BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Ada dua pengertian untuk istilah
“program” yaitu pengertian secara umum
dan khusus. Menurut pengertian secara umum “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya
oleh guru apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di
sekolah yang diikuti maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana
atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Apabila “program”
ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan
sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan,
dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Ada tiga pengertian dan perlu
ditekankan dalam menentukan program, yaitu:
1. Realisasi atau implementasi suatu
kebijakan
2. Terjadi dalam waktu yang relatif
lama-bukan kegiatan tunggal tetapi jamak-berkesinambungan
3. Terjadi dalam organisasi yang
melibatkan sekelompok orang.
Makna dari
evaluasi program itu sendiri mengalami pemantapan. Definisi yang terkenal untuk
evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler, yang menyatakan evaluasi program
adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat
terealisasikan. Kemudian berkembang definisi yang lebih diterima masyarakat
luas dikemukakan oleh dua orang ahli evaluasi yaitu, Cronbach dan Stufflebeam,
mereka mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi
untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Dalam
organisasi pendidikan, evaluasi program dapat diartikan dengan kegiatan
supervisi. Secara singkat supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan
peninjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah langkah awal
supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan
pemberian pembinaan yang tepat pula.
Untuk dapat
menjadi evaluator, seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Mampu melaksanakan, persyaratan
pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki
kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan
praktik.
2. Cermat, dapat melihat celah-celah
dan detail dari program yang akan dievaluasi.
3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi
oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya,
selanjutnya dapat diambil kesimpulan sebagaimana ketentuan yang harus diikuti.
4. Sabar dan tekun, agar di dalam
melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk
proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data, dan menyusun laporan, tidak
gegabah dan tergesa-gesa.
5. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu
melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada
kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas kesalahannya.[1]
B.
Tujuan dan Prinsip Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Evaluasi
formal telah memegang peranan penting dalam pendidikan, antara lain memberi informasi
yang dipakai sebagai dasar untuk mencapai beberapa tujuan seperti:
1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2. Menilai hasil yang dicapai para
pelajar.
3. Menilai kurikulum.
4. Memberi kepercayaan kepada kepala
sekolah.
5. Memonitor dana yang telah diberikan.
Evaluasi program supervisi
pendidikan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Komprehensif
Bahwa evaluasi program supervisi
pendidikan harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek
personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya. Evaluasi tidak hanya
ditujukan pada salah satu aspek saja. Misalnya aspek personalnya, jangan hanya
menilai gurunya saja, tetapi juga murid, karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu
pula untuk aspek material dan operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara
menyeluruh.
2. Komparatif
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam
mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan harus dilaksanakan secara
bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam aktivitas supervisi
pendidikan. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar,
harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan
bahkan, dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak dalam evaluasi
program supervisi pendidikan ini diharapkan kita dapat mencapai keobyektifan
dalam mengevaluasi.
3. Kontinyu
Evaluasi program supervisi
pendidikan hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses pelaksanaan
program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai,
tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting
dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang
telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil diusahakan
untuk ditingkatkan, sedangkan aktivitas yang gagal dicari jalan lain untuk
mencapai keberhasilan.
4. Obyektif
Dalam mengadakan evaluasi program
supervisi pendidikan harus menilai sesuai dengan kenyataan yang ada. Katakanlah
yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan sampai mengatakan yang
hijau itu. kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang
guru itu sukses dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini sukses, dan
sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam mengajar, maka
katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam
evaluasi perlu adanya data dan atau fakta. Dari data dan fakta inilah dapat
mengolah untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta
yang dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan.
5. Berdasarkan Kriteria yang Valid
Selain perlu adanya data dan fakta,
juga perIu adanya kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam
evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini
digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas
supervisi pendidikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti
kriteria yang dibuat harus mempertimbangkan hakekat substansi supervisi
pendidikan.
Kriteria dalam evaluasi program
supervisi pendidikan ada dua, yaitu pertama, kriteria objetive yang berkenaan
dengan patokan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan inilah yang dijadikan kriteria
keberhasilan pelaksanaan program supervisi pendidikan. Kedua, kriteria metodis
yang berkaitan dengan patokan teknik penganalisaan hasil evaluasi: misalnya
dengan menggunakan presentase, interval, kuantitatif, atau perhitungan
matematis lainnya.
6. Fungsional
Hasil evaluasi program supervisi pendidikan
tidak hanya dimaksudkan untuk membuat laporan kepada atasan yang kemudian di
“peti es” kan. Hasil evaluasi program supervisi pendidikan berarti fungsional
apabila dapat digunakan untuk memperbaiki situasi yang ada pada saat itu.
Dengan demikian evaluasi program supervisi pendidikan benar-benar memiliki
nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsungnya
adalah dapatnya hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi,
sedangkan kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan
untuk penelitian atau keperluan lainnya.
7. Diagnostik
Evaluasi program supervisi
pendidikan hendaknya mampu mengidentifikasi kekurangan-kekurangan atau
kelemahan-kelemahan apa yang dievaluasi sehingga dapat memperbaikinya. Oleh
sebab itu setiap hasil evaluasi program supervisi pendidikan harus
didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi inilah yang dapat
dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang
kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.[3]
C.
Model Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
Terdapat
banyak model evaluasi, tetapi dalam makalah ini hanya akan dibahas beberapa
model yang populer dan banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja
pelaksanaan evaluasi program, di antaranya model evaluasi CIPP, UCLA,
Brinkerholff, Stake atau Countenance.
1.
Model
Evaluasi CIPP
Stufflebeam
adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang berorientasi kepada pemegang
keputusan (a decision oriented evaluation
approach structured) untuk menolong administrator membuat keputusan. Ia
merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang berguna untuk
menilai alternatif keputusan.
Dia membuat
pedoman kerja untuk melayani para manajer dan administrator menghadapi empat
macam macam, yaitu:
a.
Contect
evaluation to serve planning decision.
Kontek
evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.
b.
Input evaluation, structuring decision.
Evaluasi
ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif
apa yang diambil, apa rencana strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana
prosedur kerja untuk mencapainya.
c.
Process
evaluation, to serve implementing decision.
Evaluasi
proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana
telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab,
prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.
d.
Product
evaluation, to serve recycling decision.
Evaluasi
produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa
yang dilakukan setelah program berjalan?
2.
Model
UCLA
Alkin menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang
hampir sama dengan model CIPP. Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai suatu
proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan
menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna
bagi pembuat keputusan dalam memilih alternatif. Ia mengemukakan lima macam
evaluasi, yakni:
a.
Sistem assesment, yang memberikan informasi
tentang keadaan atau posisi sistem.
b.
Program
planning, membantu pemilihan program
tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
c.
Program
implementation, yang menyiapkan
informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang
tepat seperti direncanakan.
d.
Program
improvement, yang memberikan
informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja atau
berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah
yang baru muncul tak terduga?
e.
Program
certification, yang memberi informasi
tentang nilai atau guna program.
3.
Model
Brinkerhoff
Setiap
desain evaluasi umumnya terdiri atas elemen-elemen yang sama, ada banyak cara
untuk menggabungkan elemen tersebut, masing-masing ahli evaluator mempunyai
konsep yang berbeda dalam hal ini. Brinkerhoff dan Cs mengemukakan tiga
golongan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang
sama, eperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi versi mereka
sendiri sebagai berikut:
a.
Fixed vs emergent evaluation desaign.
Dapatkah
masalah evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan? Apabila demikian, apakah itu suatu keharusan?
b.
Formatif vs sumatif evaluation.
Apakah
evaluasi akan dipakai unuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan atau manfaat
suatu program? Atau keduanya?
c.
Experimental and
quasi eskperimental design vs natural/unobstruive
inqury.
Apakah
evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program atau mencoba
memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variabel dipengaruhi dan sebagainya,
atau hanya diamati, ataukah keduanya?
4.
Model
stake atau Countenance
Stake
menekankan adanya dua besar kegiatan dalam evaluasi yaitu description dan judgement,
dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu: antecedents (context), transaction (process), dan outcomes (output).
Matriks
description menunjukkan intents (goals) dan observations (effects) atau yang sebenarnya terjadi. Judgements mempunyai dua aspek , yaitu standard dan judgement. Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu
program pendidikan kita, maka berarti kita melakukan perbandingan yang relatif
antara satu program dengan yang lan, atau perbandingan yang absolut (suatu
program dengan standard).
Penekanan
yang umum atau hal penting dalam model ini ialah bahwa evaluator membuat
penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda
dengan judgement atau menilai. Dalam
model ini ini, antecedents (masukan),
transaction (proses), dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak
hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan sebenarnya,
tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolut, untuk menilai manfaat
program. Stake mengatakan bahwa tidak ada penelitian yang dapat diandalkan
apabila tidak dinilai.[4]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi diartikan sebagai upaya
mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah
langkah awal supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat
dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula.
Evaluasi
formal telah memegang peranan penting dalam pendidikan, antara lain member
ingormasi yang dipakai sebagai dasa untuk mencapai beberapa tujuan seperti:
1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2. Menilai hasil yang dicapai para
pelajar.
3. Menilai kurikulum.
4. Memberi kepercayaan kepada kepala
sekolah.
5. Memonitor dana yang telah diberikan.
6. Memperbaiki materi dan program
pendidikan.
Evaluasi program supervisi
pendidikan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Komprehensif
2. Komparatif
3. Kontinyu
4. Obyektif
5. Berdasarkan Kriteria yang Valid
6. Fungsional
7. Diagnostik
Terdapat
banyak model evaluasi, tetapi dalam makalah ini hanya akan dibahas beberapa
model yang populer dan banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja
pelaksanaan evaluasi program, di antaranya model evaluasi CIPP, UCLA,
Brinkerholff, Stake atau Countenance.
1.
Model
Evaluasi CIPP
2.
Model
UCLA
3.
Model
Brinkerhoff
4.
Model
stake atau Countenance.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat
kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat
membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR
RUJUKAN
Shulhan, Muwahid. Supervisi Pendidikan: Teori dan Praktik dalam Mengembangkan SDM Guru.
Cet. I; Surabaya: Acima Publishing,
2012.
Albar, Uriah. “Evaluasi Program Supervisi Pendidikan”,
dalam https://isnet.or.id/evaluasi-program-supervisi-pendidikan/,
[1]Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan: Teori dan Praktik
dalam Mengembangkan SDM Guru (Cet. I; Surabaya: Acima Publishing, 2012), h. 105-107.
[2]Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan h. 108-109.
[3]Uriah
Albar “Evaluasi
Program Supervisi Pendidikan”, dalam https://isnet.or.id/evaluasi-program-supervisi-pendidikan/, 28 April 2020.
[4]Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan h. 110-114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar