
MILA KARMILA
MINCERIANTI
ASHAR ZAINI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BONE
PERKEMBANGAN KONSEP DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teknologi
Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari
pengertian teknologi secara umum. Menurut Salisbury, teknologi adalah
“systematic application of scientific or other organized knowledge to practical
task .” (Aplikasi sistemaik sains atau pengetahuan lain dalam tugas partikal).
Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa bila kita mengembangkan suatu poduk,
kedisiplinan, prosedur-prosedur, alat-alat dan teknik-teknik yang disatukan
untuk membuat suatu inovasi disebut teknologi. Bila definisi ini diterapkan dalam
dunia pendidikan maka teknologi pendidikan merupakan aplikasi sistematik sains
dan pengetahuan lain dalam tugas kependidikan. [1]
Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks
dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi
untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi
dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar
manusia. Teknologi pendidikan secara
konseptual didefinisikan sebagai : teori dan praktik dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan sistem
untuk belajar (Barbara Seels, 1994).[2]
|
B. Macam-macam Teknologi Pendidikan
Macam macam teknologi pendidikan menurut davies (1972) ada tiga yaitu:
1. Teknologi pendidikan satu yaitu
mengarah pada perangkat keras, seperti LCD, computer dan alat alat elektronik
lainnya. Teknologi tersebut dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar.
2. Teknologi pendidikan dua yaitu
mengacu pada “perangkat lunak”yaitu menekankan pentingnya batuan kepada
pengajar. Jadi teknologi tersebut menyediakan keperluan bagaimana merancang
yang baru atau yang memperbaharui yang sekarang.
3. Teknologi pendidikan tiga yaitu:
kombinasi antara dua teknologi “perangkat keras” dan “perangkat lunak”.dalam
hal ini berorientasi utamanya yaitu kearah pendekatan sistem, dan sebagai alat
meningkatkan manfaat yang ada disekitar.
Bahwa
teknologi pendidikan dalam konteks sebenarnya adalah tidak hanya mengacu pada
perangkat keras saja seperti yang umum dijadikan sebagai persepsi yang benar,
namun juga meliputi perangkat lunak dan perpaduan yang solid diantara mereka.[3]
C. Manfaat
Teknologi Pendidikan
Manfaat
teknologi pendidikan :
1. Teknologi pendidikan sebagai
peralatan untuk mendukung kontruksi pengetahuan.
2. Teknologi pendidikan sebagai sarana
informasi untuk menyelidiki pengetahuan yang mendukung pelajar.
3. Teknologi pendidikan sebagai media
sosial untuk mendukung pelajaran dengan berbicara.
4. Teknologi pendidikan sebagai mitra
intelektual untuk mendukung pelajar, membantu pelajar, mengartikulasikan dan
mempresentasikan apa yang mereka ketahui.
5. Teknologi pendidikan dapat
meningkatkan mutu pendidikan/sekolah.
6. Teknologi prndidikan dapat
meningkatkan efektifitas dan avisiensi proses balajar mengajar
7. Teknologi pendidikan dapat
mempermudah mencapai mutu pendidikan Kekurangan teknologi pendidikan [4]
D. Penerapan Teknologi Pendidikan
Sistem pembelajaran yang inovatif sebagai bentuk
penerapan konsep teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan
dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional. Sistem itu antara lain adalah
Sekolah Dasar PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan
Guru), Sekolah Dasar Kecil, SMP Terbuka,
serta sistem pembelajaran jarak jauh yang sekarang ini telah
dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan
seperti di Lembaga Pendidikan Perbankan (LPPI), PT Telkom, Departemen
Kesehatan, Departmen Penerangan, Departemen Pekerjaan Umum, dan sebagainya.
Berbagai komponen teknologi pendidkan seperti media,
teknik pembelajaran, pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula
dilakukan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat
TNI-AD dan AU, Balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda,
dan sejumlah Pusdiklat lain.[5]
Teknologi pendidikan merupakan suatu displin
terapan, artnya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu
kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar- belajar lebih efektif,
lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu
ada produk yang sengaja dibuat dan ada yang dtentukan dan dimanfaatkan.
Beberapa bentuk penerapan teknologi pembelajaran
secra menyeluruh, yaitu yang meliputi semua komponen dan karena itu merupakan
sistem dapat dicontohkan sebagai beriku:
1.
Proyek
percontohan PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru) di
Karanganyar, Surkarta pada tahun 1974, dan disebarkan di Kabupaten Malang dan
Gianyar pada tahun 1978.
2.
Pemasyarakatan
P4 melalui permainan yang diujicobakan di Kabupaten Batu, Malang.
3.
Proyek
Pendidikan Melalui Satelit (Rural
Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian Timur
(BKSPT INTIM).
4.
Program
pendidikan karakter melalu serial televisi ACI (Aku Cinta Indonesia = Amir,
Cici, Ito) = serial televisi (pendidikan) pertama (dan terakhir?).
5.
Program
KEJAR Paket A dan B.
6.
Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
7.
SLTP
terbuka.
8.
Universitas
Terbuka.
9.
Sistem
Belajar Jarak Jauh yang diselenggarakan berbagai lembaga pendidikan dan
pelatihan.
10. Jangan sistem
belajar jarak juh (Indonesia Distance
Learning Network = IDLN) dan SEAMOLEC (SEAMEO
Open Learning Center) yang berkedudukan di Pustekkom Diknas.
Daftar ini sama sekali tidak komprehensif, karena
masih banyak bentuk penerapan lain. Beberapa kegiatan ni memang sudah terhenti
karena berbagai alasan kebijakan maupun pendanaan.[6]
E. Tahapan dalam Mengaplikasikan Teknologi Pendidikan
Tahapan-tahapan dalam mengaplikasikan teknologi pendidikan antara lain:
Analisis Kebutuhan, pada tahap awal ini dilakukan identifikasi dan
karakteristik awal anak yang akan di awali berdasarkan tahap usia dan jiwa
perkembangan, analis terhadap lingkungan yang dimana kegiatan akan dilaksanakan
berdasarkan setting pendidikan formal serta mengidentifikasi SDM dan aneka
sumber belajar yang tersedia. Analisis Keterampilan, pada tahap ini akan di
analisis jenis kemampuan atau keterampilan apa saja yang akan di berikan
sepanjang kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini berdasarkan pada sejumlah
potensi bawaan anak yang akan di kembangkan, yang berhubungan dengan
perkembangan emosional, kognitif, motorik dan spiritual. Menulis Tujuan Menuangkan
hasil analisis pada tahap kedua kedalam rencana kegiatan agar mudah di
aplikasikan.[7]
F.
Perkembangan Awal Teknologi Pendidikan
Teknologi
pendidikan sebagai suatu disiplin keilmuan, pada awalnya berkembang sebagai
bidang kajian di Amerika Serikat. Meskipun demikian menurut beberapa penulis
Amerika Serikat diakui bahwa para pendahulu atau nenek moyang (forefathers) teknologi pendidikan
kebanyakan berasal dari luar Amerika Serikat.
Kalau kita
berpegangan kepada konsep teknologi sebagai cara, maka awal perkembangan
teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban, di mana
orang tua mendidik anaknya dengan cara memberikan pengalaman pengalaman
langsung serta memanfaatkan lingkungan. Saetller berpendapat bahwa
sumbertumbuhnya teknologi pendidikan dapat ditelusuri sampai kaum sufi, dengan
cara mereka “menjajakan pengetahuannya.” Bahkan menurutnya cara dialog seperti
dilakukan oleh Socrates sampai sekarang maih digunakan sebagai metode pemecahan
masalah (problem-solvngmethod).
Secara
ekplisit Saettler menganggap bahwa Komensky merupakan pionir teknologi
pendidikan dengan pendapat perlunya visualisasi dalam pengajaran, yang tertuang
dalam bukuny, Orbis Sensalium Pictus.
Demikian juga dengan Rousseau, Pestalozz, Froebel yang menekankan perlunya
ransangan indra untuk meningkatkan efektivitas belajar. Prosedur pengajaran
yang dinyatakan oleh Herbart, juga dapat dikatakan sebagai awal dari apa yang
kita kenal sebagai desain pembelajaran.
Gerakan
untuk mengembangkan teknologi pendidikan sebagai bidang kajian di Amerik
Serikat dimotori oleh James D. Finn (1915-1969), seorangGuru Besar Tetap dalam
bidang pendidikan di Unversity Of Southern California (USC), dan Guru Besar
Tamu di Michigan State dan Syracuse Unversity. Finn dianggap sebagai
“Bapak” teknologi pendidikan.
Karya-karya terpilihnya sejak tahun 1949 hingga 1969 dihimpun oleh Ronald. J.
McBeath dalam buku Extending Education
Through Technology-suatu referensi klasik yang diterbitkan oleh AECT pada
tahun 1972.
Menurut
Finn, tahun 1920-an adalah awal perekmbangan teknologi pendidikan. Istilah
teknologi pendidikan pada saat itu adalah “pengajaran viual”. Yang dimaksud
dengan pengajaran visual adalah kegiatan mengajar dengan menggunakan alat bantu
visual yang terdiri dari gamba, model, objek atau alat-alat yang dipakai untuk
menyajikan pengalaman konret melalui visualisasi kepada siswa. Tujuan
menggunakan alat bantu visual adalah untuk: 1) memperkenalkan, menyusun,
memperkaya, atau memperjelas konsep-konsep yang absrak; 2)mengembangkan sikap
yang diinginka; dan 3) mendorong
timbulnya kegiatan siswa lebih lanjut. [8]
Perkembangan
teknologi pendidikan di indonesia boleh dikatakan mengikuti perkembangan yang
ada di Amerika Serikat. Seperti halnya yang terjadi di AS, perkembangan
tersebut dapat dikatakan dimulai dengan digunakannya media atau alat peraga
untuk menunjang kegiatan pengajaran. Bedanya adalah kalau di Amerika dengan
demokrasi liberalnya memungkinkan tumbuhnya pemikiran dan tindakan oleh
masyarakat, maka di Indonesia dengan demokrasi terpimpinnya mengharuskan restu
pemerintah untuk mengembangkan pemikiran dan kegiatan.
Pada tahun
1951 diselenggarakn “School broadcasting”
sebaga suatu uaha perintisan meliputi daerah Jakarta, Bandung, Bogor, dan
Cirebon. Pada saat itu dibentuk panitia penyelenggara School broadcasting yang diketuai oleh Sadaejoen Siswomartojo
(Kepala Djawatan Pendidikan Masjarakat Kementerian epalazPPK), dengan
sekretaris dari RRI, dan anggota yang mewakili AD, AURI, ALRI, Kepala Jawatan
Pengajaran, Inspektur Jendral Pengajaran, dan Kepala Bagian Penerangan
Kementerian PPK. Bertindak sebagai pelindung dan penasihat panitia ini adalah
Commodore Soerjadarma (Kepala Staf AURI).
Pada tahun
1955 didirkan BKTPG (Balai Kursus Tertuli Pendidikan Guru) di Bandung, suatu
lembaga yang bertuga menyelenggarakan kursus tertulis bagi calon guru SD guna
menyongsong program perluasan kesempata belajar yang lebih berkualitas. Pada
saat yang hampir bersamaan (tidak diperoleh data yang pasti) telah didirikan
TAC (Teaching Aid Center = Balai Alat Peraga Pendidikan) di Bandung dengan
cabang antara lain di Malang. Lembaga ini bertugas memproduksi dan mengoordinasikan
ketersediaan alat peraga pengajaran untuk sekolah-sekolah.
Suatu
kebijakan berskala nasional sebenarnya sudah ditetapkan dalam REPELITA I. Dalam
program pembangunan pendidikanditetapkan untuk “...digunakan media massa: radio dan televisi untuk peningkatan mutu
ekolah dasar...” (RI, 1970:361). Pada tahun 1973 dalam rangka kerja sama
INNOTECH mulai diuji coba suatu sistem
intruksonal non tradisional yang dikenal sebaga SD PAMONG (Pendidikan Anak oleh
Masyarakat). Dalam sistem ini dikembangkan dan digunkan bahan belajar berupa
modul cetakan untuk keperluan belajar mandiri, belajar kelompok dengan tutoril
sebaya, dan pendayagunaan naasumber yang ada di lingkungan.
Pendidikn
keahlian teknologi pendidikan dimulai pada tahun 1976 pada jenjang S1 dan tahun
1978 pada jenjang S2 dan S3. Mayoritas dosen yang mngajar didatangkan dari AS
melalui bantuan teknis dari USAID. Kurkulum dan tenaga dosennya dikoordinasikan
oleh Syracuse University dalam suatu konsorsium UCIDT (University Consotium of
Instructional Development and Technology). Para dosen tersebut tentu
sajamembawa konsep-konsep yang berkembang di AS.
Perkembangan
konsep tknologi pendidikan tersebut diawali dengan adanya alat peraga yang
digunakan oleh tiap-tiap guru secara individual dalam rangka kegiatan
pengajarannya. Kemudian disediakannya berbagai media pengajaran oleh lembaga
yang khusus mendapat tugas pembuatan dan penyediaan media yng tersedia sebagai
bagan integral dari program belajar-mengajar. Perkembangan kemudian masih
terbatas dalam lingkup pendidikan sekolah, namun teknologi pendidikan tak hanya
berupa media, tapi juga berbagai strategi yang diperlukan agar siswa belajar
aktif. Namun dengan pertimbangan bahwa belajar itu terjadi di mana saja,
maka konsep pendidikan di sekolah harus
diperluas, hingga lingkungan luar sekolah, termasuk di lembaga masyarakat,
lembaga pelatihan, lembaga kerja,
lembaga ibadah, bahkan oleh pribadi. Sekarang kegiatannya dapat berupa
teknologi pembelajaran atau teknologi kinerja.
Jelaslah
bahwa konsep teknologi pendidikan telah tumbuh dan berkembang di indonesia.
Namun ibarat tanaman yang telah tumbuh dan berkembang, tetapi tidak dirawat,
dipupuk, dan diremajakan, maka tanaman itu akan dapat mati, demikian pula
konsep. Terserah kepada mereka yang merasa dirinya sebagai teknolog
pendidikan/pembelajaran untuk mempunya komitmen dalam merawat, mempuk, dan
meremajakan konsep dan penerapannya.[9]

PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknologi pendidikan merupakan proses
yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek
belajar manusia. Teknologi pendidikan
secara konseptual didefinisikan sebagai : teori dan praktik dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber
dan sistem untuk belajar (Barbara Seels, 1994),
Macam macam teknologi pendidikan menurut davies (1972) ada tiga yaitu:
1. Teknologi pendidikan satu yaitu
mengarah pada perangkat keras.
2. Teknologi pendidikan dua yaitu
mengacu pada perangkat lunak.
3. Teknologi pendidikan tiga yaitu: kombinasi
antara dua teknologi perangkat keras dan perangkat lunak.
Manfaat teknologi pendidikan :
1. Teknologi pendidikan sebagai
peralatan untuk mendukung kontruksi pengetahuan.
2. Teknologi pendidikan sebagai sarana
informasi untuk menyelidiki pengetahuan yang mendukung pelajar.
3. Teknologi pendidikan sebagai media
sosial untuk mendukung pelajaran dengan berbicara.
|
1.
Proyek
percontohan PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru) di
Karanganyar, Surkarta pada tahun 1974, dan disebarkan di Kabupaten Malang dan
Gianyar pada tahun 1978.
2.
Pemasyarakatan
P4 melalui permainan yang diujicobakan di Kabupaten Batu, Malang.
3.
Proyek
Pendidikan Melalui Satelit (Rural
Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian Timur
(BKSPT INTIM).
Tahapan-tahapan
dalam mengaplikasikan teknologi pendidikan antara lain: analisis kebutuhan dananalisis
ketrampilan
Teknologi
pendidikan sebagai suatu disiplin keilmuan, pada awalnya berkembang sebagai
bidang kajian di Amerika Serikat. Gerakan untuk mengembangkan teknologi
pendidikan sebagai bidang kajian di Amerik Serikat dimotori oleh James D. Finn
(1915-1969), seorangGuru Besar Tetap dalam bidang pendidikan di Unversity Of
Southern California (USC), dan Guru Besar Tamu di Michigan State dan Syracuse
Unversity. Finn dianggap sebagai “Bapak”
teknologi pendidikan.
B. Saran
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan
penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
[1] Ishak Abdulhak dan Deni
Darmawan, Teknologi Pendidikan (Bandung:
PT Remaja Rodakarya, 2017), h. 106.
[2] Ishak Abdulhak dan Deni
Darmawan, Teknologi Pendidikan, h.
110.
[3] M. Arif Am,” Perkembangan Konsep dan Penerapan
Teknologi Pendidikan”, http://m-arif-am.blogspot.com/2010/11/perkembangan-konsep-dan-penerapan.html. 01 Oktober 2019.
[4] M. Arif Am,” Perkembangan Konsep dan Penerapan
Teknologi Pendidikan”, http://m-arif-am.blogspot.com/2010/11/perkembangan-konsep-dan-penerapan.html. 01 Oktober 2019.
[5] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Cet.
V; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 95.
[6] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, h.
171-174.
[7] M. Arif Am,” Perkembangan Konsep dan Penerapan
Teknologi Pendidikan”, http://m-arif-am.blogspot.com/2010/11/perkembangan-konsep-dan-penerapan.html. 01 Oktober 2019.
[8] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, h.
133-134.
[9] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, h.
142-146.
Link ke Credly
BalasHapusLink ke Credly