Rabu, 04 Desember 2019

MAKALAH PROSES PERENCANAAN PENDIDIKAN




MINCERIANTI
NURFADILAH
 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BONE

PROSES PERENCANAAN PENDIDIKAN


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ruang Lingkup Permasalahan Pendidikan
1.      Kebutuhan akan perencanaan pendidikan
Kebutuhan akan perencanaan muncul sebagai akibat semakin intensif dan kompleksnya permasalahan yang muncul dalam masyarakat modern. Suatu permasalahan terjadi apabila suatu aktivitas atau kejadian menyimpang  dari yang seharusnya terjadi. Permasalahan-permasalahan seperti jumlah penduduk, kebutuhan akan tenaga kerja, ekologi, penurunan sumber daya, serta penggunaan perkembangan ilmu pengetahuan yang sembarangan, menempatkan institusi pendidikan untuk dapat menemukan solusinya. Jika institusi pendidikan diharapkan mampu menyelesaikan maslaah-masalah tersebut, maka kemampuan merencanakan menjadi suatu keharusan. Namun demikian, seringkali komunitas institusi pendidikan tertentu memberikan pelayanannya tidak berkenan untuk mengenal kebutuhan akan perencanaan pendidikan. Mereka menuntut solusi namun secara simultan menolak metode yang dapat meyelesaikan solusi tersebut.
Untuk menanggulangi permasalahan, baik sosial maupun fiskal serta untuk mengatasi perencanaan pendidikan yang saat ini masih belum cukup memadai, maka berikut ini usulan format aktivitas perencanaan dengan dipandang dari beberapa segi, antara lain:
a.       Dari segi umum, perencanaan pendidikan adalah suatu penelitian, pengembangan teori dan teknik, penggambaran rencana pada tingkat lokal, regional maupun nasional dan global.
b.      Dari segi fisik, perencanaan pendidikan adalah perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek  gedung sekolah, tata ruang gedung sekolah dan peralatannya, kriteria linhkungan kegiatan pembelajaran dan lainnya.
c.       Dari segi sosial, perencanaan pendidikan adalah tinjauan yang merefleksikan orang, perencanaan kurikulum, strategi instruksional, tinja
d.      uan kebutuhan tenaga kerja dan sosial, rancangan fisik yang dapat meningkatkan interaksi individu dan sosial atau masyarakatnya.
e.       Dari segi administrasi, perencanaan pendidikan adalah kontrol pengembangan, pembuatan keputusan, manajemen operasi, kontrol inventaris, perencanaan transportasi dan gedung sekolah. [1]
2.      Pengertian Permasalahan Perencanaan pendidikan
Terdapat tiga hal pokok yang harus diketahui dan diperhatikan, untuk memberikan pemahaman tentang pengertian perencanaan pendidikan yang meliputi: karakteristik perencanaan pendidikan, dimensi perencanaan pendidikan, dimensi perencanaan pendidikan dan hambatan perencanaan pendidikan. [2]
3.      Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Karakteristik perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk menggambarkan sifat khusus dari perencanaan pendidikan. perencanaan pendidikan adalah:
a.       Suatu proses rasional, dikarakteristikkan sebagai pengembangan yang terorganisasi dari kegiatan pembelajaran masyarakat.
b.      Menyangkut tujuan sosial, cara dan tujuan, proses-proses dan kontrol.
c.       Merupakan rancangan konseptual dimana kebijakan dan tindakan dibuat oleh kelompok.
d.      Konsep dinamis yang menjamin suatu rencana dikonstruksikan dengan lentur sehingga tidak mungkin terjadi penyimpangan
Perencanaan pendidikan harus memiliki tiga bidang pengetahuan khusus, yang meliputi:
a.       Metode ilmiah yang komprehensif dan kemampuan menggunakannya dengan fasilitas yang ada.
b.      Pengetahuan akan nilai-nilai perbandingan dan sistem nilai dengan maksud dapat memfasilitasi keputusan rasional dari tujuan masyarakat.
c.       Pemahaman akan berkelanjutan dan tidak berkelanjutan kecenderungan dan arah dari segala urusan manusia sehingga dapat memahami kemungkinana-kemungkinan yang muncul.
Membuat rencana adlaah cara institusi mencapai keputusan, sedangkan perencanaan adlaah suatu proses terkendali di dalam suatu rantai yang panjang dari pembuatan keputusan oleh manusia pada suatu waktu tertentu, kadang-kadang perwujudan ke dalam rencana hanyalah merupakan suatu bagian dari proses. Oleh karena itu perencanaan merupakan program terkendali dari seluruh jangkauan tindakan  publik dan perseorangan menuju pengembangan atau pengembangan ulang. Esensi yang dihasilkan adalah suatu rencana untuk sifat, tingkat, dan proses perubahan, karena dasarnya telah meluas melibatkan perencanaan fisik, dan sosial, dan ekonomi, maka dapat mengambil alih analisa teknis dari bidang lain.
Pengertian perencanaan melibatkan beberapa komponen proses seperti tujuan yang kana dicapai, prosedur efisien untuk mencapainya, alokasi sumber daya yang tepat yang diperlukan untuk mencapai tujuan, seperti manipulasi lingkungan fisik.
Secara umum pengertian perencanaan dapat hanya mengacu kepada persiapan ke dalam oleh kelompok dan individu, yang biasa disebut dengan pembelajaran. Intisari dari perencanaan dan pembelajaran adalah kepedulian terhadap lingkungan pendidikan dari komunitas manusia. Oleh karena itu, seorang perencana harus mengetahui nilai-nilai, tujuan, dan struktur sosial dari omunitas dengan tujuan untuk melayaninya secara memadai. [3]
4.      Dimensi Perencanaan Pendidikan
Untuk memehami arti perencanaan pendidikan, seseorang perlu memahami dimensi penrencanaan pendidikan, yaitu tingkat, ukuran dan besaran maslaah yang terkait dengan perencanaan pendidikan, yakni:
a.       Significance, yaitu tingkat kebermaknaan yang tergantung dari kepentingan sosial dari tujuan pendidikan yang diusulkan.
b.      Feasibility, yaitu kelayakan tekknis dan perkiraan biaya merupakan aspek yang harus dilihat secara ralistik.
c.       Relevance, yaitu konsep relevan mutlak perlu perlu bagi implemtasi rencana pendidikan.
d.      Definitiviness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk menjalankan rencana dengan menggunakan data model buatan, tujuannya adalah untuk meminimumkan kejadian yang tidak diharapkan yang akan mengalihkan sumber daya dari tujuan yang direncanakan.
e.       Parsimoniousness, yaitu perencanaan haruslah digambarkan secara sederhana.
f.       Adaptability, yaitu perencanaan pendidikan haruslah dinamis dan dapat berubah sesuai informasi sebagai umpan balik sistem.
g.      Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, kebutuhan untuk merubah situasi yang tidak dapat dipikul, keterbatasan perencana pendidikan dalma meramalkan masa depan merupakan beberapa faktor berkaitan dengan waktu. Waku yang berdampak pada kemampuan mengevaluasi kebuthan pendidikan saat ini berkaitan dengan masa depan.
h.      Monitoring, yaitu melibatkan penegakkan kriteria pendidikan untuk menjamin berbagai komponen rencana bekerja secara aktif.
i.        Subject matter, yaitu pokok-pokok bahasan yang akan direncanakan yang terdiri atas:
1)      Sasaran dan tujuan, mencakup apa yang diharapkan sebagai keluaran dari proses pendidikan. merupakan pokok bahasan yang paling mendasar dalam perencanaan pendidikan.
2)      Program dan pelayanan, mencakup bagaimana mengorganisasikan pola kegiatan pembelajaran dan mendukung pelayanan.
3)      Sumber daya manusia, mencakup bagaimana membantu dan meningkatkan kinerja, interaksi, spesialisasi, sikap, kompetensi dan pertumbuhan kepuasan sumber daya manusia.
4)      Sumber daya fisik, mencakup bagaimana memnfaatkan fasilitas dan merencanakan pola distribusinya.
5)      Penganggaran, mencakup bagaimana membiayai pengeluaran dan merencakan pemasukan keuangan.
6)      Struktur pemerintahan (governance), mencakup bagaimana mengorganisasi dan mengelola kegiatan dan kontrol terhadap program-pogram pendidikan dan aktivitasnya.
7)      Konteks sosial, mencakup elemen-elemen sumber yang harus diperhatikan pada sistem pendidikan.[4]
5.      Kendala-kendala dalam Perencanaan Pendidikan
Kendala memegang peranan penting dalam mendefinisikan arti perencanaan pendidikan, yang utamanya meliputi: politik, ekonomi, dan waktu. Pada umumnya, kendala-kendala yang muncul pada proses perencanaan pendidikan di tingkat yang lebih tinggi akan berdampak lebih besar pada tingkat di bawahnya.
Perencanaan pendidikan berkaitan erat dengan politik dan kebijakan yang dihasilkan dari proses politisasi. Hubungan ini digambarkan dengan satu arah yang sangat mendasar, sehingga proses perencanaan harus memainkan peranan yang penting dalam memberikan alternatif kebijakan dan tekanan untuk keputusan dari tingkat paling awal dan paling luas mulai dari perumusan kebijakan sampai kepada tingkat yang lebih rinci dari penentuan kebijakan.
Perencanaan pendidikan dapat mendahului kebijakan pendidikan dikarenakan perencanaan melibatkan keputusan dan pilihan diantara alternatif rangkaian kegiatan tindakan. Dalam memilih suatu rangkaian tindakan, perencanaan pendidikan menjadi suatu kebijakan untuk unit administrasi yang lebih rendah.
Hubungan antara perencanaan pendidikan dan kebijakan pendidikan ini dinyatakan dengan sangat baik oleh struktur hierarki dari sebagian besar administrasi pendidikan, karena pada masa lalu praktek administrasi telah menegakkan hubungan antara perencanaan dan politk. Makna dari hubungan ini dalam perencanaan pendidikan adalah menjadikan sebagai permasalahan publik. Pada saat kebijakan publik terpisah dari pengamatan publik, maka perencanaan pendidikan akan menjadi musibah besar.
Perencanaan pendidikan melibatkan orang-orang dari berbagai disiplin ilmu dengan permasalahan ekonomi pada segi waktu serta biaya yang merupakan kendala utama. Inti dari permasalahan ekonomi menekankan pentingnya menghasilkan suatu rencana yang dapat membawa hubungan yang serasi dengan keseluruhan anggaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan persetujuan politik dan peraturan hukum juga ditempatkan [pada perencanaan pendidikan dan proses perencanaannya. Kenyataannya bahwa dalam proses perencanaan harus fleksibel dan dilakukan secara terus menerus. Definisi operasional perencanaan pendidikan, terutama perencanaan komprehensif adalah suatu proses yang antara lain:
a.       Menghasilkan informasi keputusan yang sah dalam bentuk alternatif rangkaian kegiatan.
b.      Melayani sebagai suatu panduan untuk memonitor aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan mendefinisikan sautu kriteria kinerja untuk mengukur derajat kesuksesan dalam mencapai sasaran.
c.       Menyajikan rantai koordinasi di antara sasaran jangka panjang dan program menengah, serta rencana operasi terinci untuk mengimplementasikan program tahunan bersama-sama dan kerangka kerja jangka panjang dan jangka menengah.
d.      Melengkapai dasar untuk pemeriksaan kembali dan perbaikan tujuan pendidikan serta program-program melalui proses perencanaan kembali.
e.       Menyajikan alat untuk peninjauan ulang.
f.       Menegakkan inventaris kebutuhan untuk menentukan proses logis dalam mengumpulkan, mengevaluasi dan memproyeksi informasi.
g.      Mencocokkna perencanaan secara komprehensif untuk pengembangan dan kesejahteraan secara umum.
h.      Menggabungkan peralatan yang tepat, seperti:
1)      Perencanaan, pemrograman, dan sistem anggaran.
2)      Analisis dan sintesis sistem.
3)      Penjadwalan jaringan.
4)      Sistem informasi manajemen.
5)      Pemodelan dan simulasi.
6)      Analisis lingkungan dan kebutuhan penilaian.
7)      Analisis keuntungan dan efektivitas pembiayaan.
8)      Sistem manajemen dan pengawasan.[5]
6.       Makna permasalahan perencanaan pendidikan
 Berbeda dengan profesi lainnya, perencanaan pendidikan tidak memiliki bidang pengetahuan teknis yang dikenali secara jelas. Perencanaan pendidikan terlihat sebagai perwujudan dari kecenderungan ke arah kegiatan manusia.
Tujuan perencanaan pendidikan adalah untuk mencapai efisiensi pada proses penyelesaian masalah dan memerlukan paling sedikit tiga tujuan, yakni:
a.       Menegaskan kebenaran yang berarti menemukan kenyataan yandat diterima orang lain.
b.      Menetukan serangkaian tindakan dimaksudkan untuk melihat gambaran di masa depan yang merupakan esensi dari perencanaan.
c.       Membujuk yang membutuhkan sehingga dapat memunculkan sikap personal, kegemaran, prasangka dan emosi yang dpaat menentukan tindakan.
Tiga dimensi peran yang dimiliki oleh perencana, yaitu:
a.       Jenis tugas yang meliputi teknis atau administrasi dan yang berkenaan dengan rencana implementasi, aktivitas, koordinasi perencanaan, dan berpolitik.
b.      Berkenaan dengan pelanggan yang dilayani perencana.
c.       Sponsor, individu atau kelompok/
Dalam pendidikan terdapat dua orientasi yang spesifik, yaitu:
a.       Kegiatan yang diarahkan kepada proses sosial, seperti psikologi pembelajaran, perencanaan kurikulum, pelatihan guru, kelompok pengajaran atau interaksi individu.
b.      Kegiatan yang diarahkan kepada lingkungan fisik. [6]
B.     Pengkajian Sejarah Perencanaan Pendidikan
Pengkajian mengenai sejarah perencanaan pendidikan tidak dapat dipastikan hubungannya dengan rencana pendidikan itu sendiri, karena baik perencanaan maupun pendidikan dahulu, tidak pernah ada seperti bentuknya sekarang, tetapi gerakan-gerakan dalam perencanaan pendidikan bersifat paralel dengan kemajuan yang dibuat, sehingga meninggalkan warisan mengenai cara-cara pemecahan permasalahan.
Warisan ini menggambarkan keteraturan perkembangan dari perencanaan yang pernah ada dan membantu memberikan petunjuk kepada  perencanaan pendidikan untuk menentukan masa depan. Sejarah dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu, sementara perencanaan dapat menentukan masa depan.
Perencanaan berorientasi pada masa depan dan meliputi analisis yang menyeluruh (komprehensif) tentang masa kini, dan juga kekuatan-kekuatan sejarah yang telah membentuk perkembangannya. Dalam perencanaan, tanpa adanya sejarah, maka tidak akan didapatkan momentum untuk melakukan sesuatu menuju masa depan.
Hal yang terpenting dalam perencanaan pada jaman dahulu adalah lokasi fisik kota dengan melihat kota dari udara, pemandangan alam sekitar, iklim, sumber-sumber penghasilan yang dekat letaknya dan cara-cara akses natural yang berpengaruh pada arah-arah menuju  ke kota tersebut.
Sejarah perkembangan perkotaan atau pendidikan sebetulnya sudah dimulai dengan adanya pembangunan gedung-gedung di Mesir Kuno  yang berlanjut hingga sekarang dengan berbagai pengendalian, penyempurnaan dan penyegaran.
1.      Awal mula perencanaan
Perencanaan dimulai sejak dulu, sejak zaman primitif. Hal ini dapat dilihat pada budaya Mesir Kuno dalam memperbaiki lingkungannya. Pada Masyarakat primitif, perkembangan lingkungan fisik pada umumnya mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari pihak luar. Sebagai contoh, manusia pada awalnya menggunakan lingkungan fisik seperti gua untuk berteduh dan berlindung. Kemudian mereka belajar menetap dengan membangun tempat tinggal dengan mengambil keuntungan dari alam seperti rawa-rawa, gunung-gunung, dan sungai-sungai. Ketika manusai merasa memiliki kemajuan, ia mulai mengetahui bahwa ia memerlukan orang lain agar terhindar dari bahaya, terisolasi dan mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Proses ini, secara tidak langsung mulai menyangkut perencanaan.
Perkembangan perencanaan juga terlihat ketika masyarakat Anatolian di Jazirah Turki membangun pertahanan. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh orang-orang Palestina di Jericho.
2.       Perencanaan Kota Mesir
Aktivitas peradaban Mesir menggambarkan konsep dewa-dewa Mesir. Penguasa mirip dewa dan hubungan mereka pada lapisan masyarakat bawah masih tetap ada. Peninggalan dinasti-dinasti Mesir hingga saat ini masih tetap ada contohnya, adalah tugu besar dan candi-candi yang dibangun dengan kokoh. Selain itu, agama menjadi suatu eksistensi yang amay dalam yang ditandai dengan monumen-monumen yang mewah dan indah. Makam yang berasal dari tahun 3200 SM menjadi awal adanya tugu-tugu berlapis batu dengan atap datar pada awal dinasti pertama. Tugu dan batu ini kemudian berkembang menjadi Mastaba dan akhirnya menjadi Pyramid Kuno, misalnya Sanqqara yang dibangun selama dinasti ketiga.
3.      Perencanaan dan Pendidikan di Mesopotamia.
Peradaban Mesopotamia di Irak hampir sama dengan peradaban Mesir Kuno. Perbedaan antara kedua kebudayaan tersebut terletak pada lingkungan agama dan masyarakat. Selama peradaban Mesopotamia kota-kota berkembang dengan pesat, namun demikian, terdpaat bahaya besar seperti banjir, badai dan kebakaran yang mengancam kehidupan penduduk di dalam kota. Selin itu, penduduk juga harus menghadapi bahaya lain yaitu wabah penyakit dan invasi penduduk dari daerah lain negara Crigtoh sekarang Amerika dan Inggris. Pada dasarnya orang-orang Mesopotamia menyadari perlunya perencanaan, akan tetapi masih terbatas dalam penerapannya.
4.      Perencanaan Kota Syiria
Budaya Syiria tumbuh dan berkembang di luar lingkungan Assiria dinilai tidak strategis karena haya dibatasi oleh daratan yang terbentang luas tanpa adanya pepohonan yang cenderung menyebabkan Assiria menjadi daerah terbuka, tanpa pertahanan. Karakteristik alam yang seperti itulah yang memaksa Assiria memelihara kehidupan militer yang keras, sehingga menyebabkan Assiria berkembangan menjadi bangsa yang kejam dan suka berperang. Menyadari karakteristik alam di sekelilingnya, maka perencanaan pembangunan di Assiria seperti kota Khisabaq yang dibangun pada tahun 772-705 SM diarahkan pada bentuk bujur sangkar  terutama untuk alasan pertahanan.
5.      Perencanaan Kota Babilonia
Orang Babilonia adalah pengembara seperti halnya orang Assiria. Oleh karena itu, mereka lebih terbuka pada gagasan-gagasan yang berbeda dari orang-orang sekitarnya. Kota pertama Babilonia dibangun kembali oleh Nebukanedzar dan dikenal dengan bangunan raksasa yang terkenal pula dengan keindahannya. Di dalam kota tersebut terletak istana Nebukanedzar dengan sejumlah taman bergantung yang hingga kini dikenal sebagai slaah satu dati tujuh keajaiban dunia. Kota Babilonia berbentuk empat persegi panjang yang diperluas dengan menyebrangi sungai-sungai ke arah barat yang bagian-bagiannya dihubungkan dengan jembatan yang pertama ada di dunia.
6.      Perencanaan Kota Persia.
Dalam membuat bangunan, orang-orang Persia mencontoh orang-orang Babilonia dengan bentuk bangunan yang tinggi dan batu-batu yang dimaksudkan sebagai tangga. Bentuk tersebut melambangkan perluasan budaya dan peradaban Kuno Persia. Salah satu konstribusinya adalah pada rincian dan artistik kunonya.
7.      Konstribusi Aegian terhadap Perencanaan dan Pendidikan
Peradaban Barat berkembang di pulau-pulau di laut di Aegan bersamaan dengan peradaban Mesir dan timur dekat, Minos seorang pemimpin Cretan mendirikan kerajaan laut dengan sistem feodalisme dan eksploitasi komunal. Keberadaban perencanaan pada periode ini dicontohkan dengan baik oleh pengagum-pengagum adalah ilustrasi perencanaan terbesar dalam dunia kuno. Walaupun dibangun di atas landaian gunung dan menawarkan ruang yang sangat terbatas, namun-namun bangunan-bangunan Aeropolis dan Agora memaksimalkan aspek estetika dan kemanfaatan bukti. Pasar yang berperan penting di kota-kota yang berada di Yunani dan kota Milerus di Sonia dibangun kembali pada tahun 494 SM. Untuk meletarikan semangat individualisme di dalam konteks peningkatan perdagangan, maka setiap warga kota sjak lahir dinyatakan bebas, dalam kata miskin atau kaya memperoleh kesempatan yang sama. Hal ini mendorong adanya jenis pendidikan yang baru mengingat pembatasan pembelajaran tidak lagi memuaskan kehidupan publik. Untuk itu,dibentuk sekolah-sekolah dengan  tingkat pelajaran yang lebih tinggi dengan metode-metode tertentu. Dalam kaitannya dalam perencanaan kota, Hippodamus menyatakan bahwa kota harus direncanakan dengan jalan-jalan secara yang teratur. Hippodamus adalah perencana kota dan jalan-jalan yang lurus dan luas serta berpotongan tegak lurus.
8.      Perencanaan dan Pendidikan di Roma
Karakteristik orang-orang Roma berbeda dengan orang-orang Yunani. Perbedaaan ini mempengaruhi cara mereka dalam merancang dan membangun gedung-gedung atau bangunan di Yunani dan Roma. Di Yunani  arsitektur bangunan pada umumnya menunjukkan kesederhanaan namun anggun, sedangkan di Roma lebih menekankan pada nilai-nilai praktis gedung-gedung, kota-kota dan arsitektur didesain memperhatikan nilai kepraktisan akan tetapi tetap merefleksikan kehebatan dan keagungan kekaisaran Roma. Mengingat nilai-nilai kepraktisan itulah, maka Roma perencanaan pengembangan kota cenderung dapat diubah dengan cepat atau direvisi kemudian digunakan kembali. Hal yang menarik adalah pendidikan di Roma yang secara konstan tetap dilakukan dalam kondisi apapun. Seseorang yang merdeka dalam arti bukan seorang budak dapat memasuki jenjang yang dikenal dengan nama Primus Magister untuk belajar membaca, menulis dan berhitung yang merupakan kemampuan dasar. Kemudian, dia dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu Grammar Scholl untuk memperluas kemampuan dasarnya tersebut. Jika dianggap berhas, maka yang bersangkutan dapat meneruskan ke arah pendidikan yang lebih khusus atau memasuki pendidikan untuk menjadi seorang guru. Konstannya pendidikan di Roma terjadi karena dukungan dari Kaisar selama kekaisaran mereka. Sebagai contoh, Julius Caesar memberikan hak-hak istimewa kepada para guru yang didatangkan dari luar negeri, Kaisar Agustus mendirikan perpustakaan umum pertama di Roma, Vespasian mengorganisir mendukung sekolah-sekolah dengan cara mendatangkan guru-guru untuk melayani jasa pendidikan. salah satu era perkembangan dalam bidang pendidikan di Roma adalah ketika Antonius Pius mengubah metode bimbingan dan menciptakan sistem pendidikan kekaisaran. Antonius Pius memberikan gaji dan hak-hak istimewa dan ini berlaku di semua kota praja di seluruuh provinsi di Roma. Selain itu Antonius Pius membuat kebijakan bahwa harus mengelola 5 (lima) Grammarians, kota besar harus mengelola 4 (empat) Grammarians, kota kecil harus mengelola 3 (Grammarians). Kebijakan ini membuat kota menjadi pelabuhan (pusat) pendidikan dan dewan kota menjadi tempat dirumuskannya kebijakan-kebijakan mengenai pendidikan warga kota. Perencanaan, pembangunan dan arsitektur di Roma dirancang sedemikian rupa menjadi evolusi perkembangan kekaisaran. Semakin berkembang kekaisaran semakin indah arsitektur dibuat, sehingga terlihat semakin anggun.
9.      Pengaruh Byzantine terhadap Perencanaan dan Pendidikan
Arsitektur Byzantine mempunyai pengaruh yang sangat kuat di dunia barat pada masa setelah abad ke-4 dan berkembang khususnya pada masa kekaisaran Roma di bawah kaisar Justinian. Karakteristik khusus arsitektur Byzantine adalah bentuk kubah byang melingkar yang menghiasi secara warna warni, pahatan, dan lempengan batu-batu hias yang digunakan sebagai media untuk menggambarkan begitu banyaknya yang masih buta huruf dan ajaran-ajaran Kristen. Salah satu contoh bangunannya adalah gereja St. Sophia (Aya Sofia yang kini menjadi Mesjid Agung, sejak kekuasaan Turki) di  Konstatinopel. Pada umumnya gereja-gereja di buat dalam bentuk yang cukup besar sebagai tanda perlawanan terhadap aliran-aliran penyembah berhala yang sebetulnya telah mulai berkurang selama abad kelima. Sekolah-sekolah sekuler mulai hilang dan yang bertahan hanya sekolah-sekolah swasta. Kewajiban untuk melaksanakan proses  pendidikan diserahkan pada kependetaan di gereja-gereja kawasan sebelah timur.
10.  Pengaruh Gothic terhadap Perencanaan dan Pendidikan
 Arsitektur Gothic merupakan perkembangan dari arsitektur Roma dan mewarnai benda-benda yang dibuat pada saat itu. Mayoritas gedung yang dibangun pada saat itu snagat besar dan tinggi menjulang. Faktor yang mendorong bentuk gedung seperti itu adalah perkembangan perdagangan yang luar biasa dan bertambanhnya kekuasaan pemerintah lokal. Dalam aspek pendidikan, pengaruh Gothic disertai pula oleh pengaruh Roma sehingga melahirkan dua pendekatan dalam pendidikan, dengan memandang dimana Roma dianggap sebagai pusat pendidikan.
11.  Perencanaan dan Pendidikan pada Masa Renaissance
Perkembangan gaya arsitektur, perencanaan dan pendidikan pada masa Renaissance tidak berpusat pada satu tempat, akan tetapi tersebar di beberapa bagian Eropa dan dalam kurun waktu yang berbeda pula. Salah satu konstribusi saat ini dalam pembangunan sarana dan prasarana adalah pembangunan jalan lurus yang memberikan pemandangan indah, pola papan catur, desain ta,an, dan munculnya model kota yang baru. Sedangkan dalam aspek pendidikan ditandai dengan adanya penghargaan terhadap orang yang mempunyai interest yang tinggi terhadap pendidikan, analisis kebutuhan pembelajaran baik bagi individual maupun bagi siswa, pengorganisasian sekolah yang dilakukan dengan hati-hati, pengenalan aspek-aspek kemanusiaan dalam kurikulum, dan adanya gagasan bahwa pendidikan seperti juma masalah sosial harus menjadi perhatian setiap individu.
12.  Perencanaan dan Pendidikan pada Masa Baroque.
Arsitektur pada waktu itu menemukan jati dirinya pada abad 19. Sebelumnya masih mencari-cari bentuk dari berbagai pendekatan yang ada. Karakteristik utama arsitektur pada masa itu adalaj pergerakan yang dinais dan tampilan garis yang sangat banyak, tidak berimbang dan terlihat mencolok. Dalam hal pendidikan, pada masa ini dikenal apa yang disebut perencanaan komprehensif dimana pemerintah memberikan dukungan secara penuh terhadap aspek pendidikan dan menempatkan pendidikan sebagai masalah publik. Dalam masa ini perkembangan dalam hal perencanaan fisik disertai dengan perkembangan dalam bidang pendidikan. Adapun yang mendasai hal tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Setiap warga negara harus mampu menyelesaikan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung kepad orang lain.
b.      Setiap warga negara harus memberikan konstribusi sebesar mungkin yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
c.       Kesempurnaan seseorang sangat tergantung pada pendidikannya.
13.  Zaman Industri dan Pendidikan
Pada jaman ini, sektor industri berkembang dengan pesat. Namun demikian tidak mudah dalam menata kota. Hal ini terjadi mengingat pada masa itu, para perencana kota harus menghadapi berbagai variabel yang cukup kompleks, seperti perubahan dalam ukuran, populasi yang semakin banyak, konsentrasi pada industri, dan konglomerasi yang hanya mengacu pada kuantitas bukan pada kualitas. Pertimbangan yang paling dasar dalam menata kota adalah komunitas perkotaan yang semakin banyak dan lebih banyak di antaranya menciptakan  daerah-daerah kumuh. Oleh karena itu tidak heran jika kota-kota pada saat itu tidaklah tertata dengan baik. Hal ini ditandai dengan:
a.       Ketidakpedulian pada topografi dan ekologi.
b.      Pabrik-pabrik yang dibangun di pusat kota.
c.       Jalan kereta api yang dibangun di pusat kota.
Kondisi yang seperti ini menyebabkan lingkungan yang tidak sehat. Kondisi perkembangan selanjutnya, barulah ada kebijang tentang kondisi kesehatan lingkungan yang menjadi salah satu fokus dalam penataan kota yang memang berdampak pada lebih sehatnya kota yang dibangun. Keberhasilan dalam penataan kota berdampak positif terhadap penyelenggaran sekolah dan program-program pelatihan secara efektif. Mengingat keberhasilan dalam penataan kota tidak terlepas dari pendidikan, maka pendidikan mendapat dukungan publik yang cukup besar seperti juga perhatian terhadap aspek-aspek lain dan pendidikan dikaitkan dengan aspek-aspek lain. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu hal yang komprehensif yang dikaitkan dengan perubahan sosial dan teknologi.
14.  Konsep Taman Kota
Faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perencanaan pendidikan adalah konsep tentang kota. Taman kota didefinisikan sebagai berikut: sebuah kota yang didesain untuk menciptakan kesehatan, baik untuk tempat tinggal maupun untuk indutri dengan ukuran yang memungkinkan terciptanya kehidupan sosial yang lebih baik, dilingkupi oleh perkampungan, lingkungan tersebut menjadi milik publik atau dikelola berdasarkan kepercayaan yang diberikan masyarakat. Salah satu pemikir taman kota, Sir Ebenezer  Howard berhasil merumuskan penataan kota yang penuh dengan taman, dengan mempertimbangkan berbagai masalah yang muncul di perkotaan. Selain itu juga Howard juga mempertimbangkan fungsi-fungsi fisik, sosial dan ekonomi serta integrasi antara pola-pola perkotaan dan pedesaan untuk meningkatkan kehidupan, baik di perkotaan maupun di pedesaan (Banghart and Trull, 1973). Beberapa aspek mendasar dari taman kota adalah sebagai berikut:
a.       Kota industri dan perdangan dengan ukuran sedang dengan lokasi berdekatan dengan wilayah pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana yang baik dan menyatu dengan komunitas.
b.      Penataan wilayah dalam setiap kota sehingga memungkinkan adanya akses antara tempat tinggal, tempat kerja, petokoan dan pusat-pusat kebudayaan.
c.       Pembatasan kepadatan penduduk dalam rangka penyediaan sarana lampu pengamanan jalan, taman-taman dan tempat-tempat rekreasi. Namun tidak dimaksudkan untuk mendukung penyebaran penduduk.
d.      Kantor-kantor pemerintahan didesain berdasarkan harmoni dan bukan standarisasi (penyeragaman).
e.       Adanya perencanaan sistem komunikai, baik internal maupun eksternal.
f.       Penggabungan kepemilikan yang merupakan suatu upaya kombinasi antara keinginan kepemilikan secara individu dan kepemilikan oleh perusahaan.
Konstribusi lain dan konsep taman kota adalah adanya teori kepemilikan publik atas tanah untuk pengembangan kota yang ditujukan untuk kontinuitas dan kualitas desain dan bentuk perkotaan.
15.  Makna Perencanaan dan Pendidikan pada Saat Ini.
Makna perencanaan dan pendidikan didasari oleh makna yang berkembang pada masa sebelumnya. Makna perencanaan sempat bergeser dari yang tadinya bermakna sempit, yaitu aktivitas menggambar pada permukaan yang datar menjadi setiap tujuan atau usaha yang dilakukan setiap orang. Sedangkan makna pendidikan cenderung sesuai dengan makna terdahulu yaitu menuju ke masa depan. Namun pada saat itu, makna pendidikan dan perencanaan telah berkembang yang didasari oleh konsep sistem dimana di dalamnya terdap interaksi diantara banyak variabel. Adapun variabel-variabel yang harus diperhatikan adalah posisi sekolah dalam lingkungan masyarakat, analisis kebutuhan dan perencanaan yang berkaitan dengan penggunaan lahan, berkaitan transportasi, kurikulum, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat dan faktor-faktor lain, baik yang bersifat terselubung maupun transparan. Dengan kata lain perencanaan dan pendidikan merupakan bidang yang berorientasi sosial yang artinya bahwa kedua hal tersebut berkaitan dengan masalah-masalah sosio-ekonomi masyarakat, politik, dan karakteristik psikologis dari masyarakat yang dipengaruhi oleh perencanaan pendidikan.[7]


C.    Kesenjangan antara Kenyataan dengan Harapan dalam Perencanaan Pendidikan
Kenyataan (das sein), yakni suatu pandangan yang mengemukakan bahwa sekolah harus mandiri dan tidak berada pada suatu institusi, kenyamanan pendidikan akan mengambil tempat di mana kondisi siswa sebanding dengan ketersediaan tenaga pengajar saat ini, dan para pengelola skolah dapat menangangi langsung operasional sekolah untuk disesuaikan dengan kehendak masyarakat. Pandangan tersebut di atas dinilai tidak relevan dengan pertumbuhan penduduk yang telah menciptakan berbagai aktivitas masyarakat dalam kondisi yang sangat kompleks. Pada bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan infrastruktur, terutama yang menyangkut posisi, letak, dan ukuran pendirian suatu sekolah. Hal ini menjadi penting karena keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan antara pendidikan dengan masalah-masalah di lingkungan, seperti ketersediaan SDM, sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Oleh karena itu, bagi seorang perencana pendidikan, ia mempunyai tanggung jawab moral yang sangat bersar terhadap masyarakat, bagaimana ia merencanakan suatu pengorganisasian pendidikan bagi masyarakat, dan bagaimana rencana tersebut dapat diaplikasikan ke dalam masyarakat.
Pada kenyataannya dalam merencanakan pendidikan hendaknya dipertimbangkan pula situasi belajar yang nantinya diahrapkan mampu menunjang proses belajar mengajar, misalnya kaitan belajar dengan tempat bermain, kesenian atau olah raga. Begitu pula hubungannya dengan jadwal belajar, juga termasuk di dalamnya jumlah hari libur yang merupakan satu rangkaian tidak terpisahkan dengan proses belajar mengajar tersebut.
Harapan dalam filosofi dalam perencanaan pendidikan adalah apa yang  seharusnya (das sollen). Berpijak pada pemikiran mengenai harapan di atas, jelas bahwa perencana pada umumnya berorientasi pada suatu sistem, artinya bagaimana suatu perencana pendidikan mampu memberikn pemecahan masalah dan bertindak sebagai jembatan bagi berbagai perbedaan yang ada. Perencanaan pendidikan harus komprehensif dan mengacu pada tujuan sosial dan aspek-aspek  yang terkandung di dalamnya, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan pendidikan, meliputi kepercayaan yang mendasar,  penyesuaian tindakan, atauran yang menjadi panduan, dan dasar hukum atau ketentuan peraturan yang berlaku. Secara umum suatu perencanaan, meliputi:
a.       Ruang dan cakupan bidang permasalahan.
b.      Rentang permasalahan termasuk di dalamnya perencanaan penyelesaian.
c.       Akibat yang ditimbulkan, analisis permasalahan serta upaya penyelesaiannya.
d.      Perhatian secara umum atas keberadaan masalah dan penyelesaiannya.
Secara filosofis  perencanaan pendidikan diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan sikap kerja, tumbuhnya sinergi dari berbagai lembaga, kemajemukan di antara kepentingan individu, serta adanya berbagai penyelesaian terhadap masalah-masalah penduduk yang berada di pinggiran kota.
1.      Peran Nilai dalam Perencanaan Pendidikan
Seorang perencana pendidikan juga dituntut untuk mengetahui dan memberikan perhatian besar terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekaligus mengetahui bagaimana pengaruh nilai-nilai tersebut secara ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Ada terdapat beberapa alasan dan pertimbangan mengapa dalam perencanaan pendidikan perlu memperhatikan nilai-nilai, diantaranya adalah nilai-nilai motivasi bagi terwujudnya tujuan dan untuk mencari landasan kebijakan yang tepat, nilai-nilai (values) adalah akar dari keharmonisan sosial dalam upaya menghindari benturan antara tujuan individu  dan kebijakan yang ada, nilai-nilai dianggap suatu pondasi masyarakat yang mampu mengatasi timbulna hal-hal yang bersifat dekstruktif, dengan nilai-nilai kita dapat menciptakan keseimbangan antara tujuan yang hendak dicapai (objectivess) dengan tujuan yang dihasilkan (achievement), dan nilai-nilai juga mampu menghidari pandangan biasa dari perencana itu sendiri.
2.      Peran Perencana Pendidikan
Untuk memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan, diperlukan adanyan perubahan pendekatan atas suatu perencanaan pendidikan. oleh sebab itu, perencanaan pendidikan harus memusatkan perhatian pada kehidupan masyarakat yang luas. Perencanaan pendidikan juga harus menjadi pengikat antara aktivitas pendidikan dan aktivitas masyarakat yang lebih luas. Perencanaan pendidikan harus menjadi koordinat perencana dalam pencapaian keadaan yang diinginkan bagik dari sisi sosial, budaya, maupun aktivitas lainnya bagi keseluruhan masyarakat.
Perencanaan pendidikan yang baik adalah perencanaan pendidikan yang mampu bekerja secara lebih dekat dengan program-program perencanaan layanan insani lainnya, seperti program-program perpustakaan, sarana rekreasi, museum, media massa dan lainnya. Perencanaan pendidikan juga harus berorientasi terhadap program siswa yang terstruktur dengan kondisi yang relevan degan lingkungan sekitarnya. Mengingat beragamnya peran perencanaan pendidikan tersebut, maka dalma perencanaan pendidikan dipandang perlu untuk melibatkan berbagai tindakan (stakeholder)  yang ada di masyarakat, bukan hanya terbatas pada lingkungan sekolah atau pemerintah.[8]
D.    Sumber Daya dan Hambatannya dalam Perencanaan Pendidikan
1.      Identifikasi Sumber Daya dan Hambatan dalam Perencanaan pendidikan
Sumber daya dan hambatan merupakan dua bagian penting yang perlu diidentifikasi dan dikenali dalam perumusan sebuah perencanaan pendidikan. Untuk menghasilkan atau mencapai solusi optimal suatu perencanaan tergantung pada ketersediaan sumber daya dan karakter hambatan yang ada, baik secara individu maupun kelembagaan.
2.      Sumber Daya dan Hambatan yang terdapat pada Individu
Tujuan utama dari pendidikan semestinya dapat mengembangkan tuntutan fisik  dan mental dari individu dan juga tuntutan publik. Oleh karena itu, perencana haru mampu mengakomodasi kebutuhan individu dan lingkungannya, mengingat tidak seorang pun akan hidup tanpa lingkungan yang menyendiri. Konsekuensinya, bahwa seorang harus mampu beradaptasi dengan komunitas masyarakat di sekitarnya dan lingkungannya. Secara individu, seseorang mengalami hambatan akan kebutuhan dasar yang terklasifikasi ke dalam tiga prinsip pokok yaitu, memelihara atau mempertahankan kehidupan, meningkatkan atau memperbaiki kehidupan dan meyempurnakan keinginan-keinginan bagi kepuasan.
3.      Sumber Daya dan Hambatan yang terdapat pada Institusi atau Lembaga
Individu merupakan bagin dari suatu kelompok, di mana  karakteristik mereka ditentukan oleh kelompok tersebut. Jadi institusi disini didefinisikan sebagai kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya. Seorang perencana pendidikan dituntut untuk mengenal karakteristik suatu institusi, antara lain meliputi: institusi yang berorientasi terhadap tempat, institusi akan bekerja pada suatu periode tertentu dan tergantun pada kelibatan kerja individu yang ada di dalamnya. [9]
E.     Menentukan Kompenen-komponen dari Perencanaan Pendidikan Beserta Prioritasnya.
1.      Pendekatan Sistem dalam Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan terdiri atas dua komponen dasar, yaitu proses perencanaan dan isi perencanaan. Pada tulisan tujuh fase proses perencanaan dikonstruksikan untuk menyisipkan beberapa cara yang saling berhubungan yang mampu memproduksi hasil pendidikan dengan sosial, ekonomi, dan detail fisik yang berhubungan dengan masalah-masalah pendidikan. selain itu juga membantu memprediksi kondisi yang memiliki efek samping yang diinginkan atau tidak diinginkan sejauh ini belum diketahui. Satu metode untuk mengidentifikasi, menganalisa, mendesain, mengevaluasi, dan mengawasi komponen-komponen tersebut adalah pendekatan sistem.
Sistem adalah kumpulan atau sekelompok elemen bebas yang bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Definisi yang hmpir sama disampaikan sistem adalah susunan yang saling berhubungan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi didesain untuk menyelesaikan fungsi yang telah ditentukan sebelumnya. (Dimitris Chorofas, 1965).
Sistem dalam konteks pendidikan, tidak perlu memfokuskan pada seluruh sistem pendidikan, melainkan sistem harus dengan sangat hati-hati didefinisikan dan dispesifikasikan. Hanya sebagai satu spesifikasi populasi untuk dipelajari ketika melakukan pengambilan Sampling Statistic. Ketika misalnya berurusan dengan pendidikan sistem transportasi, pendidikan sistem servis makanan, pendidikan sistem pembangunan, pendidikan manajemen sistem informasi, atau pendidikan sistem aktivitas. Spesifikasi teliti dengan batasan sistem membantu mendefinisikan masalah dan membuat probabilitas pemecahan masalah.
Ada dua cara dalam membuat sistem yang baru dikendali. Cara pertama dengan memperkenalkan bagian-bagian baru dengan pengaturan lama, sementara cara yang lain adalah dengan mengatur ulang bagian-bagian sistem yang telah ada. Kebutuhan mendasar saat ini adalah pendidikan urban bukanlah membuat kreasi bagian-bagian baru, namun lebih efektif mengatur ulang bagian-bagian yang ada daripada meminimalisir pengaruh bagian-bagian tersebut haruslah dilakukan pengorganisasian ulang bagiang-bagian yang mendukung konflik dimana semuanya saling melengkapi.
Mempelajari sistem bisa menjadi rumit, namun bahkan dengan tekonologi canggih sekalipun keputusan akhir berada di tangan pembuat keputusan, konsep sistem umum telah diterapkan pada sistem pendidikan operasi urban “...disesuaikan dengan tanah, bangunan-bangun, masyrakat, pekerjaan, biaya, dan penghasilan dengan banyak pembuat keputusan dan pngawasan...” .
Konstribusi nyata dari teknologi manajemen baru akhirnya berujung pada pembuat keputusan dengan informasi yang lebih efektif. Pendekatan sistem, baik mudah maupun rumit, dasarnya adalah ilmu pengetahuan, pendekatan kuantitas. Melanjutkan dari analisa yang teliti atas isi dan proses perencanaan yang dibutuhkan untuk implementasi.
2.      Komponen: Konteks Pendidikan
Pendekatan fungsional untuk merencanakan pendidikan membutuhkan gambaran yang jelas dari sistem pendidikan. kejelasan menyeluruh, asumsi yang penting untuk model proses perencanaan pendidikan dan sistem pendidikan harus dipertimbangkan secara menyeluruh. Asumsi kedua dari model perencanaan adalah menyatukan kebutuhan spesifik dari setiap pelajar sebagaimana juga masyarakat. Pendekatan sistem-sistem dalam mempelajari pendidikan mengikutsertakan tidak hanya berbagai macam bagian dari isi pendidikan tetapi juga total keseluruhan isinya.
Satu contoh pendekatan sistem untuk analisa isinya adalah seperti model sub sistem berikut. Model ini tidak ditujukan untuk menjadi menyeluruh tapi mengindikasikan hanya satu dari bermacam pendekatan untuk perlakuan isi secara sistematis.
a.       Manajemen Sistem Informasi Pendidikan
1)      Pada pelajar
a)      Menyediakan informasi tingkat, nilai, kesehatan, kehadiran, dan faktor lainnya.
b)      Menyediakan informasi pengalaman-pengalaman di luar skolah yang memiliki efek besar pada proses belajarnya, contohnya pekerjaan dan pendapatan dari orang tuanya, karakteristik dari rumah dan lingkungannya, tempat tinggalnya dan sebagainya.
c)      Menyediakan informasi yang membandingkan pencapaian pelajar dengan pelajar di sekolah lain dan sebagainya.
d)     Menyediakan informasi kurikulum, ekstrakurikuler, pendidikan tambahan dan program-program yang disponsori masyarakat.
e)      Menyediakan nomor identitas yang akan dipakai pelajar tersebut sampai dia pindah ke sekolah yang lebih tinggi dan ketika dewasa, pekerjaannya, pendapatannya, partisipasi sosialnya dan sebagainya.
2)      Pada Staf
a)      Menyediakan informasi tentang keahliannya, rujukannya, dan persiapan pendidikannya
b)      Menyiadakan informasi untuk menugaskan dan mengatur jadwal mengajar.
c)      Menyediakan informasi  pada fungsi sebenarnya yang ditampilkan seorang guru.
d)     Menyediakan informasi yang membandingkan keefektifan performa dari para guru, seperti gaya kelasnya, pengamatannya, status ekonomi dan sosialnya, dan sebagainya.
e)      Menyediakan informasi yang memprediksi bermacam-macam keahlian  mengajar yang diperlukan, kesiapannya di masa depan, dan arti yang terbaik untuk latihan pelayanan.
3)      Pada Bangunan
a)      Menyediakan informasi lokasi, tipe, ukuran, kapasitas, struktur sistem, konstruksi, biaya, biaya perawatan dan sebagainya.
b)      Menyediakan informasi peralatan sekolah, umur, biaya dan kegunaannya.
c)      Menyediakan informasi kualitas lingkungan, komunikasi dan sebagainya.
4)      Pada Program-program
a)      Menyediakan informasi pada apa yang diselesaikan oleh, dimana diselesaikannya, oleh siapa, berapa biayanya dan waktu yang diperlukan dan apa tujuannya jika dibandingkan dengan efek pendidikan yang sebenarnya.
b)      Menyediakan informasi tentang kurikulum yang tersedia, bagaimana setiap subyek diajarkan, prosedur evaluasi untuk menguju performa setiap murid pada setiap obyektif dan sebagainya.
c)      Menyediakan informasi tentang efek dalam setiap proyeksi belajar mengajar.
d)     Menyediakan informasi yang membandingkan antara biaya dan keefektifan pada setiap proyek.
5)      Pada Keuangan
a)      Menyediakan informasi tentangg penerimaan dan pengeluaran keuangan.
b)      Menyediakan informasi tentang pembelanjaan uang, apa efeknya bagi pendidikan dari konsumsi pembelanjaan tersebut.
c)      Menyediakan informasi pembukuan dan laporan rutin.
d)     Menyediakan informasi tentang biaya proyeksi.
b.      Sistem Aktivitas Pendidikan
1)      Aktivitas di Tempat
a)      Menyediakan informasi  tentang aktivitas alam yng tepat untuk diikutsertakan, perlengkapan yang dibutuhkan dan sebagainya.
b)      Menyediakan infomasi tentang tempat yang dibutuhkan untuk mengakomodasi aktivitas, menentukan persyaratan kualitas lingkungan.
c)      Menyediakan infomasi tentang lokasi dengan fasilitas yang tepat dan persyaratan yang berhubungan dngan aktivitas lainnya.
d)     Menyediakan infomasi tentang intensitas aktivitas, pelajar per kelompo, sekolah per komunitas, dan sebagainya.
2)      Jadwal Tempat
a)      Menyediakan infomasi tentang periode sekolah, panjagnya periode sekolah, dan sebagainya.
b)       Menyediakan infomasi tentang frekuensi layanan bulanan, mingguan, harian, atau kapan saja dibutuhkan.
c)      Menyediakan infomasi tentang tentang jumlah sesi per hari, modulyang tersedia, jumlah modul per hari per aktivitas.
3)      Pada Kurikulum dan Program Instruksi
4)      Pada Program yang Berhubungan dengan Masyarakat.
c.       Sistem Komunikasi Pendidikan
1)      Pada Transportasi
a)      Menyediakan infomasi tentang kepindahan pelajar dari asal ke tujuan: berapa banyak, kapan, dan bagaimana.
b)      Menyediakan infomasi tentang volume lalu lintas yang dibutuhkan, frekuensi layanan dan intensitas.
c)      Menyediakan infomasi tentang rute yang tersedia, kapasitas rute yang ada dan potensia;  untuk penambahan yang direncanakan, dan rute-rute lingkungan berkualitas.
d)     Menyediakan informasi tentang macam-macam biaya perjalanan kualitas dan hasilnya.
e)      Menyediakan infomasi tentang standar keamanan.
2)      Pada Informasi itu Sendiri
a)      Memberi dan menerima data dari berbagai media.
b)      Menggunakan kesan sensorik termasuk penglihatan, suara, penciuman dan sebagainya.
3)      Pada Energi
a)      Operasikan lampu-lampu, AC, dan pemanas ruangan, ventilasi dan sebagainya.
b)      Mendukung eksperimen dalam belajar, seperti eksperimen fisika, program belajar mobil, dan sebagainya.
4)      Pada Sistem Fasilitas Pendidikan
5)      Pada Sistem Operasi Pendidikan
6)      Pada Sistem Manajemen
7)      Pada Sistem Operasi dan Perawatan
8)      Pada Sistem Pengontrolan Inventaris.[10]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gambaran dan rumusan batasan permasalahan pendidikan sangat penting dan trategis, karena setiap kegiatan yang akan dirumuskan dalam proses perencanaan harus diarahkan dalam rangka pemecahan masalah. Kebutuhan akan perencanaan muncul sebagai akibat semakin intensif dan kompleksnya permasalahan yang muncul dalam mayarakat. Perencanaan dapa hanya mengacu kepada persiapan pembelajaran, yang intinya kepedulian terhap lingkungan dari komunitas manusia, sehingga seorang perencana harus mengetahui nilai-nilai, tujuan, dan struktur sosial dari komunitas dengan tujuan untuk melayaninya secara memadai. Dimensi-dimensi perencanaan pendidikan yaitu:
1.      Significance
2.      Feasibility
3.      Relevance
4.      Definitiveness
5.      Parsimoniusness
6.      Adaptability
7.      Time
8.      Monitoring
9.      Subject matter.
Perencanaan berorientasi pada masa depan dan akan meliputi analisis yang menyeluruh (komprehensif) tentang masa kini, dan juga kekuatan-kekuatan sejarah yang membentuk perkembangannya. Secara umum suatu perencanaan meliputi:
1.      Lingkup dan cakupan bidang permasalahan.
2.      Rentang permasalahan termasuk di dalamnya perencanaan penyelesaian.
3.      Akibat yang ditimbulkan, analasis permasalahan serta upaya penyelesaiannya.
4.      Perhatian secara umum atas keberadaan masalah dn penyelesaiannya.
Perencanaan pendidikan diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan sikap kerja, tumbuhnya sinergis dariberbagai lembaga, kemajemukan di antara kepentingan individu, serta adanya berbagai penyelesaian terhadap masalah-masalah penduduk yang berda di pinggiran kota.
Perencanaan pendidikan harus berorientasiterhap program siswa yang terstruktur dengan kondisi yyang relevan dengan lingkungan sekitarnya. Perencanaan pendidikan dipandang perlu untuk melibatkan berbagai tingkatan (stakeholder) yang ada di masyarakat.


DAFTAR RUJUKAN
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.


[1]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 50-51.
[2]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 51.
[3]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 52-53.
[4]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 53-54.
[5]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 54-56.
[6]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 56-57.
[7]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 57-70.
[8]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 70-73.
[9]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 73-74.
[10]Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, h. 74-79.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resah dan Dilema

  Hai, untuk kali ini biarlah jari-jari sibuk mengetikkan namamu kukelabui dengan sebutan "Dia". Entah aku akan memulai dari mana ...