Senin, 25 Mei 2020

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Fungsi  Evaluasi Pendidikan
Fungsi evaluasi ada beberapa hal:
1.      Evaluasi berfungsi selektif.
Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi bagi calon siswa, untuk memilih siswa naik tidaknya ke tingkat lanjut, untuk memilih siwa yang seharusnya dapat beasiswa, untuk memilih siswa yang berhak meninggalkan sekolah.
2.      Evaluasi berfungsi diagnostik.
Guru akan mengetahui kelemahan-kelemahan pada siswa dan tahu penyebab serta mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
3.      Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.
Guru dapat menempatkan siswanya yang mempunyai kemampuan yang sama dan kelompok yang sama.
4.      Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan.
Hal ini bermaksud utuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program.
Fungsi evaluasi dalam proses pengembangan sistem pendidikan dimaksud untuk: perbaikan sistem, pertanggung jawaban terhadap pemerintah dan masyarakat, penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.[1]
Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. di dalam batasan tentang evaluasi pendidikan ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikulum. Di samping itu juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas  pendidikan untuk mengukur dan menilai sampai di mana effective and pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan. dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar mengajar.
 Secara lebih rinci, fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu:
1.      Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
     Setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi formatif)  dan atau untuk mengisi rapor foto surat tanda tamat belajar, yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidaknya siswa dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).
2.      Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pendidikan.
Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. komponen-komponen yang dimaksud  di antaranya adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, dan prosedur serta alat evaluasi. Fungsi evaluasi yang kedua ini yang secara keseluruhan berguna bagi guru atau supervisor untuk mengadakan perbaikan program beserta pelaksanaannya pada masa yang akan datang atau pertemuan yang berikutnya.
3.      Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK).
Hasil hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK bagi para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti antara lain:
a.       Untuk membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kekuatan atau kemampuan siswa.
b.      Untuk mengetahui dalam hal-hal apa seseorang atau sekelompok  siswa  perlukan layanan remedial.
c.        Sebagai dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu di antara siswa. Sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka bimbingan karier.
4.      Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Seperti telah dikemukakan di muka, hampir setiap saat guru  melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa dan  menilai program pengajaran, yang berarti pula menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum. seorang guru yang dinamis tidak akan begitu saja apa yang tertera di dalam kurikulum, ia akan selalu berusaha untuk menentukan dan memilih materi-materi mana yang sesuai dengan kondisi siswa dan situasi lingkungan serta perkembangan masyarakat pada saat itu.
Materi kurikulum yang dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan   dan kebutuhan masyarakat akan ditinggalkannya dan diganti dengan materi yang dianggap sesuai. Benar apa yang telah dikatakan oleh para pakar kurikulum bahwa pada hakekatnya kurikulum sekolah ditentukan oleh guru.
Meskipun pada umumnya  di indonesia kurikulum sekolah disusun secara nasional dan berlaku bagi setiap sekolah yang sejenis dan setingkat, guru-guru dapat ikut serta dalam menyusun kurikulum, atau duduk dalam panitia penyusunan kurikulum, atau setidak-tidaknya memberikan saran dan pendapatnya.   Sebaliknya, panitia penyusun kurikulum biasanya mencari masukkan masukkan dari pelaksana kurikulum di lapangan, termasuk para pengawas, kepala sekolah, dan guru-guru.[2]
Fungsi evaluasi pendidikan antara lain:
1.      Bagi guru, adalah untuk :
a.       Mengetahui kemajuan belajar peserta didik;
b.      Mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelompoknya;
c.       Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar mengajar dalam PBM;
d.      Memperbaiki proses belajar mengajar, dan
e.       Menentukan kelulusan peserta didik.
2.      Bagi peserta didik  evaluasi:
a.       Mengetahui kemampuan dan hasil belajar;
b.      Memperbaiki cara belajar, dan
c.       Menumbuhkan motivasi dalam belajar.
3.      Bagi sekolah;
a.       Mengukur mutu hasil pendidikan;
b.      Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah;
c.       Membuat keputusan kepada peserta didik;
d.      Mengadakan perbaikan kurikulum.
4.      Bagi orang tua peserta didik;
a.       Mengetahui hasil belajar anaknya;
b.      Meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan kepada anaknya dalam usaha belajar; dan
c.       Mengarahkan pemilihan jurusan,  atau jenis sekolah pendidikan lanjutan bagi anaknya.
5.      Bagi masyarakat dan pemakai jasa pendidikan;
a.       Mengetahui kemajuan sekolah;
b.      Dan saran perbaikan bagi kurikulum pendidikan pada sekolah tersebut, dan
c.       Lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usahanya membantu lembaga pendidikan.[3]
B.  Tujuan Evaluasi Pendidikan
Tidak jarang bahwa suatu program pendidikan ada, karena disponsori oleh suatu lembaga, dan didukung oleh masyarakat termasuk orang tua siswa. Mereka diusahakan agar dapat terus memberikan dukungannya  atas program-program yang ditawarkan oleh lembaga tersebut. Oleh karena itu, para orang tua perlu mengetahui tingkat perkembangan yang terjadi terhadap suatu program tersebut. Salah satu model untuk memberikan informasi terhadap mereka secara sistematis adalah melalui evaluasi. Dari evaluasi tersebut, hasilnya kemudian dilaporkan kepada stakeholder untuk menjadikan pertimbangan dalam menyikapi terhadap program yang ada.
Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut:
1.      Valid
2.      Andal
3.      Objektif
4.      Seimbang
5.      Membedakan
6.      Fair
7.      Praktis
Di samping persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi ada beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal terdapat 6 tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar, keenam tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:
1.      Menilai ketercapaian (attainment) tujuan.
Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.
2.      Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi.
Belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan afektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru menyatakan proporsi yang sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan.
3.      Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. 
Setiap orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing. Siswa mungkin juga memiliki karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi menengah atau atas, keluarga yang pecah, dan keluarga yang telah memiliki keterampilan khusus. Hal yang penting diketahui oleh guru adalah asumsi hasil akhirnya mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama. Pengalaman lalu tersebut kemudian digunakan sebagai awal dalam proser belajar megajar melalui evaluasi pretes pada para siswa. Cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan angket dan ceklis.
Berangkat dari perbedaan pengalaman yang objektif dan realistis dapat dikembangkan guna memotivasi minat belajar siswa. Di samping juga pengalaman lalu siswa dalam belajar mempunyai keperluan belajar yang bervariasi. Oleh karena itu, kebutuhan siswa perlu diperhatikan di samping juga kekuatan, kelemahan, dan minat siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar atas dasar apa yang telah mereka miliki dan mereka butuhkan.
4.      Memotivasi belajar siswa.
Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit di antara para guru mengetahui teknik motivasi yang berkaitan evaluasi. Dari  penelitan menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat sangat memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan.
Hasil evaluasi akan menstimulasi tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang baik akan dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk mempertahankan atau meningkatkan  yang akhirnya memotivasi belajar siswa secara kontinu. Tujuan evaluasi yang realistis, yang mampu memotivasi belajar para siswa dapat diturunkan dari evaluasi. Dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes sampai ke postes, guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara kontinu.
5.      Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.
 Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Identifikasi minat siswa dan pekerjaan yang disenangi adalah cara yang terbaik untuk membantu iswa memilih pekerjaan.
Oleh karena itu, guru perlu juga mengetahui tingkat keuangan keluarga, guna menyesuaikan dengan kesempatan kerja atau melengkapi kegiatan lain yang berkaitan dengan bimbingan pekerjaan. Sering kali terjadi bahwa siswa minta kepada gurunya untuk membantu memecahkan problem pribadinya.
 Pada posisi demikian, guru perlu mengetahui informasi pibadi untuk kemudian guru mengambil keputusan terbaiknya. Proses yang berkaitan informasi pribadi tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kuesioner, atau alat rating untuk membantu membuat keputusan.
6.      Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu bagian dari instruksional. Di samping itu, antara intruksional dengan kurikulum juga saling berkait sepert intruksional dapat berfungsi sebagai salah satu komponen penting suatu kurikulum. Beberapa guru sering mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar dengan mudah menurut kepentingan mereka, sedangkan untuk melakukan perubahan kurikulum perlu pertimbangan yang lebih luas. Follow up study dan informasi alumni merupakan informasi yang berharga untuk melakukan revisi kurikulum. Perubahan itu akan tepat, jika  perubahan kurikulum didasarkan pada hasil evaluasi dengan skop yang lebih luas. Pengalaman kerja siswa, analisis kebutuhan masyarakat, dan analisis pekerjaan merupakan teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum.
Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan untuk menilai program dan sistem yang ada di lembaga pendidikan. Untuk cakupan yang lebih luas, yaitu pada evaluasi program, Grubb dan Ryan (1999) menyatakan, minimal ada lima tujuan penting mengapa perlu dilakukan evaluasi bagi seorang pemimpin lembaga. Kelima tujuan tersebut antara lain:
1.      Menginformasikan kepada pemerintah,
2.      Meningkatkan keputusan pada pengusaha terhadap kegiatan yang dilaksanakan,
3.      Meningkatkan keputusan pada para pengusaha terhadap training dan program yang telah direncanakan.[4]
C.  Sasaran Evaluasi Pendidikan
1.      Input
 Calon siswa sebagai pribadi yang utuh,  dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk teks yang digunakan sebagai alat untuk mengukur.  Aspek yang bersifat rohani setidaknya mencakup 4 ( empat) hal:
a.       Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/ sekolah/  institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan.  Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
b.      Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan  menampakkan bentuknya dalam tingkah laku.  Dalam hal-hal tertentu,  informasi tentang kepribadian sangat diperlukan.  Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.
c.       Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun, karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya.  Alat untuk  ketahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test.  Oleh karena tes ini berupa skala maka disebut skala sikap atau attitude scale.
d.      Intelegensi
Untuk mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli.  Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan  Biner dan Simon  dikenal dengan tes Binet-Simon.  Selain itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya.  Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelegence Quotient) orang tersebut.
IQ  bukanlah intelegensi. IQ  berbeda dengan intelegensi karena IQ  hanyalah angka yang memberikan petunjuk  tinggi rendahnya  intelegensi seseorang.  Dengan pengertian ini maka al quran benarlah jika ada orang mengatakan "IQ jongkok" karena IQ  adalah berupa angka. Mestinya IQ   rendah  diartikan bahwa angkanya rendah.
2.      Transformasi
Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan.  Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain :
a.       Kurikulum/ materi,
b.      Metode dan cara penilaian,
c.       Sarana pendidikan /media,
d.      Sistem administrasi,
e.       Guru dan personal lainnya.
3.      Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
 Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja.  alatnya adalah tes tertulis.  aspek psikomotorik,  apalagi afektif,  sangat langka di jamah oleh guru.  Akibatnya dapat kita saksikan,  yakni para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan,  juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai.  Kelemahannya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini,  jika kita mau instropeksi,  Setelah  berakibat merosotnya akhlak para lulusan,  yang selanjutnya berdampak  luas pada merosotnya akhlak bangsa.[5]


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Fungsi evaluasi ada beberapa hal :
1.      Evaluasi berfungsi selektif.
2.      Evaluasi berfungsi diagnostik.
3.      Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.
4.      Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan.
Tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:
1.      Menilai ketercapaian (attainment) tujuan.
2.      Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi.
3.      Sebagai sarana (Means) untuk mengetahui apa yang telah siswa ketahui .
4.      Memotivasi belajar siswa.
5.      Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.
6.      Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Adapun asaran evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh,  dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk teks yang digunakan sebagai alat untuk mengukur.  aspek yang bersifat rohani setidaknya mencakup 4 ( empat) hal.
a.       Kemampuan
b.      Kepribadian
c.       Sikap-sikap
d.      Intelegensi
2.      Transformasi
unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain :
a.       Kurikulum/ materi,
b.      Metode dan cara penilaian,
c.       Sarana pendidikan /media,
d.      Sistem administrasi,
e.       Guru dan personal lainnya.
3.      Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program.  alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
B.  Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.

                                         


DAFTAR RUJUKAN
Abdulckamin, “Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan”, dalam http://Chamimqmpel.blogspot.com/2014/03/pengertian-tujuan-dan-fungsi-evaluasi.html?m=1, 3 Maret 2020
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019.
Sukardi, H.M. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Cet. VII; Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Thoha, Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Cet. IV; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.


[1]Abdulckamin, “Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan”, dalam http://Chamimqmpel.blogspot.com/2014/03/pengertian-tujuan-dan-fungsi-evaluasi.html?m=1, 3 Maret 2020
[2]Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019), h. 5-7.
[3]Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Cet. IV; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 10-11.
[4]H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya (Cet. VII; Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 9-11.
[5]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 34-37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resah dan Dilema

  Hai, untuk kali ini biarlah jari-jari sibuk mengetikkan namamu kukelabui dengan sebutan "Dia". Entah aku akan memulai dari mana ...