka perencanaan pembangunan di Assiria seperti kota Khisabaq yang dibangun
pada tahun 772-705 SM diarahkan pada bentuk bujur sangkar terutama untuk alasan pertahanan.
5. Perencanaan Kota Babilonia
Orang Babilonia
adalah pengembara seperti halnya orang Assiria. Oleh karena itu, mereka lebih
terbuka pada gagasan-gagasan yang berbeda dari orang-orang sekitarnya. Kota
pertama Babilonia dibangun kembali oleh Nebukanedzar dan dikenal dengan
bangunan raksasa yang terkenal pula dengan keindahannya. Di dalam kota tersebut
terletak istana Nebukanedzar dengan sejumlah taman bergantung yang hingga kini
dikenal sebagai slaah satu dati tujuh keajaiban dunia. Kota Babilonia berbentuk
empat persegi panjang yang diperluas dengan menyebrangi sungai-sungai ke arah barat
yang bagian-bagiannya dihubungkan dengan jembatan yang pertama ada di dunia.
6. Perencanaan Kota Persia.
Dalam membuat
bangunan, orang-orang Persia mencontoh orang-orang Babilonia dengan bentuk
bangunan yang tinggi dan batu-batu yang dimaksudkan sebagai tangga. Bentuk
tersebut melambangkan perluasan budaya dan peradaban Kuno Persia. Salah satu
konstribusinya adalah pada rincian dan artistik kunonya.
7. Konstribusi Aegian terhadap Perencanaan dan
Pendidikan
Peradaban Barat
berkembang di pulau-pulau di laut di Aegan bersamaan dengan peradaban Mesir dan
timur dekat, Minos seorang pemimpin Cretan mendirikan kerajaan laut dengan
sistem feodalisme dan eksploitasi komunal. Keberadaban perencanaan pada periode
ini dicontohkan dengan baik oleh pengagum-pengagum adalah ilustrasi perencanaan
terbesar dalam dunia kuno. Walaupun dibangun di atas landaian gunung dan
menawarkan ruang yang sangat terbatas, namun-namun bangunan-bangunan Aeropolis
dan Agora memaksimalkan aspek estetika dan kemanfaatan bukti. Pasar yang berperan
penting di kota-kota yang berada di Yunani dan kota Milerus di Sonia dibangun
kembali pada tahun 494 SM. Untuk meletarikan semangat individualisme di dalam
konteks peningkatan perdagangan, maka setiap warga kota sjak lahir dinyatakan
bebas, dalam kata miskin atau kaya memperoleh kesempatan yang sama. Hal ini
mendorong adanya jenis pendidikan yang baru mengingat pembatasan pembelajaran
tidak lagi memuaskan kehidupan publik. Untuk itu,dibentuk sekolah-sekolah
dengan tingkat pelajaran yang lebih
tinggi dengan metode-metode tertentu. Dalam kaitannya dalam perencanaan kota,
Hippodamus menyatakan bahwa kota harus direncanakan dengan jalan-jalan secara
yang teratur. Hippodamus adalah perencana kota dan jalan-jalan yang lurus dan
luas serta berpotongan tegak lurus.
8. Perencanaan dan Pendidikan di Roma
Karakteristik
orang-orang Roma berbeda dengan orang-orang Yunani. Perbedaaan ini mempengaruhi
cara mereka dalam merancang dan membangun gedung-gedung atau bangunan di Yunani
dan Roma. Di Yunani arsitektur bangunan
pada umumnya menunjukkan kesederhanaan namun anggun, sedangkan di Roma lebih
menekankan pada nilai-nilai praktis gedung-gedung, kota-kota dan arsitektur
didesain memperhatikan nilai kepraktisan akan tetapi tetap merefleksikan
kehebatan dan keagungan kekaisaran Roma. Mengingat nilai-nilai kepraktisan
itulah, maka Roma perencanaan pengembangan kota cenderung dapat diubah dengan
cepat atau direvisi kemudian digunakan kembali. Hal yang menarik adalah
pendidikan di Roma yang secara konstan tetap dilakukan dalam kondisi apapun.
Seseorang yang merdeka dalam arti bukan seorang budak dapat memasuki jenjang
yang dikenal dengan nama Primus Magister untuk belajar membaca, menulis dan
berhitung yang merupakan kemampuan dasar. Kemudian, dia dapat melanjutkan ke
jenjang berikutnya yaitu Grammar Scholl
untuk memperluas kemampuan dasarnya tersebut. Jika dianggap berhas, maka yang
bersangkutan dapat meneruskan ke arah pendidikan yang lebih khusus atau
memasuki pendidikan untuk menjadi seorang guru. Konstannya pendidikan di Roma terjadi
karena dukungan dari Kaisar selama kekaisaran mereka. Sebagai contoh, Julius
Caesar memberikan hak-hak istimewa kepada para guru yang didatangkan dari luar
negeri, Kaisar Agustus mendirikan perpustakaan umum pertama di Roma, Vespasian
mengorganisir mendukung sekolah-sekolah dengan cara mendatangkan guru-guru
untuk melayani jasa pendidikan. salah satu era perkembangan dalam bidang
pendidikan di Roma adalah ketika Antonius Pius mengubah metode bimbingan dan
menciptakan sistem pendidikan kekaisaran. Antonius Pius memberikan gaji dan
hak-hak istimewa dan ini berlaku di semua kota praja di seluruuh provinsi di
Roma. Selain itu Antonius Pius membuat kebijakan bahwa harus mengelola 5 (lima)
Grammarians, kota besar harus mengelola 4 (empat) Grammarians, kota kecil harus
mengelola 3 (Grammarians). Kebijakan ini membuat kota menjadi pelabuhan (pusat)
pendidikan dan dewan kota menjadi tempat dirumuskannya kebijakan-kebijakan
mengenai pendidikan warga kota. Perencanaan, pembangunan dan arsitektur di Roma
dirancang sedemikian rupa menjadi evolusi perkembangan kekaisaran. Semakin
berkembang kekaisaran semakin indah arsitektur dibuat, sehingga terlihat
semakin anggun.
9. Pengaruh Byzantine terhadap Perencanaan dan
Pendidikan
Arsitektur
Byzantine mempunyai pengaruh yang sangat kuat di dunia barat pada masa setelah
abad ke-4 dan berkembang khususnya pada masa kekaisaran Roma di bawah kaisar
Justinian. Karakteristik khusus arsitektur Byzantine adalah bentuk kubah byang
melingkar yang menghiasi secara warna warni, pahatan, dan lempengan batu-batu
hias yang digunakan sebagai media untuk menggambarkan begitu banyaknya yang
masih buta huruf dan ajaran-ajaran Kristen. Salah satu contoh bangunannya
adalah gereja St. Sophia (Aya Sofia yang kini menjadi Mesjid Agung, sejak
kekuasaan Turki) di Konstatinopel. Pada
umumnya gereja-gereja di buat dalam bentuk yang cukup besar sebagai tanda
perlawanan terhadap aliran-aliran penyembah berhala yang sebetulnya telah mulai
berkurang selama abad kelima. Sekolah-sekolah sekuler mulai hilang dan yang
bertahan hanya sekolah-sekolah swasta. Kewajiban untuk melaksanakan proses pendidikan diserahkan pada kependetaan di
gereja-gereja kawasan sebelah timur.
10. Pengaruh Gothic terhadap Perencanaan dan Pendidikan
Arsitektur Gothic merupakan perkembangan dari
arsitektur Roma dan mewarnai benda-benda yang dibuat pada saat itu. Mayoritas
gedung yang dibangun pada saat itu snagat besar dan tinggi menjulang. Faktor
yang mendorong bentuk gedung seperti itu adalah perkembangan perdagangan yang
luar biasa dan bertambanhnya kekuasaan pemerintah lokal. Dalam aspek
pendidikan, pengaruh Gothic disertai pula oleh pengaruh Roma sehingga
melahirkan dua pendekatan dalam pendidikan, dengan memandang dimana Roma
dianggap sebagai pusat pendidikan.
11. Perencanaan dan Pendidikan pada Masa Renaissance
Perkembangan
gaya arsitektur, perencanaan dan pendidikan pada masa Renaissance tidak
berpusat pada satu tempat, akan tetapi tersebar di beberapa bagian Eropa dan
dalam kurun waktu yang berbeda pula. Salah satu konstribusi saat ini dalam
pembangunan sarana dan prasarana adalah pembangunan jalan lurus yang memberikan
pemandangan indah, pola papan catur, desain ta,an, dan munculnya model kota
yang baru. Sedangkan dalam aspek pendidikan ditandai dengan adanya penghargaan
terhadap orang yang mempunyai interest yang
tinggi terhadap pendidikan, analisis kebutuhan pembelajaran baik bagi
individual maupun bagi siswa, pengorganisasian sekolah yang dilakukan dengan
hati-hati, pengenalan aspek-aspek kemanusiaan dalam kurikulum, dan adanya
gagasan bahwa pendidikan seperti juma masalah sosial harus menjadi perhatian
setiap individu.
12. Perencanaan dan Pendidikan pada Masa Baroque.
Arsitektur pada
waktu itu menemukan jati dirinya pada abad 19. Sebelumnya masih mencari-cari
bentuk dari berbagai pendekatan yang ada. Karakteristik utama arsitektur pada
masa itu adalaj pergerakan yang dinais dan tampilan garis yang sangat banyak,
tidak berimbang dan terlihat mencolok. Dalam hal pendidikan, pada masa ini
dikenal apa yang disebut perencanaan komprehensif dimana pemerintah memberikan
dukungan secara penuh terhadap aspek pendidikan dan menempatkan pendidikan
sebagai masalah publik. Dalam masa ini perkembangan dalam hal perencanaan fisik
disertai dengan perkembangan dalam bidang pendidikan. Adapun yang mendasai hal tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Setiap
warga negara harus mampu menyelesaikan tugasnya secara mandiri, tidak
tergantung kepad orang lain.
b.
Setiap
warga negara harus memberikan konstribusi sebesar mungkin yang ditujukan untuk
kesejahteraan masyarakat.
c.
Kesempurnaan
seseorang sangat tergantung pada pendidikannya.
13. Zaman Industri dan Pendidikan
Pada jaman ini,
sektor industri berkembang dengan pesat. Namun demikian tidak mudah dalam
menata kota. Hal ini terjadi mengingat pada masa itu, para perencana kota harus
menghadapi berbagai variabel yang cukup kompleks, seperti perubahan dalam
ukuran, populasi yang semakin banyak, konsentrasi pada industri, dan
konglomerasi yang hanya mengacu pada kuantitas bukan pada kualitas.
Pertimbangan yang paling dasar dalam menata kota adalah komunitas perkotaan
yang semakin banyak dan lebih banyak di antaranya menciptakan daerah-daerah kumuh. Oleh karena itu tidak
heran jika kota-kota pada saat itu tidaklah tertata dengan baik. Hal ini
ditandai dengan:
a.
Ketidakpedulian
pada topografi dan ekologi.
b.
Pabrik-pabrik
yang dibangun di pusat kota.
c.
Jalan
kereta api yang dibangun di pusat kota.
Kondisi yang seperti ini menyebabkan lingkungan yang
tidak sehat. Kondisi perkembangan selanjutnya, barulah ada kebijang tentang
kondisi kesehatan lingkungan yang menjadi salah satu fokus dalam penataan kota
yang memang berdampak pada lebih sehatnya kota yang dibangun. Keberhasilan
dalam penataan kota berdampak positif terhadap penyelenggaran sekolah dan
program-program pelatihan secara efektif. Mengingat keberhasilan dalam penataan
kota tidak terlepas dari pendidikan, maka pendidikan mendapat dukungan publik
yang cukup besar seperti juga perhatian terhadap aspek-aspek lain dan
pendidikan dikaitkan dengan aspek-aspek lain. Dengan demikian pendidikan
merupakan suatu hal yang komprehensif yang dikaitkan dengan perubahan sosial
dan teknologi.
14. Konsep Taman Kota
Faktor penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan perencanaan pendidikan adalah konsep tentang
kota. Taman kota didefinisikan sebagai berikut: sebuah kota yang didesain untuk
menciptakan kesehatan, baik untuk tempat tinggal maupun untuk indutri dengan
ukuran yang memungkinkan terciptanya kehidupan sosial yang lebih baik,
dilingkupi oleh perkampungan, lingkungan tersebut menjadi milik publik atau
dikelola berdasarkan kepercayaan yang diberikan masyarakat. Salah satu pemikir
taman kota, Sir Ebenezer Howard berhasil
merumuskan penataan kota yang penuh dengan taman, dengan mempertimbangkan
berbagai masalah yang muncul di perkotaan. Selain itu juga Howard juga
mempertimbangkan fungsi-fungsi fisik, sosial dan ekonomi serta integrasi antara
pola-pola perkotaan dan pedesaan untuk meningkatkan kehidupan, baik di
perkotaan maupun di pedesaan (Banghart and Trull, 1973). Beberapa aspek
mendasar dari taman kota adalah sebagai berikut:
a.
Kota
industri dan perdangan dengan ukuran sedang dengan lokasi berdekatan dengan
wilayah pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana yang baik dan menyatu dengan
komunitas.
b.
Penataan
wilayah dalam setiap kota sehingga memungkinkan adanya akses antara tempat
tinggal, tempat kerja, petokoan dan pusat-pusat kebudayaan.
c.
Pembatasan
kepadatan penduduk dalam rangka penyediaan sarana lampu pengamanan jalan,
taman-taman dan tempat-tempat rekreasi. Namun tidak dimaksudkan untuk mendukung
penyebaran penduduk.
d.
Kantor-kantor
pemerintahan didesain berdasarkan harmoni dan bukan standarisasi
(penyeragaman).
e.
Adanya
perencanaan sistem komunikai, baik internal maupun eksternal.
f.
Penggabungan
kepemilikan yang merupakan suatu upaya kombinasi antara keinginan kepemilikan
secara individu dan kepemilikan oleh perusahaan.
Konstribusi lain
dan konsep taman kota adalah adanya teori kepemilikan publik atas tanah untuk
pengembangan kota yang ditujukan untuk kontinuitas dan kualitas desain dan
bentuk perkotaan.
15. Makna Perencanaan dan Pendidikan pada Saat Ini.
Makna
perencanaan dan pendidikan didasari oleh makna yang berkembang pada masa
sebelumnya. Makna perencanaan sempat bergeser dari yang tadinya bermakna
sempit, yaitu aktivitas menggambar pada permukaan yang datar menjadi setiap
tujuan atau usaha yang dilakukan setiap orang. Sedangkan makna pendidikan
cenderung sesuai dengan makna terdahulu yaitu menuju ke masa depan. Namun pada
saat itu, makna pendidikan dan perencanaan telah berkembang yang didasari oleh
konsep sistem dimana di dalamnya terdap interaksi diantara banyak variabel.
Adapun variabel-variabel yang harus diperhatikan adalah posisi sekolah dalam
lingkungan masyarakat, analisis kebutuhan dan perencanaan yang berkaitan dengan
penggunaan lahan, berkaitan transportasi, kurikulum, nilai-nilai yang berkembang
di masyarakat dan faktor-faktor lain, baik yang bersifat terselubung maupun
transparan. Dengan kata lain perencanaan dan pendidikan merupakan bidang yang
berorientasi sosial yang artinya bahwa kedua hal tersebut berkaitan dengan
masalah-masalah sosio-ekonomi masyarakat, politik, dan karakteristik psikologis
dari masyarakat yang dipengaruhi oleh perencanaan pendidikan.[7]
C. Kesenjangan
antara Kenyataan dengan Harapan dalam Perencanaan Pendidikan
Kenyataan (das sein), yakni suatu pandangan yang
mengemukakan bahwa sekolah harus mandiri dan tidak berada pada suatu institusi,
kenyamanan pendidikan akan mengambil tempat di mana kondisi siswa sebanding
dengan ketersediaan tenaga pengajar saat ini, dan para pengelola skolah dapat
menangangi langsung operasional sekolah untuk disesuaikan dengan kehendak
masyarakat. Pandangan tersebut di atas dinilai tidak relevan dengan pertumbuhan
penduduk yang telah menciptakan berbagai aktivitas masyarakat dalam kondisi
yang sangat kompleks. Pada bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan
infrastruktur, terutama yang menyangkut posisi, letak, dan ukuran pendirian
suatu sekolah. Hal ini menjadi penting karena keterkaitan yang tidak dapat
dipisahkan antara pendidikan dengan masalah-masalah di lingkungan, seperti
ketersediaan SDM, sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Oleh karena itu,
bagi seorang perencana pendidikan, ia mempunyai tanggung jawab moral yang
sangat bersar terhadap masyarakat, bagaimana ia merencanakan suatu
pengorganisasian pendidikan bagi masyarakat, dan bagaimana rencana tersebut
dapat diaplikasikan ke dalam masyarakat.
Pada
kenyataannya dalam merencanakan pendidikan hendaknya dipertimbangkan pula
situasi belajar yang nantinya diahrapkan mampu menunjang proses belajar
mengajar, misalnya kaitan belajar dengan tempat bermain, kesenian atau olah
raga. Begitu pula hubungannya dengan jadwal belajar, juga termasuk di dalamnya
jumlah hari libur yang merupakan satu rangkaian tidak terpisahkan dengan proses
belajar mengajar tersebut.
Harapan dalam
filosofi dalam perencanaan pendidikan adalah apa yang seharusnya (das sollen). Berpijak pada pemikiran mengenai harapan di atas,
jelas bahwa perencana pada umumnya berorientasi pada suatu sistem, artinya
bagaimana suatu perencana pendidikan mampu memberikn pemecahan masalah dan
bertindak sebagai jembatan bagi berbagai perbedaan yang ada. Perencanaan
pendidikan harus komprehensif dan mengacu pada tujuan sosial dan
aspek-aspek yang terkandung di dalamnya,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan pendidikan, meliputi kepercayaan
yang mendasar, penyesuaian tindakan,
atauran yang menjadi panduan, dan dasar hukum atau ketentuan peraturan yang
berlaku. Secara umum suatu perencanaan, meliputi:
a.
Ruang
dan cakupan bidang permasalahan.
b.
Rentang
permasalahan termasuk di dalamnya perencanaan penyelesaian.
c.
Akibat
yang ditimbulkan, analisis permasalahan serta upaya penyelesaiannya.
d.
Perhatian
secara umum atas keberadaan masalah dan penyelesaiannya.
Secara
filosofis perencanaan pendidikan
diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat, perubahan sikap kerja, tumbuhnya sinergi dari berbagai lembaga,
kemajemukan di antara kepentingan individu, serta adanya berbagai penyelesaian
terhadap masalah-masalah penduduk yang berada di pinggiran kota.
1. Peran Nilai dalam Perencanaan Pendidikan
Seorang
perencana pendidikan juga dituntut untuk mengetahui dan memberikan perhatian
besar terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekaligus mengetahui
bagaimana pengaruh nilai-nilai tersebut secara ekonomi, sosial, budaya dan
politik masyarakat. Ada terdapat beberapa alasan dan pertimbangan mengapa dalam
perencanaan pendidikan perlu memperhatikan nilai-nilai, diantaranya adalah
nilai-nilai motivasi bagi terwujudnya tujuan dan untuk mencari landasan
kebijakan yang tepat, nilai-nilai (values)
adalah akar dari keharmonisan sosial dalam upaya menghindari benturan antara
tujuan individu dan kebijakan yang ada,
nilai-nilai dianggap suatu pondasi masyarakat yang mampu mengatasi timbulna
hal-hal yang bersifat dekstruktif, dengan nilai-nilai kita dapat menciptakan
keseimbangan antara tujuan yang hendak dicapai (objectivess) dengan tujuan yang dihasilkan (achievement), dan nilai-nilai juga mampu menghidari pandangan biasa
dari perencana itu sendiri.
2. Peran Perencana Pendidikan
Untuk memecahkan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan, diperlukan adanyan
perubahan pendekatan atas suatu perencanaan pendidikan. oleh sebab itu,
perencanaan pendidikan harus memusatkan perhatian pada kehidupan masyarakat
yang luas. Perencanaan pendidikan juga harus menjadi pengikat antara aktivitas
pendidikan dan aktivitas masyarakat yang lebih luas. Perencanaan pendidikan
harus menjadi koordinat perencana dalam pencapaian keadaan yang diinginkan
bagik dari sisi sosial, budaya, maupun aktivitas lainnya bagi keseluruhan
masyarakat.
Perencanaan
pendidikan yang baik adalah perencanaan pendidikan yang mampu bekerja secara
lebih dekat dengan program-program perencanaan layanan insani lainnya, seperti
program-program perpustakaan, sarana rekreasi, museum, media massa dan lainnya.
Perencanaan pendidikan juga harus berorientasi terhadap program siswa yang
terstruktur dengan kondisi yang relevan degan lingkungan sekitarnya. Mengingat
beragamnya peran perencanaan pendidikan tersebut, maka dalma perencanaan
pendidikan dipandang perlu untuk melibatkan berbagai tindakan (stakeholder) yang ada di masyarakat, bukan hanya terbatas
pada lingkungan sekolah atau pemerintah.[8]
D. Sumber Daya dan
Hambatannya dalam Perencanaan Pendidikan
1. Identifikasi Sumber Daya dan Hambatan dalam
Perencanaan pendidikan
Sumber daya dan
hambatan merupakan dua bagian penting yang perlu diidentifikasi dan dikenali
dalam perumusan sebuah perencanaan pendidikan. Untuk menghasilkan atau mencapai
solusi optimal suatu perencanaan tergantung pada ketersediaan sumber daya dan
karakter hambatan yang ada, baik secara individu maupun kelembagaan.
2. Sumber Daya dan Hambatan yang terdapat pada Individu
Tujuan utama
dari pendidikan semestinya dapat mengembangkan tuntutan fisik dan mental dari individu dan juga tuntutan
publik. Oleh karena itu, perencana haru mampu mengakomodasi kebutuhan individu
dan lingkungannya, mengingat tidak seorang pun akan hidup tanpa lingkungan yang
menyendiri. Konsekuensinya, bahwa seorang harus mampu beradaptasi dengan
komunitas masyarakat di sekitarnya dan lingkungannya. Secara individu,
seseorang mengalami hambatan akan kebutuhan dasar yang terklasifikasi ke dalam
tiga prinsip pokok yaitu, memelihara atau mempertahankan kehidupan,
meningkatkan atau memperbaiki kehidupan dan meyempurnakan keinginan-keinginan
bagi kepuasan.
3. Sumber Daya dan Hambatan yang terdapat pada
Institusi atau Lembaga
Individu
merupakan bagin dari suatu kelompok, di mana
karakteristik mereka ditentukan oleh kelompok tersebut. Jadi institusi
disini didefinisikan sebagai kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan
satu dengan lainnya. Seorang perencana pendidikan dituntut untuk mengenal
karakteristik suatu institusi, antara lain meliputi: institusi yang
berorientasi terhadap tempat, institusi akan bekerja pada suatu periode
tertentu dan tergantun pada kelibatan kerja individu yang ada di dalamnya. [9]
E. Menentukan
Kompenen-komponen dari Perencanaan Pendidikan Beserta Prioritasnya.
1.
Pendekatan
Sistem dalam Perencanaan Pendidikan
Perencanaan
pendidikan terdiri atas dua komponen dasar, yaitu proses perencanaan dan isi
perencanaan. Pada tulisan tujuh fase proses perencanaan dikonstruksikan untuk
menyisipkan beberapa cara yang saling berhubungan yang mampu memproduksi hasil
pendidikan dengan sosial, ekonomi, dan detail fisik yang berhubungan dengan
masalah-masalah pendidikan. selain itu juga membantu memprediksi kondisi yang
memiliki efek samping yang diinginkan atau tidak diinginkan sejauh ini belum
diketahui. Satu metode untuk mengidentifikasi, menganalisa, mendesain,
mengevaluasi, dan mengawasi komponen-komponen tersebut adalah pendekatan
sistem.
Sistem
adalah kumpulan atau sekelompok elemen bebas yang bekerjasama untuk
menyelesaikan tujuan tertentu. Definisi yang hmpir sama disampaikan sistem
adalah susunan yang saling berhubungan dari elemen-elemen yang saling
berinteraksi didesain untuk menyelesaikan fungsi yang telah ditentukan
sebelumnya. (Dimitris Chorofas, 1965).
Sistem
dalam konteks pendidikan, tidak perlu memfokuskan pada seluruh sistem
pendidikan, melainkan sistem harus dengan sangat hati-hati didefinisikan dan
dispesifikasikan. Hanya sebagai satu spesifikasi populasi untuk dipelajari
ketika melakukan pengambilan Sampling
Statistic. Ketika misalnya berurusan dengan pendidikan sistem transportasi,
pendidikan sistem servis makanan, pendidikan sistem pembangunan, pendidikan
manajemen sistem informasi, atau pendidikan sistem aktivitas. Spesifikasi teliti
dengan batasan sistem membantu mendefinisikan masalah dan membuat probabilitas
pemecahan masalah.
Ada
dua cara dalam membuat sistem yang baru dikendali. Cara pertama dengan
memperkenalkan bagian-bagian baru dengan pengaturan lama, sementara cara yang
lain adalah dengan mengatur ulang bagian-bagian sistem yang telah ada.
Kebutuhan mendasar saat ini adalah pendidikan urban bukanlah membuat kreasi
bagian-bagian baru, namun lebih efektif mengatur ulang bagian-bagian yang ada
daripada meminimalisir pengaruh bagian-bagian tersebut haruslah dilakukan
pengorganisasian ulang bagiang-bagian yang mendukung konflik dimana semuanya
saling melengkapi.
Mempelajari
sistem bisa menjadi rumit, namun bahkan dengan tekonologi canggih sekalipun
keputusan akhir berada di tangan pembuat keputusan, konsep sistem umum telah
diterapkan pada sistem pendidikan operasi urban “...disesuaikan dengan tanah,
bangunan-bangun, masyrakat, pekerjaan, biaya, dan penghasilan dengan banyak
pembuat keputusan dan pngawasan...” .
Konstribusi
nyata dari teknologi manajemen baru akhirnya berujung pada pembuat keputusan
dengan informasi yang lebih efektif. Pendekatan sistem, baik mudah maupun
rumit, dasarnya adalah ilmu pengetahuan, pendekatan kuantitas. Melanjutkan dari
analisa yang teliti atas isi dan proses perencanaan yang dibutuhkan untuk
implementasi.
2.
Komponen:
Konteks Pendidikan
Pendekatan
fungsional untuk merencanakan pendidikan membutuhkan gambaran yang jelas dari
sistem pendidikan. kejelasan menyeluruh, asumsi yang penting untuk model proses
perencanaan pendidikan dan sistem pendidikan harus dipertimbangkan secara
menyeluruh. Asumsi kedua dari model perencanaan adalah menyatukan kebutuhan
spesifik dari setiap pelajar sebagaimana juga masyarakat. Pendekatan
sistem-sistem dalam mempelajari pendidikan mengikutsertakan tidak hanya
berbagai macam bagian dari isi pendidikan tetapi juga total keseluruhan isinya.
Satu
contoh pendekatan sistem untuk analisa isinya adalah seperti model sub sistem
berikut. Model ini tidak ditujukan untuk menjadi menyeluruh tapi
mengindikasikan hanya satu dari bermacam pendekatan untuk perlakuan isi secara
sistematis.
a.
Manajemen
Sistem Informasi Pendidikan
1)
Pada
pelajar
a)
Menyediakan
informasi tingkat, nilai, kesehatan, kehadiran, dan faktor lainnya.
b)
Menyediakan
informasi pengalaman-pengalaman di luar skolah yang memiliki efek besar pada
proses belajarnya, contohnya pekerjaan dan pendapatan dari orang tuanya,
karakteristik dari rumah dan lingkungannya, tempat tinggalnya dan sebagainya.
c)
Menyediakan
informasi yang membandingkan pencapaian pelajar dengan pelajar di sekolah lain
dan sebagainya.
d)
Menyediakan
informasi kurikulum, ekstrakurikuler, pendidikan tambahan dan program-program
yang disponsori masyarakat.
e)
Menyediakan
nomor identitas yang akan dipakai pelajar tersebut sampai dia pindah ke sekolah
yang lebih tinggi dan ketika dewasa, pekerjaannya, pendapatannya, partisipasi
sosialnya dan sebagainya.
2)
Pada
Staf
a)
Menyediakan
informasi tentang keahliannya, rujukannya, dan persiapan pendidikannya
b)
Menyiadakan
informasi untuk menugaskan dan mengatur jadwal mengajar.
c)
Menyediakan
informasi pada fungsi sebenarnya yang
ditampilkan seorang guru.
d)
Menyediakan
informasi yang membandingkan keefektifan performa dari para guru, seperti gaya
kelasnya, pengamatannya, status ekonomi dan sosialnya, dan sebagainya.
e)
Menyediakan
informasi yang memprediksi bermacam-macam keahlian mengajar yang diperlukan, kesiapannya di masa
depan, dan arti yang terbaik untuk latihan pelayanan.
3)
Pada
Bangunan
a)
Menyediakan
informasi lokasi, tipe, ukuran, kapasitas, struktur sistem, konstruksi, biaya,
biaya perawatan dan sebagainya.
b)
Menyediakan
informasi peralatan sekolah, umur, biaya dan kegunaannya.
c)
Menyediakan
informasi kualitas lingkungan, komunikasi dan sebagainya.
4)
Pada
Program-program
a)
Menyediakan
informasi pada apa yang diselesaikan oleh, dimana diselesaikannya, oleh siapa,
berapa biayanya dan waktu yang diperlukan dan apa tujuannya jika dibandingkan
dengan efek pendidikan yang sebenarnya.
b)
Menyediakan
informasi tentang kurikulum yang tersedia, bagaimana setiap subyek diajarkan,
prosedur evaluasi untuk menguju performa setiap murid pada setiap obyektif dan
sebagainya.
c)
Menyediakan
informasi tentang efek dalam setiap proyeksi belajar mengajar.
d)
Menyediakan
informasi yang membandingkan antara biaya dan keefektifan pada setiap proyek.
5)
Pada
Keuangan
a)
Menyediakan
informasi tentangg penerimaan dan pengeluaran keuangan.
b)
Menyediakan
informasi tentang pembelanjaan uang, apa efeknya bagi pendidikan dari konsumsi
pembelanjaan tersebut.
c)
Menyediakan
informasi pembukuan dan laporan rutin.
d)
Menyediakan
informasi tentang biaya proyeksi.
b.
Sistem
Aktivitas Pendidikan
1)
Aktivitas
di Tempat
a)
Menyediakan
informasi tentang aktivitas alam yng
tepat untuk diikutsertakan, perlengkapan yang dibutuhkan dan sebagainya.
b)
Menyediakan
infomasi tentang tempat yang dibutuhkan untuk mengakomodasi aktivitas,
menentukan persyaratan kualitas lingkungan.
c)
Menyediakan
infomasi tentang lokasi dengan fasilitas yang tepat dan persyaratan yang
berhubungan dngan aktivitas lainnya.
d)
Menyediakan
infomasi tentang intensitas aktivitas, pelajar per kelompo, sekolah per
komunitas, dan sebagainya.
2)
Jadwal
Tempat
a)
Menyediakan
infomasi tentang periode sekolah, panjagnya periode sekolah, dan sebagainya.
b)
Menyediakan infomasi tentang frekuensi layanan
bulanan, mingguan, harian, atau kapan saja dibutuhkan.
c)
Menyediakan
infomasi tentang tentang jumlah sesi per hari, modulyang tersedia, jumlah modul
per hari per aktivitas.
3)
Pada
Kurikulum dan Program Instruksi
4)
Pada
Program yang Berhubungan dengan Masyarakat.
c.
Sistem
Komunikasi Pendidikan
1)
Pada
Transportasi
a)
Menyediakan
infomasi tentang kepindahan pelajar dari asal ke tujuan: berapa banyak, kapan,
dan bagaimana.
b)
Menyediakan
infomasi tentang volume lalu lintas yang dibutuhkan, frekuensi layanan dan
intensitas.
c)
Menyediakan
infomasi tentang rute yang tersedia, kapasitas rute yang ada dan potensia; untuk penambahan yang direncanakan, dan
rute-rute lingkungan berkualitas.
d)
Menyediakan
informasi tentang macam-macam biaya perjalanan kualitas dan hasilnya.
e)
Menyediakan
infomasi tentang standar keamanan.
2)
Pada
Informasi itu Sendiri
a)
Memberi
dan menerima data dari berbagai media.
b)
Menggunakan
kesan sensorik termasuk penglihatan, suara, penciuman dan sebagainya.
3)
Pada
Energi
a)
Operasikan
lampu-lampu, AC, dan pemanas ruangan, ventilasi dan sebagainya.
b)
Mendukung
eksperimen dalam belajar, seperti eksperimen fisika, program belajar mobil, dan
sebagainya.
4)
Pada
Sistem Fasilitas Pendidikan
5)
Pada
Sistem Operasi Pendidikan
6)
Pada
Sistem Manajemen
7)
Pada
Sistem Operasi dan Perawatan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gambaran dan
rumusan batasan permasalahan pendidikan sangat penting dan trategis, karena
setiap kegiatan yang akan dirumuskan dalam proses perencanaan harus diarahkan
dalam rangka pemecahan masalah. Kebutuhan akan perencanaan muncul sebagai
akibat semakin intensif dan kompleksnya permasalahan yang muncul dalam
mayarakat. Perencanaan dapa hanya mengacu kepada persiapan pembelajaran, yang
intinya kepedulian terhap lingkungan dari komunitas manusia, sehingga seorang perencana
harus mengetahui nilai-nilai, tujuan, dan struktur sosial dari komunitas dengan
tujuan untuk melayaninya secara memadai. Dimensi-dimensi perencanaan pendidikan
yaitu:
1.
Significance
2.
Feasibility
3.
Relevance
4.
Definitiveness
5.
Parsimoniusness
6.
Adaptability
7.
Time
8.
Monitoring
9.
Subject matter.
Perencanaan
berorientasi pada masa depan dan akan meliputi analisis yang menyeluruh
(komprehensif) tentang masa kini, dan juga kekuatan-kekuatan sejarah yang
membentuk perkembangannya. Secara umum suatu perencanaan meliputi:
1.
Lingkup
dan cakupan bidang permasalahan.
2.
Rentang
permasalahan termasuk di dalamnya perencanaan penyelesaian.
3.
Akibat
yang ditimbulkan, analasis permasalahan serta upaya penyelesaiannya.
4.
Perhatian
secara umum atas keberadaan masalah dn penyelesaiannya.
Perencanaan
pendidikan diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat, perubahan sikap kerja, tumbuhnya sinergis dariberbagai
lembaga, kemajemukan di antara kepentingan individu, serta adanya berbagai
penyelesaian terhadap masalah-masalah penduduk yang berda di pinggiran kota.
Perencanaan
pendidikan harus berorientasiterhap program siswa yang terstruktur dengan
kondisi yyang relevan dengan lingkungan sekitarnya. Perencanaan pendidikan
dipandang perlu untuk melibatkan berbagai tingkatan (stakeholder) yang ada di masyarakat.
DAFTAR
RUJUKAN
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009.
[1]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 50-51.
[2]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 51.
[3]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 52-53.
[4]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 53-54.
[5]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 54-56.
[6]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 56-57.
[7]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 57-70.
[8]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 70-73.
[9]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 73-74.
[10]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin
Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,
h. 74-79.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar