Hai alienku, lama yah kita gak ada kabar seperti sekarang ini kamu gak ada sama sekali buat hubungi aku. Kamu sibuk yah? Sibuk sama yang lain. Satu tahun berlalu lama amat yah, gimana pun aku adalah seorang waria, eh wanita yang butuh kepastian soal hubungan ini, eh kita kan emang gak ada hubungan apa-apa akunya aja yang terlalu laper dan berharap makanan. Berhari-hari tanpa panggilan kamu rasanya aneh, ini baru kamu yang gak pernah hubungin aku gimana kalau Tuhan yang gak mau berhubungan sama aku, pastinya rasanya kek jatuh ketiban tangga pula.
Tahu gak sih, aku tuh berusaha strong kek iklan biskuat karena aku sekuat macan, berusaha gak hubungin duluan cuma berani kasih kamu kode kalau disaat aku bikin story tentang buku tentang Portugis itu biar kamu peka, peka yang di game coc. Disaat seperti ini aku merasakan kembali dan memikirkan ulang soal aku yang kamu butuhkan ketika sepi tiba itu benar nyatanya, dulu aku berusaha buat jauhin pikiranku yang terlalu jahat ke kamu tapi sekarang perlahan pertahanan aku pudar karena kebobolan rasa ragu dengan tiba-tiba hilangnya kamu dari peredaran duniaku, pergantian siang dan malamku lebih banyak dihabiskan dengan pikiran-pikiran yang menggerogoti kalbuku.. eaeaeakkkk galau banget keknya.
Apa kabarmu? Baik bukan? Kuharap begitu, setiap harinya aku bermonolog dengan diriku sendiri tentang kamu yang tidak pernah habis untuk makan dan kucerna dalam ingatan. Berusaha keras aku menyingkirkan dirimu, agar aku tidak bergelut dengan kekalutan menyangkal segala prasangka namun aku melupakan satu hal, aku tidak berhak atas apapun yang menyangkut dirimu, aku bukan siapa-siapa dalam hidupmu beginilah cinta dalam bisu eh dia terluka dalam pun tetap membisu meski setetes darah merembes kemana-mana. Bahkan belum ada ikatan pun aku sudah terluka, bagaimana nanti kalau kamu betul-betul mengikatku di pohon wkwkwk.
Bertemu dengan seperti tadi adalah hasil diagnosa terbaik, menjatuhkan harga diri dengan meneriakimu memalukan yang baru tersadari olehku. Lantas aku kembali dan berbalik, mengapa kamu mengikutiku? aku Cuma ingin menatapmu sekali saja, lalu pergi bersama rasaku yang perih. Tahu tidak? reaksi tubuhku dengan menendangmu ingin kuganti dengan omelan atau bahkan pelukan dasar aku yah centil, namun apa daya hatiku berbanding terbalik dengan kelakuanku. Aku ingin mengabaikanmu namun nyatanya hatiku berkhianat padaku.